Hampir 2 tahun Indonesia bertahan dengan situasi pandemi. Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) telah melumpuhkan bergai macam pilar kehidupan salah satunya pendidikan. Pada awal Covid-19 menyebar di Indonesia, dunia pendidikan terlihat kelimpungan mencari jalan keluar agar rodanya bisa terus berputar.Â
PJJ atau Pembelajaran Jarak Jauh pun dilaksanakan atas utusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Tekonologi yaitu Bapak Nadiem Anwar Makarim. Tentunya selama melaksanakan kegiatan PJJ banyak sekali tantangan yang harus dilewati, berbagai evaluasi dan pengembangan pun dilakukan untuk mencari formula yang dapat dilakukan semua sekolah di Indonesia, namun nyatanya Indonesia masih memerlukan sosok guru sebagai upaya memanusiakan manusia.
Pada pertengahan tahun 2021 Mas Menteri memberanikan diri untuk membuat kebiajakan PTM terbatas. Mengingat kasus Covid-19 yang belum tuntas sementara para peserta didik memerlukan ketelatenan seorang guru dalam mendidik. Bapak Nadiem juga mencetuskan salah satu programnya di tengah pandemi ini, yaitu Kampus Merdeka. Beliau menegaskan bahwa kemerdekaan belajar artinya memberikan keleluasaan memilih pelajaran sesuai minat. Merdeka Belajar merupakan pendekatan pendidikan yang diusung Nadiem sejak pertama menjabat menteri menteri. Seluruh kebijakan yang dibuat dalam bebrapa tahun kebelakang pun hampir selalu bertujuan mewujudkan Merdeka Beajar.
Kampus Mengajar merupakan bagian dari kebijakan Kampus Merdeka oleh Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa/i untuk mengasah kemampuan melalui kegiatan mengajar kepada sekolah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal). Salah satu sekolah sasaran yang ditugaskan oleh Kemendikbud adalah SD Negeri Bukanagara II yang bertempatan di Kab. Subang. SD Negeri Bukanagara II yang terletak di Kp. Sukamulya RT 011 RW 003, Desa Cupunagara, Kec. Cisalak, Kab. Subang, Jawa barat.
Penulis merupakan seseorang yang berasal dari Kab. Subang, namun sayangnya penulis juga tidak mengetahui keberadaan sekolah luar biasa ini sebelumnya. Sekolah tersebut berada jauh dari pusat kecamatan, tak heran jika beberapa orang tidak mengetahui keberadaan sekolah ini. Akses yang harus ditempuh juga sangat sulit. Akses jalan dari pusat Kec. Cisalak sangat terjal. Banyak batu, licin, dan tidak rata. Beberapa kali saat melewati jalan tersebut penulis menemukana gundukan tanah tanda longsor terjadi. Sangat menguji adrenalin namun juga salah satu pengalaman paling menarik sumur hidup.Â
Pada awal kegiatan, penuis dengan rekan sejawat merasa kesulitan beradaptasi dengan keadaan sekolah juga jalan yang melelahkan, namun rangkulan yang didapat dari para guru mampu membuat penulis merasa sedih saat akhirnya harus berpisah. penduduk yang ramah juga turut menjadi salah satu alasan penulis menganggap tempat tersebut menjadi rumah kedua. Â
Peserta didik di SD Negeri Bukanagara II memiliki semngat belajar yang tinggi. Banyak peserta didik yang tinggal cukup jauh dari sekolah, dan harus melewati perkebunan namun masih berusaha untuk bersekolah. SD Negeri Bukanagara II juga terlihat masih kekurangan guru. Miris melihat banyak sarjana bergelar "S. P.d" bertebaran di kota tanpa pekerjaan, namun tidak melirik sekolah yang benar-benar butuh akan tenaga pendidik. Semoga kedepannya, SD Negeri Bukanagara II dapat memperlihatkan taringnya dalam meraup segudang prestasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H