Selama manusia masih ada, dimana mereka berpijak tentunya sampah selalu bersamanya, malang banyak manusia tidak menyadari siapa yang memproduksi sampah-sampah tersebut, sama sekali tidak ingin berusaha untuk menyelesaikan sampahnya sendiri. Tentunya tidak terlalu berat jika sampah tersebut terpilah lalu diolah, setiap harinya tinggal memasukkan saja kedalam sistem pengolahan sampah yang sudah sering disosialisasikan oleh Pemerintah maupun para peduli lingkungan.
Sayangnya dikarenakan semakin majunya perkembangan zaman, segalanya serba praktis termasuk tempat pembuangan sampah yang sangat mudah yaitu kantong plastik dan yang besar bisa dimasukkan ke trash back untuk segala macam sampah semisal sampah organik, sampah un-organik dan sampah limbah berbahaya, menjadikan manusia merasa mudah dan serba cepat, tinggal diletakkan kedalam bak sampah didepan rumahnya.
Tanpa memikirkan hitung-hitungan jumlah dan berat sampah yang dihasilkan per KK, per Rt, Rw, Kelurahan sampai kecamatan dikali hari yang disetor ke TPST . Dalam hitungan tahun sampah sudah menggunung, belum yang dibuang berceceran diselokan. dipinggir jalan, Sungai, Danau, Laut, lahan tidur dan lainnya.
Sepertinya terlena dengan segi kepraktisannya, serba menjadi korban modern dan maju, serba cepat tetapi menghancurkan, lihat saja musim sudah berubah tidak pernah tepat, Bumi ini semakin panas karena lapisan ozon sudah banyak berlubang, sehingga tabir matahari semakin menipis, pulau-pulau kecil sudah hilang karena air laut yang naik dissebabkan mencairnya es dikutub. Bencana alam yang diakibatkan ulah manusia modern mengakibatkan kefatalan yang luar biasa.
Meski banyak yang pontang panting mengajak untuk mengolah sendiri sebagian sampahnya yang dapat diolah tetapi tetap saja pembakaran sampah masih terjadi terus menerus berlangsung dirumah masing-masing. Yang mengerikan lagi sekarang ini hampir banyak orang membakar sampah dengan kandungan sampah yang bermacam-macam termasuk sampah racun didalamnya, belum lagi seringnya kejadian hutan dibakar ataupun terbakar.
Jika saja Gerakan Budaya Bersih dan senyum ingin memanfaatkan pembakaran secara “Waster”atau yaitu “Metode Terminator Pemusnah Limbah” ini akan membantu mempercepat mengurangi sampah yang menggunung dengan melibatkan masyarakat harus setiap hari sampah disetor ke petugas sampah dengan demikian sampah yang akan dimusnahkan tidak menggunung dan tidak berbau. Menghasilkan perolehan Zero Waste, tinggal sisa abu yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman maupun lainnya.
Barangkali Metode “Waster” ini dapat menjadi alternatif oleh Komenko Maritim lebih cepat bagi pengolahan sampah disamping cara pengolahan lainnya yang melibatkan masyarakat untuk berperan serta didalam pengolahan sampah masing-masing dirumah warga.
Menulis artikel ini pun selalu disertai senyum, agar Gerakan Budaya Bersih dan Senyum mencapai sasaran pbagi para pembaca.
Salam GBBS.
-Ngesti Setyo Moerni