Minggu itu sedianya ingin santai pagi di rumah, karena selama Hari Sabtu Minggu yang lalu selalu ada saja kegiatan. Rencana ingin belanja ke pasar, mumpung tidak ada acara pagi, paling siangnya rencana ada latihan Keroncong di MA Pamulang, tiba-tiba telepon berdering dari Bung Gapey Sandy [Kompasianer] sekitar pk.08.30 “Bu lagi dimana, bisa ke Situ Ciledug[Danau tujuh Muara] nggak? ada sesuatu nih penting, dan Bla ....bla ...bla ... “ Info menarik nih.
“Ok jam 08.00 saya sampai lokasi” Mandi buru-buru, sudah itu sarapan roti dan teh dibawa masuk mobil dan breng . . . . sudah biasa bagi penulis panggilan darurat, jika ada sesuatu yang penting dalam waktu singkat penulis sudah siap ditempat.
Di Situ Tujuh Muara sudah ada Bung Gapey Sandy[Kompasianer], mas Doddy, mas Rendy, anak –anak muda yang ramah dan giat semangat dalam menjaga lingkungan khusus Situ. Tak lama kemudian mbak Ani Berta [Kompasianer] muncul, kami bertiga mendapat masukan yang membuat miris dan mosi[seperti istilah anggota dewan] tidak percaya ketika mendengarkan tutur kata secara panjang lebar tentang hal yang memprihatinkan tentang Situ-situ yang ada di Tangerang Selatan. Curhatan anak-anak muda Pentolan dari GANESPA yang mangkal di samping Situ Tujuh Muara atau Situ Cileduk lengkap dengan kantor sekretariat serta peralatan untuk keperluan kegiatannya, bermacam-macam, perahu karet, life jacket masih banyak lagi lainnya, membuat bulu kuduk berdiri bukan karena dingin, cuaca sangat panas diluar.
Begitu rumitnya menjaga aset Negeri, disertai pada hal yang memalukan terjadi. Sungguh, mereka yang merusak Situ adalah manusia serakah dimuka Bumi ini yang selalu mengincar Situ untuk kepentingan mempertebal pundi-pundi pribadi dan keinginan memperluas area pekarangannya dengan murah, modal semen, bata serta besi mereka sudah dapat memperluas area, dari areal Situ bisa terbaca warga yang mencaplok situ untuk perluasan lokasi rumah/warung maupun tempat tinggal. Kalau yang serakahnya lebih besar lagi mainnya menguruk ribuan meter hmmm . . . Pokoknya Bumi dan Air yang terkandung didalamnya digunakan sesuka-sukanya oleh yang punya Dana.
Sementara peraturan yang sudah diundangkan tentang garis sepadan Sungai maupun Situ anggap saja angin lalu, bagaimana ini Pemerintah? lagi-lagi tindakan tegas diperlukan dalam hal semacam ini. Menurut penulis, kenapa urusan kebutuhan nasi sesuap saja, harus menghancurkan lingkungan, khusus Situ. Kok nasi sesuap? Lah, manusia ketika makan memasukkan nasi kedalam mulut hanya sesuap-sesuap, apakah sanggup memasukkan nasi sepiring langsung kedalam mulut atau bahkan setruk langsung telan? Nah . . . kok rakus sekali mencaplok caplok tanah yang bukan haknya.
Sungguh Pemuda-pemudi relawan GANESPA ini memiliki sikap patriot yang sangat tinggi dalam menjaga Situ meski terseok terkadang selalu merogoh kocek sendiri untuk keperluan itu. Seringnya mereka juga hanya bisa mengurut dada melihat kenyataan yang berlangsung didepan mata selalu melihat sandiwara terselubung kenyatan yang pincang penuh teka-teki mengerikan ini, bagaimana Bapak Lurah dan Camat? bergandenglah menegakkan kelurusan keadaan dengan relawan ini, agar generasi berikutnya punya jiwa patriot yang besar dalam menjaga aset Negerinya.
Benar juga ketika kami diajak keliling mengarungi Situ Tujuh Muara alias Situ Cileduk bersama Bung Gapey Sandy dan mbak Ani Berta, Wow . . . kami bisa melihat sendiri betapa orang-orang tamak yang menggerogoti Situ yang seharusnya membentang Indah, ditambah pemandangan sampah dari pembuangan sebagaian warga yang tidak ambil peduli kebersihan penghuni bantaran begitu tragisnya Situ Tujuh Muara ini sedang sakit meringis-ringis. Padahal kalau dikelola bersama dengan benar, bisa mendatangkan masukan untuk biaya pemeliharaan Situ yang Cantik itu.
Berbincang dengan mereka menjadi tahu begitu besar suka dukanya menjadi relawan penjaga situ, tidak hanya menjaga saja, tetapi juga melestarikan lingkungan dengan menanam tanaman pohon dimana yang sekarang sedang digalakkan adalah penanaman pohon bambu, beruntung, GANESPA sudah memiliki banyak jenis pohon bambu yang nantinya bakal sangat berguna untuk keperluan apapun. Karena Bambu termasuk penyedot polusi udara [polutan] terbesar setelah Trembesi, sementara bambu mampu menyimpan air, sekaligus rakus menghisap unsur hara dalam tanah.
Dengan anggota yang berjumlah 150 orang muda-mudi ini, GANESPA memantau seluruh Situ yang ada di Kota Tangerang Selatan, untuk menjadi anggota GANESPA tidak mudah, karena Syarat utama adalah harus pandai berenang, masih banyak test yang harus dilalui. Iseng-iseng Penulis minta menjadi anggota, "Sulit Bu, masih banyak yang antri saja belum diterima, persyaratan dan testnya tidak mudah" tutur Rendy "Oh, yo wes"
Mereka ini bekerja keras, selalu berpatroli, membersihkan situ menggunakan dua buah perahu karet, cukup berat juga, benar-benar harus terlatih, apalagi jika membersihkan bekas keramba menarik patok yang di tancapkan itu pekerjaan yang tidak mudah.
Saat ini sedang didata keberadaan ekosistem di Situ Tujuh Muara, akan segera dibukukan karena ternyata Situ inilah yang masih terjaga ekosistemnya dan paling banyak jenisnya, apapun binatang yang naik keatas pasti dimasukkan kembali kedalam Situ termasuk ular sanca, jangan sampai ada yang hilang karena keluar tanpa tujuan tergilas kendaraan dan lain sebabnya.
Ketika kami keliling ternyata ada bagian kedalaman yang sangat dangkal, kayu dayungnya saja bisa mencapai dasar, untuk itu mengharap Pemerintah cepat tanggap segera melakukan pengerukan, karena Situ Tujuh Muara ini menampung 29 Gorong-gorong setoran dari wilayah sekitar dengan bermacam-macam sampah lumpur sebangsanya.
Jangan dianggap ringan menjadi dedengkot GANESPA, banyak memiliki pengalaman yang unik dan aneh, tentang sogok menyogok dengan segepok amplop coklat, agar diam dan membisu tidak berteriak-teriak atau melapor kemana-mana ketika ada perbuatan pengurukan maupun pembuangan limbah membahayakan, tapi namanya sudah disumpah dan atas keinginan sendiri ingin menjaga bumi Pertiwi dengan taruhan nyawa mereka juga pernah akan dihabisi nyawanya.
Nah begitulah Si Cantik Situ-situ yang menjadi incaran pemilik modal, yang selalu mengincar untuk dijadikan tambang penghasilan pribadi. Kenapa mesti situ? masih banyak tanah darat yang bisa diobrak-abrik menjadi suka suka pemilik harta, jangan obrak-abrik Situ, manfaatnya sangat banyak untuk kehidupan manusia dan mahluk lainnya, masak anda tidak tahu sih?
Yuk Lindungi Situ dari tangan-tangan si Ankara Murka.
-Ngesti Setyo Moerni
Hasil Kolaborasi menulis Kompasianer Peduli Lingkungan yang bermukim di Tangerang Selatan, mengharap dukungan Kompasianer lainnya, silahkan dibuka :
Parah! Pengurukan Situ di Tangsel Oleh Gapey Sandy
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H