Mohon tunggu...
Adek Dwi Oktaviantina
Adek Dwi Oktaviantina Mohon Tunggu... Editor - Seorang abdi negara yang menyalurkan hobi menulis, bercerita, dan berkawan dengan seluruh lapisan manusia

Saya menyukai kisah seseorang, cerita motivasi, novel petualangan dan fantasi, balapan Formula Satu, K-pop, kisah kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Es Jadul Nan Legendaris, hmmm Apa Saja Ya

8 Agustus 2024   22:35 Diperbarui: 8 Agustus 2024   22:43 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Panas terik siang hari mengingatkan pada lelehan es krim jadul siap dijilat. Es tong tong adalah nama es krim yang berwarna jambon dijual oleh bapak -bapak yang mendorong kotak es berwarna silver dan membunyikan bel "tong..tong...tong". Harganya saat itu Rp100,00 dengan contong kecil yang sangat memuaskan dahaga. Es berasa santan kelapa yang gurih dengan butiran kasar. Tidak pernah sadar saat es krim habis dan krupuk cone-nya habis dimakan pula. 

Ada juga es serut pelangi berwarna warni. Es ini sangat nikmat untuk disesap dan sering membuat gigi ngilu. Rasa sirop yang dibubuhkan di atas es serut sangat manis. Lambat laun, rasa manis memudar dan tinggal bongkahan es yang diemut hingga cair di mulut.

Yang terakhir, kenangan tentang es krim jadul yaitu es cap burung gelatik yang ditempatkan pada wadah tabung dingin. Harganya Rp50,00 saat itu. Es berwarna warni dengan dilapisi kertas. Penjual es ini banyak ditemui di Blitar terutama di makam bung Karno. Es dilengkapi stik yang bisa disesap kapan pun. Es ini  memiliki rasa dasar yaitu rasa kacang hijau. 

Es krim yang paling kuingat dan dibuat sendiri oleh orangtuaku adalah es krim yang terbuat dari buah yang dibekukan di freezer. Saat itu, kami panen mangga melimpah. Agar hasil panen tidak cepat habis, mangga diblender dan dimasukkan freezer hingga beku. Setelah beku, mangga mengeras dan menjadi es mangga. 

Selain itu, ibuku juga pernah jualan es lilin di kulkas dan tetanggaku juga banyak yang beli. Kebanyakan ya dihabiskan oleh anak-anaknya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun