Mohon tunggu...
Ngesti Setyo Moerni
Ngesti Setyo Moerni Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Berusaha mengurangi yang berakibat rusaknya lingkungan, dimulai dari diriku sendiri dan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Dilema Permasalahan Hutan yang Tidak Akan Pernah Selesai

10 Mei 2014   05:08 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:40 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melihat begitu antusiasnya undangan dari Cifor-Forests Asia Summit di Hotel Shangri-La selama dua hari, di hari H pagi-pagi sudah terlihat antrian panjang mobil yang akan masuk ke Hotel tersebut menjadikan pemandangan yang menenangkan hati, ternyata begitu banyak masyarakat yang peduli terhadap isue tentang hutan, menggugah pertanyaan akan dibawa kemanakah hutan ini kedepan? bahkan banyak yang prihatin menyikapi hutan terkini. Ini bisa dibuktikan ketika sudah masuk dan berada didalam ruangan pada saat acara dimulai, terlihat undangan penuh sesak bahkan ada yang berdiri.

1399602346287667111
1399602346287667111
Pengunjung yang membludak, ini hanya terlihat dari seperempat bagian  tempat duduk

Jika melihat yang demikian itu lega rasanya, artinya banyak sekali insan yang sangat peduli serta ikut prihatin ketika hutan ini rusak. Ternyata mereka juga tidak tinggal diam, yang hadir dari berbagai negara tidak sedikit, kuota undangan ditentukan sebanyak 2000 orang sepertinya hadir semua. Jika undangan lebih banyak pun, pastinya akan tetap banyak yang hadir memenuhi undangan tersebut, antusias masyarakat mengenai isue hutan berbanding sejajar dengan penggemar gelar musik yang sedang booming.


13996353191104360923
13996353191104360923
Diskusi yang mencerahkan, dari sini kelihatan jalan pemikiran para pakar tentang hutan.

Hadirin dan narasumber terdiri dari beberapa pengusaha yang bergerak dibidang pemanfaatan hasil hutan, pemanfaatan sumber berasal dari segala sumber dari hutan, pakar kehutanan, Ada komunitas masyarakat asli menghuni hutan, para pejuang hutan, mahasiswa/i peduli hutan dan masih banyak lagi yang tidak sepengetahuan penulis. Ternyata memang banyak aktifis yang terjun langsung kedalam hutan berbulan-bulan bahkan beberapa tahun untuk survey, mengetahui dari dekat dan menyelami kehidupan serta mempelajari keadaan hutan terkini, penulis sangat bangga dan beri penghargaan yang setinggi-tingginya buat mereka para aktifis lingkungan, menghabiskan usianya hanya berkutat demi kebaikan hutan.

Menurut Catatan penulis, sudah banyak sekali usaha pelestarian hutan, menata tata letak tanaman hutan dengan metode landscape hasil tanam hutan guna ketahanan pangan yang sangat diperlukan oleh masyarakat sekitar, namun apa yang terjadi? Luas hutan ini setiap harinya berkurang alias hilang atau raib berubah fungsi. Itulah para pencinta sekaligus pelaku pelestarian hutan pun jadi mumet, karena dengan semakin mengecilnya luasan area hutan pengaruhnya sangat besar bagi global warming, perubahan iklim cuaca ekstrem yang berdampak sangat luas bagi bumi dan isinya, pada akhirnya virus-virus baru bermunculan, membuat kematian bagi mahkluk hidup, karena tidak diketemukan anti virusnya. Ngeri bukan?

Banyak para ilmuwan mengandalkan teori, mencetak rumus-rumus dengan segala macam bentuknya guna menyelamatkan bumi ini, namun hutan di negeri ini tetap saja berkurang setiap harinya berhektar-hektar(silahkan googling untuk penyusutan hutan di negeri ini). Kecuali Pemerintah negeri ini menggunakan kekuatan tangan besi guna melindungi hutan serta mentrapkan peraturan dengan perundangan yang diberlakukan secara tegas dan hukum yang sangat amat keras, baru lah hutan ini bisa diharapkan sedikit saja lestari. Kita klik google betapa kerusakan hutan di Indonesia sudah sedemikian parah? pada waktu itu penulis pun pernah menulis tentang kerusakkan hutan ini(ditulis secara ringan saja agar pembaca tidak bosan mengikuti postingan penulis)


1399637477324777640
1399637477324777640
Bersiap untuk berdiskusi kembali

Menurut narasumber, awalnya memang sangat sulit mengetrapkan peraturan tentang hutan, banyak kendala dari masyarakat komunitas yang hidup menggantungkan mata pencaharian dari hutan yang sudah puluhan tahun dijalani, dengan adanya mereka sebenarnya hutan-hutan ini sebagian terjaga kelestariannya, asal terus-menerus mendapat pencerahan dari pemangku kepentingan serta para relawan karena kebanyakan mereka sudah turun temurun menetap di wilayah hutan tersebut. Lanjut narasumber, bahwa masyarakat komunitas hutan tadinya sangat antusias menjaga hutan, namun dengan adanya pengelola hutan dengan modal besar antara lain kebun kelapa sawit, penebangan hutan secara legal/ilegal serta hadirnya transmigrasi di wilayah mereka, akhirnya tanah hutan yang merasa mereka miliki dijual. Inilah penyebabnya sebagian hilangnya hutan atau menciutnya luas hutan. Ditambah lagi pembalakan liar, pembukaan lahan secara besar-besaran sebagai lahan kelapa sawit. Maka dari itu dalam sehari area hutan yang hilang bejumlah jutaan ha.

Ini dilema yang terjadi, semakin banyak masyarakat memiliki ide melestarikan hutan, memanfaatkan hasil hutan yang katanya untuk masyarakat komunitas sekitar hutan, namun apakah kita semua bisa melihat sampai seperti apa mereka dapat benar-benar menikmati hasil hutan serta sampai sebesar apakah kemajuan hutan ini? Agar dapat membuat mereka merasa cukup merasakan manfaat kemajuan perbaikan hutan.

Banyak para pakar yang memikirkan, merencanakan landscape untuk kebaikan bagi masyarakat yang tinggal disekitar hutan dengan membuat 3 prinsip

1. Prinsip kepemilikan bagi penduduk lokal(sangat butuh perhatian)

2. Tata kelola hutan, dibutuhkan transparansi. Ini tugas pemangku kepentingan setempat.

3. Pembagian hasil yang adil(sama rata). tapi itu tidak mungkin kata nara sumber karena setiap manusia         memiliki kemampuan, kemauan serta keuletan yang berbeda dalam mengelola hasil hutan, mereka   masyarakat komunitas setempat tidak akan dapat merata mendapatkan hasilnya secara pola pikir intelektualitas dan lain sebagainya sangat berbeda.

Disampaikan pula di wilayah Mekong masih terdapat hutan lebat, karena memang Pemerintahnya sangat tegas membuat peraturan dan konsisten tentang hutan dan tidak menjadi lemah dengan peraturan yang sudah dibuat, sehingga hutan-hutan tersebut terjaga.

13996386911641040412
13996386911641040412
Penulis beruntung mendapat buku-buku gratis tentang hutan serta lingkungan
1399638955547965173
1399638955547965173
Guna penyebar luasan pemahaman dan pelestarian hutan buku-buku yang bermanfaat ini gratis untuk para undangan, anda mau silahkan,
1399639175914491269
1399639175914491269
Termasuk buku ini, didapat secara cuma-cuma ketika menghadiri acara Forests Asia Summit

Penulis tidak mengulas banyak apa yang sudah disampaikaan para pakar mengenai hutan, hanya menggaris bawahi buah pikiran mereka tentang pengetrapan landscape hutan dengan merobah penanaman tanaman pangan agar tetap mengutamakan ketahanan pangan bagi masyarakat sekitar hutan. Hasilnya dapat dinikmati secara pasti dan cepat, seperti yang sudah di uji cobakan di Cina, India dan di negara lain. Bagaimana menanami tanah yang miring, mungkin maksudnya tanah yang dibuat terasiring karena kontur tanahnya tidak merata. Kalau semua ditanami dengan tanaman kayu keras misalnya, hasilnya tidak segera dapat dinikmati oleh masyarakat setempat dan yang pasti kurang membantu ketahanan pangan.

Banyak, banyak sekali faktor X dalam perbaikan hutan ini, namun penulis sangat kagum, angkat topi kepada mereka yang tetap memperjuangkan kelestarian hutan dengan mengorbankan kebahagyaan mereka sudi menghabiskan waktunya didalam hutan, merekam kehidupan hutan tentang satwa, flora, fauna keaneka ragaman hayati, tentang tanda-tanda alam di hutan dan masih banyak lagi sesuai kapasitas kemampuan Ilmu yang mereka miliki. Hutan ini akan terus menjadi masalah ketika manusia selalu berambisi rakus dan egois masih mencokoli pada pola pikir mereka bahwa hutan adalah warisan nenek moyang mereka yang harus dihisap, sampai tandas, kecuali jika dunia ini berakhir.

13996431391650392399
13996431391650392399
Bagaimana cara mencegah langganan kebakaran hutan ya??

Penulis mengajak masyarakat untuk meninggalkan jejak carbon seminim mungkin diplanet bumi ini dengan cara yang sangat mudah pula yaitu tidak membakar sampah, tidak membakar hutan. Perlakukanlah hutan dengan sebaik-baiknya agar kita diperlakukan oleh hutan juga sebaik-baiknya dengan kehidupan yang nyaman tanpa banjir bandang, tanpa tanah longsor, tanpa bencana alam tanpa virus yang masuk ke pernafasan kita disebabkan oleh hutan yang mbalelo.



oOo



Terimakasih Kepada 1. CIFOR (Center For International Forestry), 2. KOMPASIANA

-Salam bagi pejuang Hutan!

Ngésti setyo Moerni

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun