Mohon tunggu...
Fidia Larakinanti
Fidia Larakinanti Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Just look a little bit closer to me. Then, you'll find that I'm very interesting and hard to know. I'm just a little bit extraordinary.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Pendekar Berjilbab

16 Januari 2011   08:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:32 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Mungkin karena di rumah aku adalah anak pertama dan kebanyakan temanku adalah laki-laki, aku jadi agak tomboy. Akibatnya, hobiku pun banyak yang berbau laki-laki seperti menonton dan bermain sepak bola, basket, Taekwondo, menonton film action, hingga naik gunung. Penampilanku dulu pun jauh dari kesan feminin. Meskipun aku berjilbab, aku lebih sering mengenakan celana jeans, kaus tangan panjang, dan sandal atau sepatu kets. Dalam memakai jilbab pun, aku masih sangat berantakan, masih banyak rambut yang terllihat dan bahan jilbab yang kugunakan masih tipis dan pendek.

Aku dulu tidak begitu suka melihat muslimah yang berjilbab panjang dan lebar serta memakai gamis, kelihatannya mereka tersiksa dengan pakaiannya itu. Ribet dan tidak bebas bergerak apalagi untuk perempuan seperti aku yang sedikit hiperaktif alias tidak bisa diam.

Waktu kelas 4 SD, aku sakit cukup parah. Aku tidak masuk sekolah hingga hampir 1,5 bulan. Berat badanku pun turun sekitar 7 kg. Aku sangat terpukul dengan keadaan itu, tetapi rupanya Allah masih sayang padaku. Alhamdulillah, aku masih bisa mendapatkan peringkat pertama di kelasku.

Sejak masuk SMP, aku sangat ingin mengikuti bela diri Taekwondo. Tapi, di sekitar rumahku tidak ada klub Taekwondo. Di sekolahku pun tidak ada ekstrakurikuler Taekwondo. Aku sempat putus asa dan hampir mengubur keinginanku itu dalam-dalam.

Hingga aku masuk SMA, ada secercah harapan untuk mewujudkan keinginanku itu. Di sekolahku ada ekstrakurikuler Taekwondo. Aku mulai mengikuti ekstrakurikuler tersebut sejak kelas 2 SMA. Aku sangat bahagia, karena impian masa kecilku untuk menjadi seorang taekwondoin sejati akan tercapai. Tetapi, lagi-lagi kendala menghambat impianku.

Di ekstrakuriler itu, hanya ada 10 anggota. 3 orang kakak kelasku, 6 orang adik kelasku, dan sisanya adalah aku yang merupakan satu-satunya angota dari angkatanku. Setelah kakak-kakak kelasku itu lulus, kami hanya tinggal 7 orang. Aku menjadi anggota perempuan satu-satunya. Sekolah mengancam akan membubarkan ekstrakurikuler kami karena syarat jumlah anggota minimal suatu ekstrakurikuler adalah 25 orang. Kami sempat kebingungan, namun kami tetap menjalankan ekstrakurikuler tersebut. Adik kelasku yang telah memegang sabuk hijau menjadi ketua, dan aku yang menjadi wakil ketua sementaranya.

Suatu saat, penyakitku kembuh kembali bahkan lebih parah. Aku harus beristirahat di rumah selama 2 bulan. Bersamaan dengan sakitku, ada ujian kenaikan tingkat dan kejuaraan antar pelajar SMA se-Jakarta Selatan. Menjadi taekwondoin sejati dengan menyabet medali emas di medan laga adalah impianku selama ini. Tapi sayang, impian terbang direnggut oleh penyatku. Aku diperbolehkan sekolah setelah 2 bulan, tetapi dilarang oleh dokter untuk berlatih Taekwondo. Aku bingung, aku hanya bisa menangis saat itu.

Suatu malam, aku seperti didatangi oleh malaikat berbaju putih. Dia mengajakku ke suatu tempat yang aneh, semua hal yang kulihat sepertinya bukan di bumi. Ada api yang membara, tetapi ada sungai yang menyejukkan. Pikirku, apakah aku ada di persimpangan antara neraka dan surga? Hatiku berdebar kencang. Aku takut, ingin rasanya aku berlari pulang kerumah bertemu kedua orang tuaku. Aku berteriak, keringat dingin mengucur dari seluruh tubuhku. Ake terus berlari dan akhirnya aku jatuh. Ketika kubuka mataku, ayah dan ibuku telah berada di sampingku membacakan Al-Qur’an. Ternyata aku bermimpi, panasku sangat tinggi saat itu. Aku pun menangis saat itu juga.

Hari-hari berikutnya, aku melamunkan mimpiku itu. Aku selalu terbayang-bayang akan wajah kematian. Kuputar kembali memoriku. Aku belum melakukan hal yang maksimal untuk akhiratku. Aku dulu masih sering melalaikan sholat, jarang sedekah, jarang mengaji, dan belum memakai jilbab yang benar dan sesuai syari’at.

Mimpi itu pun membukakan hatiku. Timbul keinginan membara dalam hatiku untuk sedikit memperbaiki penampilanku dalam berjilbab. Aku ingin jika aku meninggal nanti, aku meninggal dengan menggunakan busana taqwa. Aku pun berjanji, kelak aku akan memperbaiki cara berpakaianku, walaupun tidak langsung memakai jilbab panjang dan lebar serta menggunakan gamis. Bukankah semua perlu proses? Setidknya aku telah berniat untuk menjadi manusia yang lebih baik.

Allah ternyata masih menyayangiku. Aku sembuh total dari sakitku dan ekstrakurikulerku masih tetap diizinkan untuk menjalankan aktivitas. Kerinduanku pada dunia Taekwondo tak tertahankan lagi. Aku pun berlatih kembali dengan penampilanku yang baru. Memang sedikit aneh, ketika mengenakan jilbab yang agak panjang di saat latihan Taekwondo.

Sejak saat itu, aku dijuluki ‘pendekar berjilbab’ karena di ekstrakurikuler Taekwondo aku adalah satu-satunya anggota perempuan dan mengenakan jilbab. Meskipun aku masih sabuk putih hingga saat ini, aku terus termotivasi untuk naik tingkat dan mengikuti kejuaraan atau bahkan memenangkan kejuaraan tersebut.

Setiap kejadian pasti mengandung hikmah. Itulah hal yang kupetik. Terima kasih Allah. Mengenakan jilbab yang agak panjang saat Taekwondo ternyata asyik juga. Aku jadi teringat pendekar-pendekar di zaman Rasulullah dulu. Mereka berjilbab juga kan? Berjilbab bukan berarti terkungkung, tapi justru memacu semangat untuk lebih berprestasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun