[caption caption="sumber gambar koleksi Ngesti S M"][/caption]Boleh bersyukur dijaman sekarang ini banyak sekali para wanita yang masih muda namun sudah menginspirasi justru untuk memperjuangkan hak dan kepentingan orang lain.
Beruntung sore itu kami Ketapels{Kompasianer Tangerang Selatan Plus] dapat bertemu dan mendengarkan penuturannya mengenai Giat dua wanita Inspiratif secara bersama-sama mereka berdua bahkan sudah diakui oleh sebuah tabloid ternama di Nusantara ini.
Pernahkah pembaca mengenal Game Gambreng? Game ini pemiliknya adalah wanita Inspiratif yang sudah malang melintang memperjuangkan kemajuan Game di Jakarta khususnya dan indonesia pada umumnya. Pergulatannya boleh dibilang sampai berdarah-darah, ujar Riris Marpaung konsentrasi memperjuangkan keberadaan Game yang dibangunnya dengan berkecimpung dibidang IT tentunya, spesial mendalami masalah permainan Game,Â
dengan mendirikan Usaha Produksi dimulai dari menemukan jilid-jilid permainan game yang kemudian banyak digemari oleh masyarakat usia kecil dan remaja. Diawal memulai pekerjaan ini baru memiliki satu game dengan penghasilan masih minim. Sebuah perjuangan yang tidak main-main berangkat dari kemauan modal dan biaya atau dana operasional sendiri, benar memang biasanya demikian.
Padahal Riris ini berangkat dari Pustakawan yang setia menekuni profesinya, dari sinilah kemudian menginspirasi pikirannya untuk berpindah haluan, karena memang masih belum banyak persaingan disini, semua game yang ada tadi berasal dari luar. Kenapa tidak serius dengan yang ini? Tutur Riris.
Kebutuhan bermain dengan game –game ini khusus mempersiapkan bagi anak-anak dan remaja dengan rata=rata usia pengguna dikepala dua puluhan pada masa-masa era Digital tersebut di Indonesia. Tentu saja rekan kerja dan pegawainya semua masih berusia muda pada lingkaran sekitar dua puluhan, segala sesuatunya masih fresh dan semangat, bukan berarti yang dalam lingkaran usia yang diatas dari itu kurang semangat sebenarnya sama saja usia tua maupun muda, yang penting kemauan.
Sayangnya kata Riris Game di Indonesia ini masih tertidur karena Pemerintah kurang banyak mensuport keberadaannya, di bidang pendidikan baru ada dua antara lain di Binus dan ITB saja yang mengadakan pelejaran mengenai Game ini.
Keuntungan bermain game ini melatih kecepatan otak untuk mendapatkan sesuatu yang cepat dengan taktik serta cara yang sudah dikuasainya.
Yang masih terpikirkan dampak negatif yang nantinya akan dijalani oleh generasi kedepan, misalnya hubungan sosial sesama masyarakat, apakah tidak akan timbul individualistis yang tertutup karena keasyikannya sendiri, apakah dalam kemandirian nya pandai menguasai game lalu tidak memerlukan pergaulan dilingkungannya dan cuek terhadap lingkungan sekitarnya, entahlah. Sekarang tinggal bagaimana orang tua saja yang harus mengarahkan anak-anaknya, memetik untung ruginya dari seberapa jauh hoby putra-putrinya dalam menikmati permainan-permainan dan lainya yang ada didalam game tersebut,Â
bagaimana sebaiknya orang tua selalu mendampingi putra-putrinya untuk mengarahkan serta ikut menyelam dan berlayar pada lingkungan era Digital. Bukan berarti lingkungan lainya terabaikan seperti pertanian dan sampah yang adalah kebutuhan pokok hidup ini, wajib diperkenalkan dan disiapkan kepada anak-anak sejak dini.
Padahal Riris ini berangkat dari Pustakawan yang setia menekuni profesinya, dari sinilah kemudian menginspirasi pikirannya untuk berpindah haluan, karena memang masih belum banyak bersaing disini, semua gane yang ada tadi berasal dari luar.Â