Mohon tunggu...
Adek Dwi Oktaviantina
Adek Dwi Oktaviantina Mohon Tunggu... Editor - Seorang abdi negara yang menyalurkan hobi menulis, bercerita, dan berkawan dengan seluruh lapisan manusia

Saya menyukai kisah seseorang, cerita motivasi, novel petualangan dan fantasi, balapan Formula Satu, K-pop, kisah kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kembali Memasak dengan Kayu

28 Oktober 2023   10:36 Diperbarui: 28 Oktober 2023   10:49 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah-tengah permasalahan energi yang menjadi masalah nasional dan harga bahan bakar yang semakin mahal. Banyak orang yang kembali menggunakan kayu bakar. 

Negara maju seperti jerman pun mulai menggunakan kayu bakar kembali. Kayu bakar sendiri sering dan banyak digunakan oleh penduduk desa apalagi untuk hajatan. 

Hajatan yang menghabiskan banyak biaya meskipun kadang mendapatkan bantuan tetangga. Namun, menggunakan bahan bakar kayu akan sangat menghemat memasak dalam jumlah besar dan waktu memasak yang lama. 

Menggunakan bahan bakar kayu, selain lebih hemat juga memanfaatkan kayu bakar yang ada di lingkungan. Kami mendapatkan kayu dari bekas perabotan sekolah yang hendak dibuang. Kami mengambil dengan kendaraan roda tiga. 

Kayu ditumpuk di belakang rumah untuk persediaan selama beberapa bulan ke depan. Alhamdulillah, kami mengumpulkan banyak persediaan hingga bulan puasa tahun depan. 

Kayu dan ranting dari pohon yang tumbang dan pembersihan dahan di wilayah perkotaan  bisa dimanfaatkan dengan baik untuk kayu bakar. Tidak ada bahan bakar yang benar-benar sempurna. Kami juga tidak menggunakan kayu yang harus membeli atau menebang pohon yang masih hidup. Kami memakai bahan bakar kayu dan sabut kelapa untuk bahan bakar. Memanfaatkan sisa sisa dan sampah yang dibuang oleh orang lain. 

Pada zaman dahulu, bangsa kita bertahan dalam suasana susah pada jaman penjajahan dan jaman awal kemerdekaan karena memiliki ketabahan dan daya tahan luar biasa pada kondisi sulit. Batang pisang, kulit semangka, pun jadi santapan karena ingin bertahan hidup. 

Demikian pula dengan pengolahan makanan, memasak di arang, memasak di kompor tungku, dan memasak di kompor minyak adalah identitas kita meski sekarang ada yang masih mempertahankan atau ada pula yang masih bertahan. Ketahanan pangan dan sumber daya terjadi karena bangsa kita memiliki kebudayaan yang heterogen. Tidak harus semua mengandalkan gas elpiji. Masih ada yang menggunakan bahan bakar yang lebih terjangkau sehingga jika terjadi kelangkaan, masih ada alternatif lainnya. 

Semakin heterogen alternatif bahan bakar dan bahan makanan, sebuah bangsa akan lebih bisa bertahan karena bisa bersikap fleksibel terhadap perubahan meski awalnya terasa berat. Kemandirian inilah yang akan membuat bangsa Indonesia bertahan pada masa masa sulit. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun