Mohon tunggu...
Ngesti Setyo Moerni
Ngesti Setyo Moerni Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Berusaha mengurangi yang berakibat rusaknya lingkungan, dimulai dari diriku sendiri dan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Mengurai Keruwetan Jalur Pipa Gas di Tangerang Selatan Adanya Pasar Krempyeng

15 Maret 2015   11:56 Diperbarui: 6 Maret 2016   12:50 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 

Timbul kembali  kekawatiran saya mengenai Jalur pipa Gas yang berada di lingkungan Universitas Pamulang [Unpam]. Disana terjadi banyak kegiatan dengan latar belakang ekonomi berpokok masalah pada perputaran uang yang sangat tinggi, kegiatannya terjadi di Minggu pagi yaitu Pasar Krempyeng, entah berapa omset dengan rupiah yang berputar di pagi itu, jelang sore, mereka pelaku pasar segera bergegas kukut dalam sekejab barang dagangan sudah lenyap dari lokasi tersebut dan kegiatan berikutnya akan kembali di Minggu pagi kedepannya, begitulah seterusnya.

Yang ingin penulis pertanyakan kepada Pertamina Gas, Sah kah pasar Krempyeng yang sudah berjalan lama dengan kegiatan positip pencetus ekonomi masyarakat andalan warga untuk menunjang hajat hidup terfokus menjadi tulang punggung kehidupan keluarga? Bahaya apa yang terjadi jika hal ini terus menerus berkelanjutan tanpa ada solusi dan didiamkan semakin membesar dan meluas, sehingga pelaku pasar ini semakin lama semakin bertambah banyak, terlihat dari semakin meluasnya area lapak jualan mereka. Yang terlihat kebanyakan mendominasi kebutuhan dapur seperti sayur mayur, kebutuhan bumbu dapur lengkap, gelaran pakaian, alat rumah tangga, VCD bahkan alat elektronik serta masih banyak lagi layaknya pasar besar.

Padahal Patok Peringatan yang tertulis disana sudah sangat lengkap sekali dengan penjelasan adanya pelarangan untuk berkegiatan disepanjang Jalur Pipa Gas betekanan tinggi, tetapi mereka benar-benar tidak peduli mengenyampingkan semua hal peringatan tersebut atau bahkan masa bodoh, dengan tidak berfikir keselamatan diri mereka sendiri, apalagi/ boro-boro memikirkan keselamatan orang lain. Semuanya sudah dibutakan dengan usaha, usaha dan usaha!

Semestinya Pertamina, Perusahaan Gas Negara tidak pandang bulu dengan tegas segera memasang pagar seperti yang ada di seberang jalan dan baru saja dilakukan dengan batas  radius yang ditentukan oleh Pertamina. Sambil memberikan tempat pengganti aman bagi para penggiat Pasar tersebut. Semua itu demi menghindarkan hal yang tak diinginkkan menjaga aset Pertamina dan mencegah kerugian Trilyunan dari kerugian yang bakal dialami yang sangat penting adalah mencegah jatuhnya korban jiwa. Hanya kelalaian dan selalu menganggap sepele hal-hal yang ada.

Untuk itu kami warga Tangerang Selatan kebetulan Menjadi Blogger dari Kompasiana akan terus memonitor, mengkritisi lalu melaporkan hal-hal yang mungkin pasti membahayakan masyarakat utamanya.

Semisal Penulis sangat lega ketika diadakan pembongkaran Gubug liar serta lapak-lapak para PKL yang dibangun diatas jalur pipa Gas bertekanan tinggi. Sebelumnya penulis sering menyikapi dengan memposting artikel kecil tentang kondisi Jalur Pipa Gas ada disini, Menyampaikan dan mengadukan hal ini kepada Pemkot terkait yang menangani lingkunganyaitu BLHD langsung kepada Kaban BLHD, pada saat penulis diundang pada acara penghijauan Lingkungan. Kemudian kesempatan menjumpai Petinggi Pertamina pada saat Kompasianival tahun 2013 ketika Kompasiana mengundang Nara Sumber dari Pertamina, penulis langsung menyampaikan keadaan ini kepadanya. Nah, tak berapa lama terjadilah pembongkaran itu, bukan pula sebuah hal yang kebetulan, jika kemudian pembongkaran Lapak dan pemagaran Jalur Pipa Gas itu kemudian dieksekusi. Tidak ketinggalan Ucapan Terimakasih penulis ada disini.

 

 

1426388180637829364
1426388180637829364

Berbarengan dengan pembongkaran lokasi jalur pipa gas tersebut, akhirnya sudah terpasang portal disamping  Universitas Pamulang [Lihat gambar diatas] untuk mencegah kendaraan berat agar tidak bisa lagi melewati jalan tersebut. Biasanya sungguh mengerikan truck besar mondar-mandir mengangkut bahan bangunan dengan tonase berat berisi material untuk bangunan gedung Universitas Pamulang, karena disampingnya ada logistik tempat  penyimpanan bahan material. Artikel laporan penulis pada waktu itu bisa dilihat di sini.

Paling tidak terurai lagi satu persatu masalah di Jalur Pipa Gas, pada saat itu kelegaan memang terasa oleh penulis, tetapi ketika penulis melihat kenyataan yang masih ada bahwa hal demikian cukup menghawatirkan, kembali muncul keinginan untuk menyikapi hal-hal yang terjadi dengan tulisan. Agar penyampaian kondisi lokasi yang membahayakan khalayak bisa sampai pada penentu keputusan yang bersangkutan. Apalagi lokasi-lokasi seperti ini sangat jarang dikunjunginya sendiri ataupun dikontrol oleh pucuk pimpinan yang bertanggung jawab, karena selalu ada laporan baek dari bawahan sehingga terasa sudah cukup mewakili memacam asal bapak senang. Dan Pimpinan pengelola Jalur Pipa Gas yang ada, merasa segala berjalan lancar. Justru tulisan warga lah yang selalu intens siap mengkritisi keadaan yang terjadi bersama-sama warga yang aktif menulis di Kompasiana bermukim di Tangerang Selatan.

 

 

 

1426388242536731397
1426388242536731397

Nah, ganjalan semacam inilah yang menjadi pemikiran penulis dan menjadikan Pertanyaan bagaimana dengan Pasar yang kegiatannya di Hari Minggu. Menyusuri jalur pipa Gas menuju Perumahan Sasmita dan Bukit Pamulang Indah, disana juga masih banyak didirikan gubug-gubug untuk jualan dan bangunan permanen, ada juga lapak tanaman hias yang ujung-ujungnya untuk menyelesaikan sampahnya akan dibakar di lokasi diatas jalur Pipa Gas.

Meski kedalaman dari penanaman pipa Gas ini mencapai sekitar 5 Meter tetapi karena pipa yang terbuat dari entah besi biasa entah baja yang berumur puluhan tahun, jika terdapat lubang sejarum saja, sementara tekanan gas dari dalam sangat tinggi, dibarengi kegiatan yang penggunakan api, apa yang bakal terjadi. Ledakan dahsyat bukan? Dan kejadian ini selalu mengintai jika masyarakat tetap tidak mengerti hal semacam ini.

Sebenarnya pokok pangkalnya ada pada Pertamina sendiri, kemudian Pemerintah Kota Tangerang Selatan didalamnya terdapat Pemangku wilayah daerah terkait yaitu Lurah Pamulang Timur serta Lurah Pamulang Barat dan Camat Pamulang, Kota Tangerang Selatan. Harusnya Camat dan para Lurah lah yang sibuk mengetarai hal tersebut dengan seringnya blusukan seperti yang dilakukan oleh Presiden Negeri ini, mengapa mereka bisa tidur dan beristirahat dengan nyenyak? Sementara Bahaya besar mengintai.

 

Lain lagi urusannya jika diatas Jalur Pipa Gas bersih tidak ada kegiatan api, misalnya kalau terjadi kebocoran pastinya hanya terasa bau gas dan akan hilang ternetralisir oleh udara dan dibuang oleh angin, walau kemungkinan lubang bocoran semakin membesar, minimal tanda-tandanya dengan bau Gas yang menyengat. Masyarakat sekitar bisa langsung cepat tanggap bahwa ada gas bocor. Untuk itu Pertamina Gas, SKK Migas, Pemerintah setempat harus tegas kepada masyarakat yang benar-benar kurang paham akan hal-hal yang demikian termasuk didalamnya Universitas Pamulang. Dengan memberi batasan dan memberi pagar, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Mari Pertamina Gas, Blogger dari Kompasiana siap membantu memantau serta menyampaikan laporan Lingkungan serta membantu meminimalisir bencana khusus pipa Gas, apalagi SKK Migas sudah mensosialisasikan memberikan pencerahan tentang “Membedah Industri Hulu Migas” kepada Kompasianer atas kerjasama dengan Kompasiana pada tanggal 14 Februai 2015.

 

14263883041542278102
14263883041542278102

Sekarang malah ada masalah yang timbul kembali setelah pembongkaran lapak dari para PKL dan lokasi sudah dipagar, masalah yang terjadi, di sudut jalan didalam area jalur pipa gas menumpuk onggokan sampah menggunung dengan membongkar paksa pagar yang ada. Apa ya maksudnya ini?

Kalau memang ini sampah bekas bongkaran, sebaiknya segera saja dikeluarkan dari area Jalur pipa Gas sebelum warga berduyun-duyun ikut membuang sampah disitu, bisa sangat berbahaya fungsi dari Jalur Pipa Gas yang sudah dirapikan tersebut, Lalu pagarnya segera saja ditutup kembali.

Biaya Pembuangan sampah dan memagar kembali Jalur pipa gas tersebut tidak mahal jika dibanding berubah jadi tempat buangan sampah. Perkiraan biayanya hanya memakan biaya sekitar lima juta rupiah kok. Barangkali bisa kerja sama dengan Pemkot terkait tentunya DKPP Tangerang Selatan dan Dinas PU kota Tangerang Selatan. Mari cepatlah disegerakan untuk dibersihkan, karena kalau masyarakat ikut urun sampah Fatal dan Blunder Lingkungan akibatnya.

Mari bersama-sama mengawal Jalur Pipa Gas di Negeri ini, untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan. Mendampingi SKK Migas petugas Alat Negara yang berposisi di Industri Hulu.

Salam Pemerhati Lingkungan

-Ngesti Setyo Moerni

Catatan : Pasar Krempyeng adalah Pasar yang adanya hanya sebentar/ sehari saja, bukan pasar Permanen.

 

Berikut tulisan Kompasianer Gapey Sandy sebelumnya :

 

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun