Mohon tunggu...
Ngesti Setyo Moerni
Ngesti Setyo Moerni Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Berusaha mengurangi yang berakibat rusaknya lingkungan, dimulai dari diriku sendiri dan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Revolusi Mental di Mulai dari Diri Sendiri

21 Oktober 2014   23:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:13 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Istilah Revolosi mental banyak yang mengartikan lain, jangan kita samakan secaraglobal bahwa Revolusi mental dominasi ajaran PKI partai tarlarang, yang dijaman orde baru sudah dicuraskan alias dikubur dalam percaturan politik Negeri ini. Kenapa yang tidak suka atas pencanangan Revolusi Mental dari Bapak Jokowi Presiden RI ke 7 ini tadinya mereka harus berteriak-teriak menyamakan anjuran yang demikian itu dengan ideologi milik PKI, Memang pada masa itu pernah terjadi, namun maknanya sungguh berbeda. PKI sudah berlalu sudah tidak ngetrend lagi di Negeri ini kenapa selalu didengang-dengungkan kembali?

Revolusi sendiri bermakna suatu usaha perubahan sosial budaya menuju sesuatu kebaikan masyarakat, jika tidak dikaitkan dengan kepentingan politik, sekarang ini nilai-nilai perilaku yang terkini semakin carut marut dengan masuknya arus globalisasi dapat dengan mudah di temukan dengan mengklik tombol, ada yang bisa menguntungkan namun ada juga dampak kerugiannya, karena masyarakat banyak yang kurang memahami budaya import menjadikan masyarakat yang menganggap bahwa hal tersebut adalah perilaku modern, bukan jaminan bahwa sesuatu yang didapat dari budaya asing tersebut ditrapkan pada kehidupan kita sehari-hari tanpa dipilah kemudian ditelan mentah-mentah, tidak sesuai dengan budaya yang ada dan kejadiannya banyak menggegerkan situasi terkini.

Coba mari kita berkaca kepada kejadian terkini, sikap kelakuan dan tindakan sehari-hari sudah mulai menjauh dari sikap ajaran kawruh dari leluhur kita, Rasanya semakin terbuka hubungan dengan dunia luar secara perlahan banyak yang mulai meninggalkan pesan pitutur dari para sesepuh kita.

Misalkan anak sekolah sekarang banyak yang kurang hormat dan patuh terhadap Guru mereka? Nah perilaku yang acuh tak acuh terhadap kurangnya penghormatan terhadap orang yang lebih tua merupakan hal-hal kecil semacam ini akan berlanjut berestafet pada generasi selanjutnya akhirnya yang namanya budi pekerti semacam ini akan hilang dibumi pertiwi ini jika tidak segera diadakan revolusi mental.

Hubungan orang tua dan anak misalnya dengan banyaknya peristiwa yang membuat miris, seperti contohnya orang tuanya dibawa ke meja hijau, dituntut satu milyar padahal orang tuanya sudah sangat renta (terbayang tidak ya ketika masih kecil sakit siapa yang ikut sakit) ada seorang ibu salah memotong pohon di tuntut oleh anak perempuannya sendiri, orang tuanya di siksa bahkan dibunuh. Banyak lagi kata-kata yang terucap dari anak-anak mereka menyakiti hati dan tajam, ini tidak terlihat karena tidak dapat direkam.

Hubungan antar tetangga, terkadang tidak saling kenal, bagaimana bisa mengenal tetangga? Berangkat kantor gelap, pulang gelap kemudian weekend terkadang ada tugas keluar Kota/Negeri. Rumah hanya merupakan persinggahan ketika tidur saja. Mungkin hal yang seperti ini yang harus me Revolusi Mental sendiri, karena tetangga sangat penting bagi hubungan terkecil dari sebuah hubungan suatu Negeri, melengkapi hubungan Rukun tetangga.

Sedikit contoh tentang perilaku yang harus kita perbaiki alias di revolosi mental misalnya,


  • Tega menyakiti mahluk lain apalagi sesama manusia, mudah melakukan penyiksaan menjurus kepembunuhan, sekarang banyak kasus pembunuhan untuk menghilangkan jejak jasadnya dimutilasi.
  • Membiasakan budaya mengantri, bisa dalam hal apa saja, mengantri di Bank, di Super market, Rumah Sakit, menggunakan Jasa Taxi, dan lainnya.
  • Tetap mencoba selalu menjaga hubungan baik dengan sesama insan, meski pernahdisakiti.
  • Mencoba mengurangi menyakiti perasaan orang lain dengan kata-kata kasar. Menghardik kepada manusia entah kepada bawahan atau siapapun
  • Mencoba selalu membantu kepada yang memerlukan bantuan, semampunya.
  • Budaya tidak masa bodoh ketika dijalan ada yang memerlukan pertolongan.
  • Mengambil yang bukan hak dengan cara apapun.
  • Menjaga hubunganbertetangga, didalam bermasyarakat, sebaiknya slalu terus digalang.
  • Masalah perilaku dimana saja, termasuk perilaku dijalan raya, dalam hal berkendaraan, perilaku pada saat pertemuan/rapat, misal, contoh para wakil rakyat, pada saat mengadu pendapat dan adu argumentasi menjadi kasar dan liar, perilaku ketika kampanye. Perilaku memfitnah, perilaku keterpihakan negative, perilaku munafik, perilaku bertindak Anarkhis dengan menyerang suatu tempat secara liar dan membabi buta, demo liar yang tidak beraklak(siapapun dengan cara keroyokkan) dan lain sebagainya banyak sekali.
  • Perilaku tidak merusak lingkungan terutama yang mendapat kesempatan dari pemangku kekuasaan wilayah khusus Hutan. Perilaku merusak lingkungan dengan menyebabkan pencemaran darat maupun udara, dengan mengusung kepentingan pribadi.
  • Membakar sesuatu yang menimbulkan pencemaran udara, sehingga manusia lain terkena dampaknya.
  • Paham budaya malu dan lainnya.

Ini hanya sekedar contoh perilaku yang harus di Revolusi Mental, masih banyak lagi, siapa tahu lama kelamaan efeknya akan menular kepada lingkungan sekitar.

Penulis secara pelahan akan selalu berusaha me REVOLUSI MENTAL diri sendiri, siapa mau ikut? Hayuu . . . Namun demikian namanya manusia ketika masih lupa dan tetap kurang dapat menahan emosi, masih manusiawi bukan, asal dalam batas dapat ditolelir.

Mengucapkan“Selamat atas dilantiknya Bapak Ir, H. Joko Widodo menjadi Presiden Republik Indonesia dan Bapak Drs. H. Yusuf Kala sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia

-Ngésti Setyo Moerni

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun