oleh: Kim Rana
Hari demi hari berlalu dengan pasti
Menampakan senarai harapan insan, yang sudah ter-realisasi
Semua berubah seiring bergulirnya waktu
Baik maupun buruk merupakan suatu hal yang baru
Ku dapati diri tengah terjembab sepi
Di atas aspal hitam dingin tak berpenghuni
Terukir jejak kaki pertama milikku di atasnya
Otakku mengingat kembali lukisan aksara jiwa
 sebuah filosofi hidup bernaung uforia
Aku melangkah tanpa arah
Seakan menelusuri jalan setapak panjang tak berujung
Perlahan anganku mulai goyah
Merutuki nasib diri, sudah lama tak beruntung
Pikiran ku riskan. Sebab terbesit di kepala beribu pertanyaan
Mengapa aku di sini? Sendiri. Terpuruk sunyi.
Tidak ada lagi mimpi, ataupun keyakinan
Sungguh ironi bukan?
Ya, semua telah kandas
Diterjang keputus asaan
Semua telah tergilas
Oleh lalu lalang kendaraan
Habis. Tanpa menyisakan setitik pun harapan
Segala yang aku curahkan
Juga yang aku banggakan
Telah hilang. Ditelan peradaban.
Lampung, 2 Maret 2019
pernah mengikuti event cipta puisi yang diselenggarakan oleh @suka.sepi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H