Mohon tunggu...
Ngesti Setyo Moerni
Ngesti Setyo Moerni Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Berusaha mengurangi yang berakibat rusaknya lingkungan, dimulai dari diriku sendiri dan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Masih ada Masyarakat yang Buang Air Besar di Koyak

26 Desember 2014   00:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:27 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Toilet yang Higienis

Kalau masyarakat yang hidup dan bertempat tinggal di perumahan biasanya sudah pasti semuanya tertata khusus perihal toilet sehat, sama dengan MCK dengan pembuangan tinja dimasukkan kedalam septic tank. Semua sudah terencana termasuk ukuran kedalamannya, masih dilengkapi bak kedua letaknya lebih rendah dari bak pertama berguna untuk menampung limbah dari tinja yang diberi lapisan pasir dan ijuk, nantinya air yang akan meresap kedalam tanah sudah sedikit tersaring karena bagian bawah tanah resapan tidak diplester agar air limbah dari septic tank meresap kedalam tanah. Jarak sumber air minum dan saptic tank minimal harus 10 meter. Secara berkala melalui perusahaan jasa penyedotan, tinja disedot, sehingga tidak membuat masalah pencemaran untuk lingkungan.

Sedangkan air limbah dari mandi dan lainnya disalurkan melalui got pembuangan menuju drainase, tetapi sebaiknya jika memiliki halaman yang luas semua air limbah termasuk air hujan bisa dibuatkan sumur resapan, sedangkan bagi yang berhalaman sempit bisa menggunakan Lubang Resapan Biopori guna menjaga permukaan air tanah tetap stabil, keuntungan lainnya air tidak terbuang percuma dan banjir dapat diminimalis.

Ada beberapa kriteria Toilet sehat Jika penampungan kotorannya,


  • Tidak mengkontaminasi sumber air.
  • Menjaga jangan sampai kontak antara manusia dan tinja
  • Membuang tinja manusia aman sehingga tidak dihinggapi lalat atau serangga lain termasuk binatang.
  • Menjaga buangan tidak menimbulkan bau
  • Konstruksi dudukan closet dibuat dengan baik dan aman bagi pengguna


Menurut kriteri Depkes RI (1985), syarat sebuah jamban keluarga dikatagorikan jamban sehat, jika memenuhi persyaratan sebagai berikut :


  1. Tidak mencemari sumber air minum, untuk itu letak lubang penampungan kotoran paling sedikit berjarak 10 meter dari sumur (SPT SGL maupun jenis sumur lainnya). Perkecualian jarak ini menjadi lebih jauh pada kondisi tanah liat atau berkapur yang terkait dengan porositas tanah. Juga akan berbeda pada kondisi topografi yang menjadikan posisi jamban diatas muka dan arah aliran  air tanah.
  2. Tidak berbau serta tidak memungkinkan serangga dapat masuk ke penampungan tinja. Hal ini misalnya dapat dilakukan dengan menutup lubang jamban atau dengan sistem leher angsa.
  3. Air seni, air pembersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah di sekitarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat lantai jamban dengan luas minimal 1×1 meter, dengan sudut kemiringan yang cukup kearah lubang jamban.
  4. Mudah dibersihkan, aman digunakan, untuk itu harus dibuat dari bahan-bahan yang kuat dan tahan lama dan agar tidak mahal hendaknya dipergunakan bahan-bahan yang ada setempat;
  5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna terang;
  6. Cukup penerangan;
  7. Lantai kedap air;
  8. Luas ruangan cukup, atau tidak terlalu rendah;
  9. Ventilasi cukup baik, dan
  10. Tersedia air dan alat pembersih.

Perilaku hidup yang tidak sehat.

Melihat hal yang demikian kami merasa sangat prihatin atas kebiasaan masyarakat yang kurang mengenal kebersihan serta tidak mengetahui efek apa yang ditimbulkan jika mereka secara terus menerus bertahan untuk kebiasaan hidup tidak sehat dan berperilaku jauh dari bersih, boleh dikata tidak higienis sama sekali maka sudah pasti apa yang terjadi pada kesehatan warga khususnya dan lingkungan sekitar pada umumnya. Pertama yang merasakan adalah masyarakat sekitarnya ketika bau tidak sedap menyengat, menyebar serta dapat terendus kesegala penjuru karena terkena hembusan angin, kemudian ada lubang menganga dengan pemandangan sangat tidak sedap sama sekali, keselamatan anak-anak /orang yang berjalan melalui daerah sekitar kalau apes bisa terjeblos, terpeleset masuk kedalamnya, berenang bersama air tinja.

1419502462947025734
1419502462947025734

Keadaan semacam ini kami temukan ketika kami keliling ke wilayah yang kami datangi, ketika mengajak masyarakat agar mengolah sampahnya sendiri di rumah tangga masing-masing, kami melihat keadaan yang masih memprihatinkan, kebersihan MCK [Mandi Cuci Kkakus] tidak diutamakan sama sekali. Padahal mereka ada yang memiliki televisi, memiliki motor, tetapi ada pula yang yang benar-benar keluatga kurang mampu. Prihatin.

14195025251872072951
14195025251872072951

Komunitas Peduli Lingkungan

Dikarenakan keprihatinan yang amat sangat dan tidak dapat berbuat dengan masalah pendanaan penulis hanya bisa menyumbangkan tenaga saja beserta pikiran konsentrasi dengan beberapa warga bergabung memberi tanda kegiatan ini dengan menamakan Komunitas Peduli Lingkungan BPI [KoPeLingBPI] dimana komunitas ini tidak provit oriented, ihklas berbuat dilingkungan khusus mengajak pengolahan sampah diselesaikan dari rumah tangga masing-masing. Kegiatan ini mulai bergerak sekitar tahun 2008 atas kesamaan hoby para warga dan kemauan maka kami peduli. Sebelumnya sudah sering melakukan kegiatan yang tidak pernah kami catat jalan saja bersama-sama warga lainnya tanpa koordinaasi dengan sebuah wadah.



14194977221214523427
14194977221214523427

Awalnya kami bergiat menghijaukan lingkungan perumahan kami yang gersang, karena tidak mendapat fasilitas dari pengembang untuk pengolahan lingkungan terutama penataan taman lingkungan, kami maklum perumahan kami hanyalah sebuah perumahan BTN yang gersang dengan pembuangan sampah yang amburadul seenaknya, dimana ada tanah kosong, mereka jadikan tempat pembuangan sampah.

Padalah dari pengurus RW nya sudah dikoordinir untuk membayar beberapa orang untuk pengambilan sampah perumahan, keadaan demikian itu diawali tahun 1998. Bersama masyarakat penghuni yang peduli kami melakukan tindakan nyata menghijaukan ruang terbuka hijau dengan swadaya. Gebrakan pertama kami adalah penanaman hampir 3000 pohon diperumahan dan sekitarnya termasuk sekolah diluar perumahan kami dalam dua kali kegiatan bekerjasama dengan Dinas kehutanan propinsi Banten dan Kowani dengan Ibu Dewi Motik. Alhamdulillah . . . KoPeLingBPI sudah cukup banyak melakukan kegiatan.



Sekarang ini lingkungan kami sudah merasakan kehijauan pepohonan, ruang terbuka yang tadinya penuh sampah sekarang sudah menjadi ruang terbuka hijau[RTH] dengan tanaman buah,  yang sudah dipanen berkali-kali dinikmati oleh masyarakat yang ingin, kebetulan kebanyakan bukan warga perumahan. Demikian sekilas tentang Komunitas kami yang sedang bergiat terus bersama dengan masyarakat penghuni Perumahan dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Propinsi Banten.



Masih banyak wilayah tertinggal, sehari-harinya dengan MCK tidak layak

Kembali kepada Kebersihan lingkungan khusus MCK yang tidak sehat berawal dari kemiskinan, kekurangan pengetahuan dan kebiasaan dari pendahulunya. Kebersihan biasanya selalu bertolak belakang menjurus pada khasanah perilaku, menyatu menjadi kebiasaan berjalan membaur dengan kesederhanaan minimnya pengetahuan tentang efek kesehatan pada diri sendiri tidak terlalu menjadikan kebutuhan utama dalam keseharian. Jangankan menyikapi hidup sehat bagi diri sendiri, yang ada hanyalah bagaimana caranya bisa mendapatkan makan untuk hari ini?

