Mohon tunggu...
Adek Dwi Oktaviantina
Adek Dwi Oktaviantina Mohon Tunggu... Editor - Seorang abdi negara yang menyalurkan hobi menulis, bercerita, dan berkawan dengan seluruh lapisan manusia

Saya menyukai kisah seseorang, cerita motivasi, novel petualangan dan fantasi, balapan Formula Satu, K-pop, kisah kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Music

The Next 2023, Panggung Kompetisi Penyintas Penyanyi Muda

28 September 2023   10:00 Diperbarui: 28 September 2023   10:02 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada babak semifinal, the next 2023-sebuah acara reality show panggung kompetensi penyanyi di Qingdao. Acara ini saya ikuti dari awal karena promosi besar-besaran di Twitter dan tertarik karena Jurinya yaitu Jackson Wang dan Jay Park. 

Setelah mengikuti sebulan ini, ada beberapa hal yang membuat mata saya terpaut dan menantikan setiap minggunya. Yang pertama adalah sistem kompetisinya yang tidak pernah saya jumpai di acara kompetisi menyanyi lainnya. 

Di acara itu, mereka mengkategorikan penyanyi untuk mode bertahan hidup seperti lonely wolf ( petarung), petualang, penantang, dan penakut. Pada babak pertama, penyanyi yang memilih mode bertarung dia bertaruh dengan kemampuan dirinya untuk menebak nilai yang diberikan juri. Jika dia menebak angka yang didapatnya lebih besar daripada gabungan nilai juri, nilai sang penyanyi-petarung akan ditambahkan 10 persen dari nilai yang didapat. 

Seorang penantang akan mendapatkan nilai dari nilai peserta lain yang ditantangnya sekaligus dia bisa menuliskan nilai yang ingin ditantangnya. Jika berhasil, nilai itu akan jadi miliknya. Jika tidak, nilainya akan berkurang sesuai yang dia tuliskan. 

Petualang adalah yang paling rugi di babak ini karena dia harus melebih nilai semua kontestan yang sudah ada jika tidak, dia harus dikurangi 100 poin. Pada awalnya, mode bertahan hidup ini tidak diberitahukan cara bermainnya. Akhirnya beberapa orang gugur karena sistem ini. Bukan karena nyanyi tidak baik terapi karena salah memilih mode bertahan. 

Pada akhirnya, penyanyi selain harus bisa tampil memukau juga harus berstrategi memilih mode penyintas yang tepat dan bahkan saat membuat tim pada babak berikutnya. Rekan sesama tim juga saling bersaing sekaligus berkompetisi. 

Sistem ini baru saya amati dan terasa baru. Manfaatnya, sistem penyintas ini seperti apa yang dialami penyanyi di kehidupan nyata. Penyanyi yang populer dan terus membuat album dan bertahan adalah penyanyi yang memformulasikan segala sesuatu metode untuk bertahan bisa jadi berkolaborasi dengan penyanyi muda, bergabung dalam proyek menyanyi gabungan  meski penyanyi tersebut punya nama besar. Metode penyintas hidup ini menjadikan "the next 2023" Sebuah acara yang realistis untuk menggambarkan perjuangan penyanyi di negeri China. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun