Mohon tunggu...
sari yanti
sari yanti Mohon Tunggu... -

sangat suka sekali membaca, punya ketertarikan terhadap dunia menulis. selebihnya saya pribadi yang lebih suka menyendiri.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Lapar..lewat, haus..lewat, nafsu amarah..ga kuuuaat

4 Agustus 2011   06:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:06 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puasa baru memasuki hari ke empat. Tapi ya ampuun godaannya sudah setengah dari tingginya gunung ciremai ( lebay ). Malam pertama tarawih saja godaan sudah muncul. Semua berawal saat aku sedang menunaikan shalat tarawih dan tiba-tiba 3 orang anak kecil bergantian berlari menginjak-injak sajadah aku dan juga sajadah orang lain. Huuuh aku sudah mulai tak suka. Eeh.. tambah lagi salah satu anak menginjak sajadahku dengan sandal karetnya. Astaga.. ingin rasanya ku cubit itu batita. Astagfirullah.. berulang ku baca istigfar berharap hati menjadi sedikit sabar. Dan Alhamdulillah tarawih malam itu aku bias menahan amarahku. Tapi godaan yang lain ternyata dengan setia menunggu. Ini terjadi di pagi hari saat aku keluar rumah menuju ke kantor. Saat baru saja keluar gerbang aku sudah dikejutkan oleh tingkah polah anak-anak kecil yang sedang bermain percon. Ya.. Allah suara gedebum si percon membuatku ngibrit ( bahasa bakunya: terbirit-birit) sumpah kalau saja bukan puasa ingin rasanya anak-anak itu ku ceburinke got satu persatu he..he. Tapi lagi ku ucap Astagfirullah.. dan aku mampu melewati godaan itu.

Sampai kantor aku dipanggil atasanku dan oh my God… aku diomelin L tentu saja setan di hatiku menyuruhku melakukan tindakan kasar yang dapat memuaskan ke-mangkelan hati tapi Astagfirullah.. sabar.. puasa, ucap suara malaikat di hatiku. Alhamdulillah, waktunya pulang tiba. Semoga tak ada lagi godaan amarah yang menunggu. Eeh… ternyata godaan tetep berlanjut. Ceritanya di dalam angkot aku duduk sampingan sama ibu-ibu yang badannya genduuut banget. Yang jadi masalah si ibu itu tertidur lelap sekali sehingga bobot badannya menekan tubuh kecilku aduuuh… mana kepalanya nyender di pundakku lagi. Ampuun Tuhan. Setan menyuruhku mendorong si ibu tapi Astagfirullah.. sabar.. puasa.., aku akhirnya mencoba tidur. Tapi kok ni mobil ga jalan-jalan ya? Saat kubuka mataku ya Allah macet. Pantesan saja macet ternyata jalan ditutup semua sama para pengendara motor. Aduuh rasanya ingin aku menjerit lalu turun dan ngejitakin tuh para pengendara motor supaya mereka sadar yang pengen buka itu bukan Cuma mereka saja. Dan kalau mereka menutup semua jalan mana bias maju ni mobil-mobil angkot? Tapi lagi lagi inget lagi puasa. Astagfirullah..ya Allah sabarkan hati dan dinginkan amarahku.

Satu hal yang aku sadari ternyata menahan lapar itu mudah, melawan haus juga gampang gad a masalah. Tapi menahan nafsu amarah…ga kuaaat. Tapi Alhamdulillah puasaku lancer dan mampu melawan nafsu terbesar yaitu amarah atau emosi. Sampai rumah aku setelah berbuka, aku langsung menelpon mama di kampung. Dan semua kejadian tadi bias tergantikan dengan tawa riang setelah mendengar suara mama tercinta. Semua karena Telkomsel, aku bisa ngobrol berlama-lama tanpa harus kebobolan. Terima kasih Telkomsel.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun