Mohon tunggu...
Kine Risty
Kine Risty Mohon Tunggu... lainnya -

Aku mencintai senja karena semburatnya memberikan kehangatan penuh dengan kerinduan dan sekarang terdampar di Thailand

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Mencermati Pola Tidur Anak

14 Juni 2010   08:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:33 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

MASIH teringat dulu, ketika aku masih ditimang, ketika aku masih belajar berjalan. Ibuku selalu menyuruh saya agar tidur siang, lalu membelainya dengan manja di atas dipan terbuat dari bambu. Suasana pedesaan yang begitu menyenangkan, membuatku terlelap dihembus semilir angin yang masuk melalui lubang-lubang atap rumah tanpa plafon. Biasanya selepas pulang sekolah, saya selalu mencuri-curi waktu untuk bermain dari pada tidur siang. Saya termasuk anak yang hyperaktif dan cepat merasa bosan. Tangan saya tak pernah diam. Ada-ada saja yang saya kerjakan. Dari merusakkan mesin jahit, karena muncul rasa penasaran bagaimana cara mengoperasikannya hingga membongkar jam tangan saya sendiri. Karena iitu, ibu khawatir. Ia kerap menyuruh saya tidur siang agar tidak menggangu pekerjaannya. [caption id="attachment_166703" align="alignleft" width="300" caption="blogspot.com"][/caption] Secara alamiah anak yang sehat lebih suka terjaga sepanjang siang. Itu sesuai dengan siklus alamiah tubuhnya yang mengikuti jadwal terbit dan tenggelamnya matahari. Begitu matahari terbit, tubuh manusia diharapkan diisi dengan energi untuk beraktivitas sepanjang siang dan malam ketika beristirahat. Secara otomatis seorang akan tidur siang bila tubuhnya menuntut untuk beristirahat. Hal itu terjadi, ketika si anak sedang sakit, lesu, lemah, sulit tidur malam, tidak nafsu makan dan sebagainya. Atau ia menggunakan ototnya berlebihan misalnya berlari, lompat-lompat, dan sebagainya. Sebaliknya bila aktivitas anak lebih didominasi oleh aktivitas otak, maka otot “panggilan” alamiah tubuh agar sang bocah tidur siang tidak terjadi. Jadi, aktivitas anak yang lebih melibatkan otak seperti les, bermain musik dan sebagainya, tidak akan membuat tubuhnya membutuhkan tidur siang. Dua kerugian jam tidur siang yang tidak sesuai kebutuhan alami: * Mengurangi stimulasi siang hari yang dibutuhkan anak yang sedang tumbuh * Tidur siang akan mengurangi pola tidur malam anak. Padahal, tidur malam hari harus seoptimal mungkin, baik jumlah jam dan kualitas tidurnya. Apalagi tidur malam mengistirahatkan otot dan otak. Pada saat gelap (malam) tubuh anak mengalami berbagai proses biokimiawi yang berguna untuk pemulihan, pembentukan dan pertumbuhan. Terutama pada waktu tidur malam, suatu periode tidur yang disebut rapid eye movement. Sejatinya jam tidur normal anak usia setahun keatas adalah 10-12 jam. So… tidur siang sebenarnya tidak diperlukan selama tidak terjadi aktivitas fisik. *** TIGA tahun pertama dalam kehidupan anak adalah dasar bagi pertumbuhan anak selanjutnya. Selama periode itui optimasi stimulasi didapatnya pada siang hari dan proses pertumbuhannya lewat tidur yang cukup pada malam hari. Bila orang tua dapat mengarahkan anak memiliki pola ini sejak dini, maka anak akan mendapat kesempatan tumbuh dan berkembang secara optimal. Nah, tindakan secara kaku menyuruh anak agar tidur siang seperti yang kerap dilakukan banyak orang tua, itu merupakan tindakan yang tak semestinya. Sebaliknya, orang tua juga harus waspada bila anaknya selalu ingin tidur siang. Kalau sudah begitu, orang tua seharusnya curiga. Apakah keadaan kesehatan anak itu sedang buruk dan yang paling pantas dicurigai adalah infeksi virus. Atau jangan jangan ia terlalu banyak menggunakan ototnya alias lelah secara fisik. Karena itu kedepan, tidur seorang anak perlu selaras dengan pola yang ada di alam. Semoga bermanfaat NB:Artikel ini juga bisa dilihat di tribunnews.com Salam Kompasiana KR

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun