Mohon tunggu...
Kine Risty
Kine Risty Mohon Tunggu... lainnya -

Aku mencintai senja karena semburatnya memberikan kehangatan penuh dengan kerinduan dan sekarang terdampar di Thailand

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Setangkai Bunga dari Tuna Daksa

29 Agustus 2010   06:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:37 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setiap hari minggu, Liburanku sering aku habiskan di Library lantai 5 atau lantai 10 daerah Cousewaybay. Disana ku dapatkan suasana tenang sambil menulis apa saja dan membaca apa saja yang aku suka. Dan yang pasti internetnya gratis.Tapi tidak dengan hari minggu kemarin. Karena dari malam badanku terasa panas akibat demam, Pagi itu ,aku memutuskan untuk mencari suasana baru dengan jalan-jalan bersama sahabatku ke daerah Mongkok.Sebenarnya aku ingin istirahat dirumah saja tapi dua ucil itu pasti tak membiarkan aku tidur nyeyak. Dari pada ribet dirumah aku berjalan dengan sedikit menggerutu ke halte bis. Diantara lalu lalang orang-orang menghabiskan liburan, aku dan temanku berjalan menuju toko Eksprit. Sesekali temanku bilang " Ris, badan kamu panas banget. Udah jangan puasa ya?" pintanya yang aku tolak karena masih kuat untuk menjalankan puasa hari itu. Setelah membeli beberapa stel baju aku keluar berjalan menuju MTR dengan tujuan ke coswaybay untuk menemui temanku disana. Tapi di tengah jalan aku berhenti. Mataku tertarik dengan orang-orang yang berkerumun. Kucoba menyeruak diantara wajah-wajah yang terlihat serius itu. Subhanallah… !! Aku terpana melihat seorang laki-laki tanpa lengan sedang membuat bunga. Orang-orang itupun merasa salud dan memberi beberapa lembar atau receh uang ke dalam topi yang tergelatak didepan laki-laki tuna daksa itu. Aku terkagun-kagum dibuatnya, dan tanpa sengaja setelah selesai merangkai satu bunga tanganku secara reflek bertepuk tangan yang kemudian semua mata tertuju padaku. Aduh jadi malu dipandangi banyak orang..! Sebelum selesai terkejut, laki-laki tanpa lengan itu menghampiriku dan memberiku setangkai bunga buatannya. Duh ...seperti bunga beneran! Indah....banget, aku saja tidak bisa membuatnya sebagus itu.

Dan ini hasilnya

Aku jadi berfikir, Orang cacat itupun bisa semangat dan menghasilkan sesuatu yang begitu indah. Bahkan menghasilkan uang, Kenapa kita yang diberi fisik yang sempurnah selalu mengeluh dan kadang tidak mensyukuri apa yang ada. Aku jadi tersadar kadang-kadang aku banyak mengeluh ini itu padahal kalau kita mau menengok kebawah masih banyak orang yang kekurangan.

Salam Kompasiana

KR

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun