Benar-benar terpesona ketika menapaki daerah Gunung kidul di daerah Jogyakarta saat itu, setelah lepas Wonosari terus telusuri jalanan tuju Gunung Kidul semakin lama jalan semakin menanjak dan berkelok, pemandangan cukup mengagumkan, kehijauan yang ada memang hanya kebun masyarakat seperti biasa, kadang ada hutan kecil Karena didaerah ini tanamannya hampir seragam yaitu sayur mayur pada umumnya serta beraneka pohon buah, cukup membuat adem di penglihatan dikarenakan semua berwarna hijau sejuk.
Sebenarnya tujuan kami adalah Pulau Timang lebih ke Selatan dari pantai Baron, ternyata jalanan pada saat itu sangat amat macet, disamping macet karena libur lebaran, ternyata ada kejadian kecelakaan, tentu saja kami semua tidak dapat menduga yang akan terjadi kedepan rencana tinggal rencana tetapi Tuhan jualah penentu Nya. Hari sudah menjelang sore ketika kami sampai di desa Nglanggeran, tidak mungkin kami melanjutkan perjalanan ke Pulau Timang, ketika dijalan terbaca petunjuk Lokasi Gunung Api Purba kami perputar rencana berbelok kiri sesuai petunjuk lokasi ke arah Gunung Api Purba,
Gunung ini tidak terlalu tinggi seperti layaknya Gunung api yang masih aktif, tetapi pendakiannya cukup curam menjulang, ternyata medannya tidak semudah bayangan penulis, dipuncaknya terdapat bangunan Embung kecil seperti danau tetapi kecil, yang berguna mengairi tanaman Agroindustri dibawah ada kebun buah durian non kolesterol, ada kebun kelengkeng, kebun buah manggis yang sedang dikembangkan dan lain sebagainya.
Sayang sekali ketika kami sampai matahari sudah mulai berkemas menuju kebalik langit ufuk barat, namun kami tetap ingin berusaha untuk tetap terus memanjat pada tujuan seperti apa ya embung/Dam air Nglanggeran yang ada di puncak? Ada lava yang terkekarkan, ada Pelapukan kulit bawang pada komponen breksi gunung api dan lainnya.
Sebelum menelusuri track lanjutannya, tanjakannya masih enak dititi, masih ada tangga/trap buatan. Bertemu batu bulat besar sepertinya tersangkut dan terganjal di batu kecil, lalu didalamnya ada gua kecil yang bernama “Song Gudel”(Song=Gua, Gudel=anak Kerbau) Perjalanan pendakian semakin menantang, karena harus bisa memilah batu-batu mana yang harus dipijak, kadang jelas ada track nya tapi kadang kabur, harus menghitung kancing baju, lewat yang mana kiri atau kanan? Batu-batu yang harus didaki kadang hanya merupakan batu yang dipapas sedikit selanjutnya harus memilih sendiri menginjak batu yang dapat dipertanggungjawabkan kekuatannya. Semakin keatas semakin terjal saja tak kenal kompromi, seakan-akan berkata: ” Mau lanjut silahkan, kalau tidak mampu lebih baik balik saja sana !”. Lagi-lagi bertemu jalan pendakian memiliki tanjakannya yang vertical dengan cerukan batu untuk pijakan. Menguji adrenalin dan menantang. Suka! Masih beruntung disediakan tali tambang untuk pegangan yang setiap depa diikat bundel agar ketika dipegang tidak licin. Hebat Fasilitas untuk orang-orang yang sangat penasaran ingin uji panjat tebing. Kaki menjejak tangan berpegangan tali tambang, dan ini tidak ada kompromi pertolongan maupun pegangan tangan, jadi harus berusaha masing-masing sendiri. Seru!
Pada tahapan pendakian baru sampai per-delapan puluh persen pendakian, gelap menyergap secara cepat malam menjelang, lamat-lamat terdengar suara Azan Magrib dari mesjid di perkampungan, sehingga pendakian ke arah Embong tidak berani dilanjutkan, karena sudah benar-benar gelap. Ya sudah menyerah. hanya berhenti dilokasi strategis untuk jeprat-jepret menikmati sunset yang spektakuler, dibawah terlihat kelap-kelip lampu perkampungan, Setelah gelap terpaksa kembali turun meninggalkan pendakian, suasana sudah benar-benar gulita.
Untuk berjalan turun harus extra hati-hati, jangan sampai terperosok atawa terpeleset. Untung kemana pun pergi didalam tas tidak ketinggalan perlengkapan, seperti lampu Senter kecil, pisau, gunting, obat gosok / minyak tawon dan tisue basah. Pernah satu pisau disita oleh petugas Bandara, karena terbawa di tas tangan, lupa menyimpan di koper. Ya sudah hilang pisau satu, iklas saja. Lampu senter di malam perjalanan dalam menuruni Gunung Api Purba ini sangatlah berguna sekali, perjalanan menjadi sangat lancar.
Menurut situs, di Desa Pitu yang berada di kaki Gunung Api Purba, Desa Pitu itu hanya di huni oleh Tujuh Keluarga dan itu ada sampai sekarang, sudah turun temurun dahulu kala itu tercatat pada situs, ada apa dengan Desa Pitu, entah kenapa?
Kekecewaan karena gagal mencapai Pulau Timang sedianya ingin test Adrenalin meluncur dengan gondola diatas laut, tergantikan dengan pendakian Gunung Api Purba, sama saja, sama-sama terpuaskan. Bagi anda yang sempat berjalan-jalan ke Jogyakarta, kalau sudah pernah ke Maloboro, jangan melulu berputar-putar ke Malioboro terus, cobalah sekali-kali jalan-jalan ke Gunung Kidul masih se Abrek wisata alam yang lain, berbentuk Gua, Air terjun, sungai bawah tanah, pantai, desa wisata dan lain-lainnya. Silahkan menikmati keindahan Alam di Gunung Kidul.
Tercatat masih ada beberapa obyek Wisata di Gunung Kidul yang sangat menantang antara lain, :
- Obyek Wisata Susur Gua Pindul