Mohon tunggu...
Kinanthi Agnes Rosanti
Kinanthi Agnes Rosanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mencoba hal baru

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Sosioemosional Anak

14 Juni 2023   20:49 Diperbarui: 14 Juni 2023   21:05 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan dapat diartikan sebagai suatu perubahan yang dialami seseorang dalam masa hidupnya. Dalam masa pertumbuhan anak terdapat aspek fisik, kognisi, dan psikologis yang perlu diperhatikan oleh orang tua. Pada aspek psikologis, perkembangan sosioemosional anak menjadi salah satu hal yang perlu menjadi perhatian. Sosioemosional adalah sebuah perubahan afektif yang terjadi pada setiap individu yang berkaitan dengan kondisi atau perilaku seseorang. Sementara, perkembangan sosioemosinal adalah kemampuan seorang anak untuk dapat berinteraksi dengan lingkungannya. Perkembangan sosioemosional menurut Santrock (2008) berkaitan erat dengan perkembangan diri dan moral anak serta perubahan dalam berinteraksi dengan orang lain seperti nampaknya perubahan emosional anak ke arah yang positif dan memiliki kecerdasan emosional. Perkembangan yang terjadi ditandai dengan semakin meluasnya relasi individu terhadap keluarga maupun teman sebayanya. Pola asuh, lingkungan, dan budaya menjadi beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan sosioemosional anak.

Seorang anak atau remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan pasti mengalami perubahan sosioemosional dalam dirinya. Perubahan sosioemosional ini bisa terjadi dalam diri seseorang dalam hal harga diri dan perkembangan identitasnya. Carl Roger menyatakan bahwa rendahnya harga diri seseorang dipengaruhi oleh kurangnya dukungan emosional dan penerimaan sosial yang dialami. Harga diri dapat berubah dan menetap tergantung pada situasi dan kondisi yang dialami seseorang dalam masa perkembangannya. Sementara, perkembangan identitas ini biasanya terjadi saat seorang remaja memasuki usia dewasa yang dikenal dengan masa pencarian jati diri. Santrock (2004) menyatakan bahwa identitas diri berkembang seiring dengan eksplorasi dan komitmen yang dibangun seseorang dalam menunjukkan penerimannya terhadap satu identitas dan menerima konsekuensi dari adanya identitas tersebut. Pada perkembangan identitas diri terdapat empat model perkembangan yaitu; Pertama, model identitiy diffusion yaitu kondisi dimana seseorang belum mengalami krisis. Kedua, model identitiy foreclosure yaitu kondisi yang dialami sudah lebih kompleks dari model pertama. Ketiga, identitiy moratorium yaitu kondisi saat seseorang telah mengalami krisis tetapi belum ada komitmen. Keempat, identitiy achievement yaitu saat seseorang telah mengalami krisis dan membuat komitmen.

Peran Orang Tua Menghadapi Perkembangan Sosioemosional Anak 

Peran orang tua dalam mendampingi perkembangan sosioemosional anak sangatlah penting, dimana orang tua mengambil peran untuk menaruh perhatian terhadap perilaku sosioemosional anak. Seorang anak yang merasa diterima secara sosial dan emosional dengan baik, cenderung memiliki kemungkinan untuk dapat bersosialisasi atau mengerjakan sesuatu sesuai dengan kemampuannya lebih baik dibandingkan dengan anak-anak yang merasa tertolak. Namun, seringkali orang tua memiliki persaingan bila merasa bahwa perkembangan anaknya dibawah perkembangan anak lainnya, sehingga yang terjadi adalah terburu-buru menyalahkan anak bahkan hingga memarahi. Bila orang tua tidak mampu menahan diri untuk mengontrol dirinya dan terburu-buru menyalahkan anak, maka hal ini akan berdampak pada terganggunya perkembangan sosioemosional anak. Hal ini menunjukkan bahwa baik buruknya perkembangan sosioemosional anak bergantung pada pola asuh orang tua, cara pengasuhanan tiap orang tua yang berbeda juga mempengaruhi proses perkembangan sosioemosional anak.

Pola asuh yang mengbaikan pentingnya harga diri dan identitas seorang anak akan memberikan dampak pula dalam cara anak tersebut membangun hubungan sosial dan bersikap terhadap orang-orang disekelilingnya. Perhatian dan penghargaan yang kurang, juga dapat berdampak terhadap aktualisasi dirinya. Ketika anak melakukan suatu tindakan yang ia rasa merupakan sebuah pencapaian dan orang lain tidak memberikan respon yang positif  terhadap tindakannya, maka hal ini dapat menimbulkan rasa percaya diri yang menurun pada anak. Fenomena lainnya seperti ketika anak dimarahi oleh orang tuanya dengan cara yang salah dan menggunakan kata-kata yang kasar karena tindakan yang anak itu lakukan juga dapat mengakibatkan seorang anak akan merasa rendah diri karena maratabat dirinya yang tidak dihargai. Jika rasa rendah diri terus bertahan maka akan menjadi suatu permasalahan serius yang berdampak pada prestasi yang buruk, depresi, gangguan makan, bahkan tindakan kejahatan. Maka dari itu, perkembangan sosioemosional harga diri dan identitas anak perlu adanya dukungan penuh dari orang-orang disekitarnya, terutama orang tua.

Pola asuh yang sebaiknya dilakukan untuk mendukung perkembangan sosioemosional anak diantaranya: 1) Memberikan rasa aman, cinta, dan kasih sayang yang cukup, karena jika anak merasa dicintai dan diterima, maka anak tersebut akan lebih mampu mengembangkan rasa percaya diri dan hubungan yang sehat dengan orang lain. 2) Membangun komunikasi yang terbuka antara orang tua  dan anak dapat membantu anak nyaman membicarakan perasaan, masalah, atau kekhawatirannya, sehingga hal ini akan membantu anak membangun keterampilan komunikasi yang sehat. 3) Mengajarkan anak memahami, menerima, dan mengelola emosi dapat membantu anak dalam mengekspresikan emosi dengan sehat, mengatur diri, mengelola stress, dan cara menghadapi konflik. 4) Mendorong keterampilan sosial anak dengan cara memfasilitasi interaksi sosial anak melalui teman sebaya, mengajarkannya memahami perspektif orang lain, memecahkan permasalahan dengan cara yang sehat, berkomunikasi secara efektif, dan memahami norma-norma dilingkungannya. 5) Menjadi contoh dan teladan yang baik untuk anak dengan cara membangun interaksi yang baik dengan orang lain, menujukkan empati, dan cara yang sehat dalam mengelola emosi.

Sumber Referensi:

Anisah, d. (2021). Perkembangan Sosial, Emosi, Moral Anak, dan Implikasinya terhadap Pembentukan Sikap Sosial Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Judiknas, 70-80.

Naldi, H. (2018). Perkembangan Kognitif, Bahasa, dan Perkembangan Sosioemosional Serta Implikasinya dalam Pembelajaran. Jurnal SOCIUS, 102-114.

Neviyarni, A. &. (2020). Perkembangan Kogniti, Bahasa, Perkembangan Sosio-Emosional, dan Implikasinya dalam Pembelajaran. Jurnal Inovasi Pendidikan, 1-13.

Rohayati. (2016). Faktor Yang Berhubungan Dengan Perkembangan Sosial Emosi Anak. Jurnal Keperawatan, 73-80.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun