Sejuk sekali taman kota di Surabaya mengalirkan energi positif [Doc. Pribadi]
Melihat berita di Metro TV hari Minggu siang, penulis ikut angkat bicara dengan posting artikel, karena kenyataan ini termasuk pengrusakan lingkungan. Jelas. Sempat tidak percaya kok bisa membuat acara tanpa perhitungan matang, akibatnya taman Bungkul di kota Surabaya rusak parah dalam waktu hitungan jam, kata bu Wali taman-taman itu sudah selama sepuluh tahun dirawat, oh . . . kejamnya tentunya tidak mudah, dengan segala suka dukanya. Fatal sungguh, suatu kegiatan komersil yang bermaksud mengangkat/memamerkan kegiatan amal peduli masyarakat sekaligus promo dengan menampilkan sebuah pencapaian rekor, mengapa tidak dipersiapkan secara profesional? antisipasi membludaknya masa misalnya, menjaga tanaman-tanaman membutuhkan pasukan khusus. Terlihat situasi sangat teledor dan ini merupakan sebuah cermin panitia yang berusaha menggiring masa namun tanpa mengajarkan cinta lingkungan sama sekali tidak peduli terhadap lingkungan yang sudah cantik tertata hanya untuk berebut sebuah kegratisan. Bukan begitu?
Pembagian Gratis mendatangkan masa sebanyak itu akan sangat membahayakan masyarakat yang berebut berdesakan, terkesan mempermalukan masyarakat itu sendiri, bagaimana sibuknya orang berdesakan saling injak, saling dorong, saling serobot sudah pasti tak terkendali. Lagi pula apa untungnya kegiatan besar semacam ini harus mengorbankan mahluk hidup berjenis tanaman hias yang sungguh sangat dibutuhkan oleh semua mahluk bersebut manusia, untuk santapan mata, santapan hati dan santapan paru hal mana sedang cantik-cantiknya menggeliat indah dilihat, dinikmati oleh semua mata yang mendatangi dan melewati taman Bungkul tersebut. Menurut Penulis keadaan ini sungguh Ironis, bukan sebuah kecelakaan, namun termasuk keteledoran berat.
Jelas saja Ibu Tri Risma, Walikota Surabaya marah besar, benar-benar sampai tidak terkontrol. Penulis ikut merasakan perasaan yang demikian itu. Sudah capai-capai menciptakan suasana yang Asri dengan uang Rakyat agar kembali dinikmati oleh rakyat dengan segala keringat, namun dalam hitungan jam bablas lah semuanya. Hmmm . . . Betapa piciknya manusia yang tidak peduli dengan alam sekitarnya serta tidak peduli dengan fasilitas umum untuk kebersamaan, pedih, kecewa dan kemropok(rasa panas hati bahasa Jawa) melihat kehancuran yang sangat sekejab, tidak dapat digambarkan keadaan situasi yang demikian itu, karena untuk membangun taman ini tidak semudah membuat taman yang diciptakan oleh cerita Roro Jonggrang dalam sekejab jadi.
Terlihat tanaman bromelia segala jenis berwarna-warni, kemudian pakis tanduk menjangan ditempel dipohon pelindung dipinggir jalan, tanaman hias sirih kuning yang digantung di pohon keras dan lainnya, agar suasana pohon keras untuk pelindung itu tidak terkesan kaku dan mirip keadaan hutan rimbun. Jalan-jalan pun terasa sejuk dikerindangan. Apalagi Bu Risma ini seringnya turun tangan sendiri untuk mengurus segala sesuatunya. Perpaduan taman kota yang ditata oleh ahlinya termasuk sentuhan tangan khas Ibu Risma. Percaya, Ibu walikota yang satu ini meski sibuk kalau urusan taman tidak lepas dari keikut sertaannya. Maaf penulis ikut menyesalkan peristiwa tersebut, artikel ini menyorot pada kerusakan Lingkungan yang terjadi.
Sungguh, ketika penulis berkunjung ke Surabaya beberapa saat yang lalu, Surabaya terasa sejuk bukan karena mendung akan hujan, begitu terasa sekali semilir angin yang berasal dari keteduhan pohon-pohon rindang ditepian jalan . . .
Ibu Walikota ini suka turun kejalan menyapu (bukan mencari sensasi, atas kemauanya sendiri dan memberi contoh kepada warganya) makanya di Surabaya warganya menjadi ikut seperti Ibu Walikotanya berbenah pada lingkungannya masing-masing secara kompak. Begitulah ibu Walikota, kata anggota Dinas Kebersihan dan Pertamanan DKP Surabaya sedang Radio SS di Surabaya juga tempat Ibu Risma Nangkring mendengarkan keluhan warga. Mengapa kejadian ini Ibu Walikota langsung bisa mengetahui dengan cepat serta membubarkan acara yang masih berlangsung.
Tanaman Bromelia yang cantik hancur terinjak-injak hiks! Ada jenis tanaman Bromelia yang sangat mahal loh! [Doc. Metro TV]
Menyorot kemarahan Ibu Walikota Surabaya, penulis justru mendukung dan kagum, pemimpin beginilah yang sekarang ini dibutuhkan oleh negeri ini. Penulis dukung 100% buat Ibu Walikota yang sangat konsisten ini. “Semangat Terus Ibu! Gebrak yang tidak pada semestinya, agar semua sadar mana baik, mana buruk!” Jangan sampai dengan adanya peristiwa pengrusakan lingkungan seperti ini Walikota hanya marah pada stafnya saja, dan bilang “Yo uwes Ra po-po sesuk iso dibenakno maneh” (Ya sudah tidak apa-apa besok bisa diperbaiki kembali) aduh kami semua masyarakat pasti jadi merasa kecewa jika walikotanya bersikap adem ayem dan ngglendem.
Sekarang ini perilaku seenaknya hampir membudaya, tidak ada kepedulian apalagi partisipasi terhadap lingkungan. Jika penulis mendapat kesempatan jadi Walikota, kemudian mendapat masalah seperti ini pasti langsung cancut tali wondo (artinya . . . . .digebug saja ) Waduh, ada-ada saja peristiwa ini.
Alasan penyelenggara berdalih sudah mendapat ijin, tapi dinalar memakai logika, kalau sudah ijin apa iya boleh menginjak-injak seenaknya taman nan cantik? dengan minta ijin bisa suka-suka mengijinkan masyarakat menginjak-injak taman ini. Duhhh piciknya . . .
Perlu diketahui, jika saja mereka bisa mendengar tanaman hias berteriak meraung-raung karena diinjak-injak, mereka baru menyadari tanaman adalah mahkluk hidup? Itulah seringnya penulis menyebutkan pemimpin Negeri ini harus keras, tegas, galak tetapi tetap konsisten, dilambari dengan hukum yang tidak bisa dijual belikan, keras!.
Berita terakhir bahwa kerugian kerusakan taman ini seharga milyar an, kata Ibu walikota yang langsung memperbaiki taman tersebut bersama Dinas terkait, lihatlah perjuangan seorang Walikota Wanita yang konsisten terhadap pekerjaanya. Semoga masih banyak lagi Wanita-wanita muda yang berjiwa RISMA.
“Ibu Risma, Monggo bu, dibelakang ibu banyak yang mengacungi jempol atas kemarahan Ibu, karena ibu membela mahkluk hidupyang tidak berdaya dan menghargai rakyat yang membayar dengan keringatnya untuk sebuah taman yang sangat dibutuhkan bagi kelestarian Lingkungan bagi penghuni bumi ini” Meskipun mereka sanggup mengganti, tetapi penggantian ini merupakan sebuah cermin yang menggambarkan betapa kita tidak pernah peduli atas lingkungan yang ada disekitar kita, hanya karena sesruputan ES CREAM tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan terbunuh dan kesakitannya mahluk hidup berbentuk tanaman serta kerusakan sarana dan prasarana Umum berpengaruh besar terhadap Bumi.
Kejadian seperti ini sebagai pelajaran berharga bagi kita semua karena tanaman ini asli bukan tanaman plastik.
Maju terus bu Wali, sebaiknya suatu saat Ibu jadi Presiden
Minggu malam 11052014
Baru sempat diposting-Semoga bermanfaat
-Ngésti Setyo Moerni
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H