Seringnya terjadi banjir besar dan tanah longsor akhir-akhir ini karena musim hujan yang berkepanjangan sehingga menimbulkan debit air hujan meruah, pada saat air yang berkumpul meruah membentuk gelombang air layaknya raksasa ngamuk tersebut mengarah pada satu tujuan yaitu penampungan akhir dimana lokasi paling rendah.
Lantaran hampir langkanya tempat penampungan, air curahan langit tersebut menjadi liar akhirnya benda-benda yang dilewatinya oleh sekumpulan raksaksa cair tersebut menjadi porak poranda sampai mengakibatkan jembatan jebol rumah dan harta manusia yang berharga lainnya akan terseret bersama, situasi demikian biasa disebut banjir bandang.
Kejadian yang seperti ini seharusnya menjadikan kita semua berusaha  mawas diri. Apa yang salah pada Alam? Apa yang kita perbuat bagi alam ini? Sudah bersedekah alam kah dengan perilaku kita yang ramah alam? Kontribusi apakah yang kita berikan kepada Alam?
Banjir dan tanah longsor sekarang masih merupakan peringatan, jika perilaku kita terus menerus tidak memihak kepada alam, semakin serakah dan terus saja merusak tetap melukai alam, maka bencana yang lebih dahsyat lagi akan hadir pada kesempatan berikutnya, secara menimpa penghuni bumi ini lantaran semakin banyak manusia serakah mengabaikan tata aturan lingkungan yang sudah didalilkan alam. Kita tidak mau tahu, tidak mau belajar dari ujaran secara kejadian.
Bagaimana tidak, lantaran semakin banyak dana semakin banyak kesempatan menguras isi perut Bumi berikut hasil alam secara terus menerus dan semakin bersemangat memerahnya bagai layaknya menjadi sapi perahan. Sesuka-suka kita untuk keuntungan pribadi dengan modal besar yang dimiliki, tanpa kesadaraan memperbaiki alam yang sudah kita acak-acak dan meninggalkan begitu saja dalam kegersangan serta kerusakan yang parah.
Setiap kejadian banjir yang menjadi sasaran tembak kesalahan adalah Pemangku penyelenggara di wilayahnya. Sebagian memang ada benarnya seperti :
- Pembuatan drainase, gorong-gorong yang asal-asalan
- Membangun jalan tanpa drainase
- Mudahnya memberi ijin bangunan yang bukan peruntukannya, sehingga penataan suatu wilayah yang carut marut. Misalnya seharuhnya tempat untuk resapan air, diberikan ijin untuk dibangun menjadi perumahan Ruko dan tempat niaga lainnya.
- Sudahkah kita selalu membersihkan got didepan rumah kita sendiri? Padahal got-got tersebut merupakan drainase lingkungan kita. Dimana limbah cair rumah tangga kita terbuang melalui saluran got ini, kenapa harus menunggu Pemerintah untuk membersihkannya?
- Sudahkah kita selalu menyimpan kembali air hujan yang melimpah ruah itu kedalam tanah?
- Masihkah kita membuang sampah di sungai? (jika iya fatal sekali mental kita)
- Apakah kita masih rajin menebang pohon kayu dihutan untuk mencari keuntungan pribadi?
- Apakah kita yang membakar hutan-hutan?
- Apakah kita yang menebang hutan-hutan untuk mengorek hasil tambang, setelah tidak ada hasilnya kita tinggalkan begitu saja tanpa kita tanami kembali?
- Sudahkah kita menanam pohon-pohon dan melestarikannya?
- Apakah kita selalu menguruk resapan air atau rawa-rawa untuk kepentingan perumahan, Ruko[rumah dan Toko] maupun apartemen?
- Apakah kita selalu masa bodoh terhadap sungai disekitar kita?
- Apakah kita menyalah gunakan sungai dengan kebutuhan bangunan rumah pribadi?
- Apakah kita membelokkan sungai untuk mengairi empang pribadi guna usaha pemancingan?
- Apakah sungai yang lewat dilahan kita juga diperkecil bentuknya agar lahan kita menjadi terlihat lebih luas ukuran tanahnya?
- Apakah kita suka membangun rumah ditepi Danau/Situ, Sungai  tanpa memikirkan garis sepadan Situ, sungai dengan jarak kurang dari 5 meter ditepi Danau/Situ?
- Apakah kita suka memangkas tebing-tebing untuk kebutuhan banguan rumah agar memiliki view yang indah?
Kejadian tanah longsor
Banyak bangunan yang didirikan di tebing perbukitan, dilereng gunung yang seharusnya dipenuhi dengan tanaman keras, untuk pengikat tanah-tanah pada tebing dan perbukitan. Lalu diubah menjadi tanaman perdu yang tidak memiliki perakaran yang kuat, dan tidak disiapkan bentuk teras atau trap setiap kemiringannya.