Catatan kecil, Sedetik Bersama Presiden Joko Widodo di Istana Negara,
Masih tersisa cerita tentang undangan bagi 100 Kompasianer ke Istana negara pada tanggal 12 Desember 2015. Sekilas masukan yang tertangkap oleh penulis dari Presisden RI yang ke tujuh ini begitu terlihat kemampuannya yang piawi melayani keinginan serta membaur bersama masyarakat yang diundang ke Istana, dengan cara beliau mendekati masyarakat, semua lini dirangkul dan diundang untuk jamuan makan. Tidak sekedar nilai jamuannya, sebenarnya Presiden memiliki taktik jitu dan ini sudah dijalaninya ketika masih menjadi Walikota Solo yaitu merangkul masyarakat kecil dengan mengajak makan sambil ngobrol. Disana Presiden akan dapat menangkap apa keinginan masyarakat yang selama ini tidak sempat terungkap, dengan halus dan piawainya beliau memaparkan tujuannya hingga dapat ditemukan kata sepakat, itu jika berbeda pendapat.
Jika bertatap muka dengan masyarakat golongan apa saja Presiden dapat mendengarkan secara langsung keinginan, usul serta masukan serta kejadian-kejadiannya. Karena sudah diundang dan bertatap muka mereka tidak akan berani membuat masukan yang nganeh-anehi, pasti keinginan nurani itulah yang akan keluar untuk disampaikannya.
Contohnya usulan dari Kompasianer Thamrin Dahlan yang mengakui secara terus terang tidak mendukung Jokowi pada saat Pilpres, kemudian mengusulkan jika Presiden blusukan dengan pesawat terbang kedaerah-daerah agar mengajak serta Kompasianer untuk ikut, mewakili masyarakat luas dengan laporan perjalanan blusukan ala blogger.
Tidak ada sedikitpun kata kecewa bagi beliau justru pengakuan jujur dan sportif semacam ini lah yang membuat Presiden tersenyum. Penulis tidak dapat menebak didalam pikiran beliau kenapa usulan tersebut diterima hingga direncanakan untuk diagendakan. Penulis dan 99 Kompasianer mendapat “pendidikan Revolosi Mental” Untuk selalu berfikir positif, tidak membudidayakan dendam.
Coba bayangkan jikalau Presidennya otoriter apa berani memberi masukan seperti tersebut diatas?
- Presiden malah menyetujui usulan Kompasianer Thamrin Dahlan untuk menentukan dua Kompasianer nantinya ikut serta dalam blusukannya ke daerah-daerah. Hal semacam Ini dapat kita jabarkan sebagai contoh pendidikan yang baik bagi Kompasianer,
- Menghargai semua warga Negara berhak untuk di sayang, didekati bahkan didengar pendapatnya yang akan menjadi acuan untuk membangun Negeri.
- Kita tidak sadar Jokowi sudah mencanangkan semboyannya sewaktu kampanye yaitu “Revolosi mental” yang dicanangkan bagi masyarakat, maksudnya selalu berfikir positif, hilangkan dendam, teruslah berbuat baik, agar generasi mendatang lahir sebagai generasi yang baik, jujur, jauh dari intrik permusuhan, intrik yang saling menjelekkan satu sama lain, begitu maksudnya.
Itulah untungnya jika 100 Kompasianer yang hadir memiliki nurani yang kuat, ayo pegang teguh pesan-pesan dari Jokowi, beruntung mendengarkan langsung pesan-pesan beliau akan lebih makjleb kedalam pikiran kita dan dapat ditrabkan untuk kehidupan kita sehari-hari, apalagi jika kita duduk pada posisi menyebar luaskan tulisan-tulisan yang akan di baca oleh orang banyak. Tidak lupa dengan bahasa yang santun agar buah pikiran kita dihormati oleh pembaca, karena disana akan terbias dari tulisannya, menjadi cermin bagi baik buruknya untaian kata yang disuguhkan.
Bagi Ngesti Setyo Moerni penulis di Blog kroyokan dan sedang membangun blog sendiri terutama untuk Lingkungan ini, pertemuan dengan bapak Jokowi adalah merupakan pertemuan yang kedua kalinya, Pertemuan pertama tahun 2011 ketika Jokowi masih menjabat sebagai Walikota Solo, Ngesti Setyo Moerni, berani mengajukan diri untuk bertemu dengan beliau sambil agak ngetes[nuwun sewu nggih pak Joko] apa bener ya Jokowi ini pro rakyat, Artikelnya ada disini