Tahun baru telah datang. Telah banyak momentum yang sarat makna yang hadir dibalik hari-hari yang telah kita lalui. Banyak momentum yang masih bisa kita manfaatkan di tahun yang baru ini, salah satunya adalah momentum untuk menjadi orang yang lebih sukses.
Sebuah Cara Sederhana Bernama ‘Memberi’
Membicarakan tentang kesuksesan, Richard Carlson pernah melontarkan sebuah pernyataan menarik. Menurutnya, memberi adalah imbalan itu sendiri. Bila kita ingin lebih sukses, maka cara untuk meraih kesuksesan itu hanyalah dengan satu cara sederhana : “Memberi”.
Cara sederhana itu pula yang diwariskan sejak zaman Nabi Adam. Dahulu ketika Habil dan Qabil diperintahkan untuk memberikan yang terbaik dari hasil kerja keras mereka, hanya pemberian Habil yang diterima oleh Allah. Sebab diterimanya persembahan Habil adalah karena yang dipersembahkan Habil adalah yang terbaik, sehingga menghasilkan keridhoan Allah atas pemberiannya itu. Sebaliknya dengan apa yang dilakukan oleh Qabil.
Konsep Ikhlas
Memberi atau mengorbankan sesuatu yang kita miliki seringkali terasa berat. Namun mengapa Carlson (yang nota bene bukanlah seorang Muslim) dengan lantang berkata bahwa kesuksesan akan lebih mudah kita raih ketika kita meringankan tangan kita untuk memberi, padahal tradisi untuk memberi dan berkorban justru telah dicontohkan oleh para Rasul Allah?
Kesulitan untuk memberi biasanya timbul dari kecemasan. Seringkali kita cemas bahwa dengan menyisihkan sebagian harta yang kita miliki berarti mengorbankan sesuatu yang berharga dan tidak akan pernah kembali lagi kepada kita. Begitu luar biasanya penerjemahan makna memberi yang dilontarkan oleh seorang non muslim.
Dalam Islam, konsep memberi adalah konsep yang tidak dapat dipahami dengan batasan “balasan yang diberikan oleh orang lain”. Konsep memberi dalam Islam adalah karena keikhlasan yang semata hanya untuk mendapatkan balasan dan ridho dari Allah. Keikhlasan ini pula yang menghilangkan kecemasan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam menjalankan perintah Allah. Walaupun tak ada penjelasan yang masuk akal untuk perintah yang mereka kerjakan, mereka tetap menjalankan perintah tersebut. Energi keikhlasan inilah yang membuat mereka yakin dalam menjalankan perintah tersebut, dan hasil yang mereka peroleh dari keikhlasan itu adalah karunia Allah yang tak terkira, salah satunya adalah dikabulkannya do’a Nabi Ibrahim untuk menjadikan keturunannya sebagai penerus silsilah kenabian.
Cemas Berarti Meragukan Allah
Merefleksikan kisah kedua Nabi Allah tersebut, sifat cemas bukanlah hal yang layak dimiliki oleh seorang muslim. Kecemasan bagi seorang muslim sama saja dengan meragukan kasih sayang Allah yang tanpa batas kepada umat-Nya. Kecemasan ini pula yang sering membuat kita menunda untuk mengulurkan tangan kita kepada saudara-saudara kita yang membutuhkan. Untuk melakukan suatu hal kecil saja –contohnya adalah memberikan sedekah-, kita membutuhkan waktu yang lama untuk mempertimbangkan untung-ruginya. Tak jarang, hasil pertimbangan kita berujung pada batalnya niat kita untuk memberi, membuat kita mengharapkan imbalan yang beripat ganda dari Allah.
Kecemasan inilah yang justru membuat kita lupa bahwa perintah Allah kadang terbalik dengan pemikiran manusia. Perhitungan Allah berbeda dengan perhitungan manusia. Melepaskan kecemasan dengan cara memberi justru akan mendekatkan kita pada kunci utama ketaatan seorang hamba kepada Tuhannya. Sekeras apapun kita berusaha, keputusan akhir tetap saja datang dari Allah SWT sebagai pemilik hak prerogatif untuk menentukan mana yang terbaik untuk kita.
Energi Kehidupan
Memberi bukan hanya energi yang yang membantu orang lain, tetapi juga membantu kita untuk meraih berbagai hal positif dalam hidup ini. Orang yang sukses adalah orang yang memiliki kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional untuk selalu peka dengan kesulitan orang lain dan peka untuk membantu kesulitan orang lain tersebut. Orang yang pelit dan tidak peka terhadap kebutuhan orang lain pada dasarnya hanya akan menghambat kesuksesannya sendiri.
Memberi pada dasarnya merupakan energi yang sangat positif dalam kehidupan kita. Dengan memberi, seseorang akan selalu optimis dalam menapaki kehidupan. Optimis karena kita akan selalu merasa bermanfaat bagi orang lain dan selalu dibutuhkan oleh orang lain. Penerimaan orang-orang di sekitar kita inilah yang membuat kita selalu terpacu semangatnya untuk menjadi pribadi yang lebih baik dalam hidup. Sehingga, kesuksesan akhirnya akan labih mudah kita raih. Jadi, memberi memang sebuah cara sederhana yang bisa kita lakukan untuk menjemput kesuksesan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H