Mohon tunggu...
Sabri
Sabri Mohon Tunggu... Wiraswasta - konsultan bisnis dan wiraswasta di bidang FMCG

Selalu tertarik belajar dan mengeksplorasi tentang bisnis, politik serta komunikasi psikologi

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

"Siaga Satu" Kedaulatan Indonesia dalam Konflik Laut China Selatan

28 Mei 2024   12:15 Diperbarui: 28 Mei 2024   12:27 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selanjutnya kita bahas sudut pandang negara Amerika terkait ini

Perhatikan kembali peta Nine Dash Line diatas. Apa artinya sebagai garis pertahanan Tiongkok? Artinya, seluruh area tsb dipantau ketat dengan radar militer Tiongkok. Khusus di area dalam nine dash line setiap objek kapal dan pesawat diikuti secara ketat oleh radar militer Tiongkok.

Pertanyaannya, negara mana yang paling dirugikan selain Indonesia dengan kebijakan Tiongkok ini? Jawabnya jelas AS karena 3 pangkalan militernya di Asia Pasifik yaitu Korea Selatan, Okinawa dan Guam seluruhnya dibawah pantauan radar militer. Apalagi saat ini militer Tiongkok menerapkan teknologi Quantum untuk radar dan komunikasi militer dimana AS sendiri belum memilikinya.

Artinya, ketiga pangkalan tsb tidak berguna lagi. Aktivitas apapun berada dalam pengawasan ketat radar dan satelit militer Tiongkok. AS yang dulu adalah Sang Penguasa Laut China Selatan dan Pasifik kini harus berhadapan dengan rival baru, Tiongkok, yang jauh lebih sulit dihadapi dan ditundukkan.

Selama ini AS mengontrol dunia dengan politik, militer dan media. Mike Pompeo, mantan direktur CIA dan kini, Secretary of State presiden Trump. Dalam wawancara dengan Fox News ditanya apa yang dilakukan CIA untuk menghadapi Tiongkok. Sambil terbahak menjawab,

Sumber : Telesur Espanol
Sumber : Telesur Espanol

Itulah yang dilakukan CIA terutama dalam menghadapi Tiongkok yaitu dengan menyebar luaskan hoax melalui media. 

Di samping itu , memiliki tentara yang terlatih yang terbesar di dunia , Tiongkok sangat siap untuk maju perang. Sadar akan kebiasaan AS untuk selalu memakai opsi perang, Xi Jinping tidak mau kecolongan maka dia perintahkan militernya untuk siaga satu.

Namun lihatlah "keengganan berperang" itu dalam perspektif bahwa Tiongkok akan mati-matian berusaha untuk menyelesaikan masalah secara damai. Jikapun harus terjadi perang maka perang itu dikehendaki dan dimulai oleh pihak lain, bukan oleh Tiongkok.

Dengan demikian dalam menghadapi Tiongkok, jauh lebih tepat memiliki pakar yang paham Tiongkok, rasional, mampu mengembangkan strategi serta telaten & cerdik bernegosiasi, daripada menyiapkan pasukan perang.

Sebelum masuk ke posisi Indonesia mari kita berpikir sejenak bagaimana bila eskalasi perang terbuka antara AS dan China Terjadi? maka besar kemungkinan jalur Laut China Selatan akan tertutup karena pangkalan AS di Okinawa akan melakukan pengepungan dari atas dan bawah (lihat peta wilayah LCS) yang menyebabkan jalur perdagangan menjadi macet, kelangkaan pangan serta kebutuhan energi yang naik akan berdampak tentunya ke Indonesia bila tidak siap. Terhadap ancaman tersebut sebenarnya Indonesia sudah mulai bersiap loh, salah satunya melalui riset dan pengembangan Food Estate di Era presiden Joko Widodo demi menuju swasembada pangan atau dengan kata lain Indonesia juga telah meningkatkan status kepeduliannya terhadap konflik LCS menjadi "Siaga Satu" melalui pengaktifan program tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun