Kisah sebelumnya :
http://fiksi.kompasiana.com/cerpen/2014/05/06/cajon-dan-notification--651486.html
Aku membuka mataku ditengah tidurku saat ada suara pintu dibuka, ternyata teman sekamarku tengah malam begini pergi ke toilet, aku tersadar tadi aku merasakan handphoneku bergetar, aku langsung menyamber handphoneku dan menekan tombol lock screen. Kulihat ada beberapa notification yang masuk, ada dua permintaan pertemanan pada bbm yang tidak aku kenal, dan mataku langsung membelalak pada satu nama.
Aga Satria
“Haha! Dia invite!!” seruku bersemangat
“Si cowo itu?” tanya temanku yang baru kembali dari toilet
Akupun hanya menganggukan kepala tanda meng-iyakan pertanyaan temanku sambil menggenggam handphoneku dan segera meng-accept permintaan pertemanannya, dan kuabaikan permintaan pertemanan yang satu lagi karena merasa tidak kenal disamping itu dari namanya saja pakai emoticon dan menggunakan huruf-huruf yang menurutku alay, berlebihan sampai gak bisa dibaca. Setelah meng-accept permintaan pertemanan dari si pemuda tinggi, aku malah makin deg-degan, ya seperti pekiraan takut si dia bahasanya alay, hahaha.
PING!!!
Seperti yang kuduga, si pemuda itu.
Akupun mengetikan satu kata
Iyaaa...
Beberapa menit kemudian aku malah tertidur lagi.
17 Februari 2014
Pagi itu aku bangun dengan senyum mengembang dan buru-buru menyambar handphoneku, seperti dugaanku, saat tidur pasti dia membalas chat semalam.
Ini Kinan, cewe yang di Cafe ya?
Iyaa, sory semalem ketiduran
Gpp, tau ga aku siapa
Tau, :) cowo yang di Cafe kan
Iyaa :D
Alhasil kita mengobrolkan hal ringan-ringan aja sih, film misalnya dan kita membuat janji untuk keluar bareng malamnya.
Berbekal denah versi teks ternyata dia sampai juga di depan kosan. Malem itu hujan lembut menyelimuti kota Malang, sempat gugup sebelum dia datang, namun justru terasa biasa saja ketika dia sudah di depan mata. Kontak matanya yang begitu intim dan berani di Cafe tidak terasa hari itu, aku bisa melihat kegugupan dari bahasa tubuhnya, saat awal datang dia bicara tanpa melihat mataku, dia seperti menyibukan diri dengan apapun yang ada disekitarnya, mataku justru merantai mati gerakannyadan langsung menangkap basah gerak-geriknya.
“Sibuk banget kayanya, ngobrol dong” kataku sambil terus menatapnya, seolah menghakimi
“hehe, aku emang gitu orangnya ngerjain hal-hal yang ga penting sebenernya” katanya sambil menggoyangkan kakinya teratur dan menatapku sebentar.
Aku bisa melihat gerakan kikuknya saat kutanya seperti itu, entah memang dia yang seperti itu atau memang dia pemalu, atau dia gugup, tapi kurasa wajar saja. Sedangkan aku memang orang yang mudah bertemu orang baru, hanya gugup saat belum mengetahui dan hilang saat sudah berhadapan.
“nervous gitu ketemu artis, hahaha” candaku mencoba memecah kekakuan keadaan
“hahahaha”
“mau langsung cabut aja” tawarku agar tak membuang waktu
“yaudah yuk”
Kamipun memutuskan langsung pergi, dan akupun bertanya-tanya kira-kira mau kemana, bersamaan denga pikiran seperti itu Aga menanyakan arah tujuan kita.
“mau kemana? Ke Cafe?” tanyanya
“terserah, aku sih ikut aja, kan kamu yang ngajak”
“mau ke cafe ato ketempat temenku, sekalian nanti bisa minta film yang kamu mau”
“yah mending ke tempat temen kamu, aku sebenernya lebih suka gitu daripada nongkrong di cafe kecuali rama-rame, ga asik juga kalo cuma berdua”
Akhirnya kita memutuskan untuk pergi kerumah teman Aga, awal yang baik menurutku untuk bisa mengenalnya lebih jauh, aku memang lebih suka pergi kerumah teman, karena merasa lebih privat dan bebas berekspresi, lebih nyaman.
“teman kamu ini, yang waktu itu di cafe juga?”
“iyaa..”
bersambung...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H