Sebagai manusia yang memiliki rasa dan perasaan, hal semacam ini sangat menjadi ganjalan bagi masyarakat lainnya yang ingin berbuat sesuatu misalnya mengajari mereka, memberi pengetahuan tentang  kebersihan berwawasan lingkungan sehat, keinginan demikian jika itu dilakukan sendiri tidak akan pernah terlaksanakan karena segala sesuatu tindakan apapun muaranya selalu membentur pada masalah pendanaan. Kecuali bagi pemilik dana berlebih dan pemilik nurani yang seluas samodra, tapi hal demikian sudah banyak dilakukan oleh mereka.

1419500147894448749
1419500147894448749



Untuk menyalurkan keinginan penulis berbuat bagi orang lain ya sekarang inilah saatnya, ada kesempatan untuk mengajukan proposal tentang “Toilet yang Higienis” kepada Unilever, jika rejeki masyarakat yang masih menggunakan MCK secara bar-bar[dikebon/diempang/di kali], maka nanti mereka akan merasakan dan menggunakan MCK yang Higienis. Disini Penulis tahu lokasi warga masyarakat yang masih banyak membuang kotoran dari dalam tubuh dengan cara dibuang ke Sungai atau ke Koyak ataupun ke empang, dan kadang ke tegalan biasa disebut “dolbon”(ini istilah betawi)Sungguh efeknya sangat mengerikan dan itu tanpa disadari oleh mereka semua, mungkin begini katanya :“Penting urusan sendiri selesai masalah buat anda?”

Sebenarnya Pemerintah Daerah Tangerang Selatan sudah bergerak memperbaiki rumah tak layak huni, menjadi rumah sehat dan toilet umum, karena terbatas pada Anggaran Belanja ataupun hibah maka pengerjaannya dilakukan secara bergilir di tujuh Kecamatan pada saat kegiatan pembinaan P2WKSS  Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera, sekaligus diadakan lomba setelah mendapat pembinaan, dari masing-masing Dinas terkait.

14194990281946399094
14194990281946399094


Beruntung penulis, masih bisa sedikit-sedikit memasukkan pencerahan kepada mereka pada kesempatan sosialisasi mengadakan penyuluhan, pembinaan, pelatihan serta lomba, termasuk pencerahan tentang jamban yang bersih. Namun itu kurang membuahkan hasil yang maksimal, karena jumlah masyarakat bawah yang demikian banyaknya dengan waktu dan lokasi yang tersebar, minimal cukup evektif sasaran yang ditargetkan mengena, walau hanya sebagian.

Ketika wawancara kepada penduduk yang masih menggunakan cara membuang hajat di empang, dengan santai mereka bilang bahwa hal semacam ini sudah biasa, dari semenjak kecil ya beginilah cara membuang sampah dari tubuh manusia, sekalian usaha, memberi makan ikan lele yang dipelihara di empang, mengurangi modal untk beli pakan lele. Ketika bicara tentang daur ulang mereka juga bilang bahwa hal semacam itu merupakan daur ulang yang bermanfaat dan hemat. Mereka tidak berfikir, dengan lele yang memakan kotoran manusia yang sedang sakit akan menyebarkan penyakit bawaan dari manusia tersebut, bagaimana jika itu bacteri coly, wabah akan menyebar. Achhhhh . . . miris.



Anjuran dari Penulis untuk anda : Jika ingin toilet dan ventilasi udara dari septic tank tidak berbau, karena bau tersebut berasal dari tekanan didalam disebab proses penguraian tinja didalam saptic tank, silahkan siramkan cairan yang mengandung EM [Efektif Mikroorganisme] kedalam closet, cairan tersebut dapat mengurai tinja menjadi tanah/kompos kotoran mengendap dan air mengalir kebak rembesan, sehingga bau yang keluar dari pipa ventilasi udara dan closet sangat minim, karena [EM]  mampu menghilangkan bau menyengat karena proses penguraian. Keuntungannya tidak perlu lagi sering menyedot Tinja.

Mari sampaikan kepada seluruh Masyarakat tentang Perilaku Hidup Bersih Sehat dan bersih dari perilaku hidup tidak sehat.

-Ngésti Setyo Moerni


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun