Mohon tunggu...
Kimi Raikko
Kimi Raikko Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Just Another Days In Paradise \r\n\r\n \r\n\r\n\r\n \r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Media Sosial Versus Mainstream Media sebagai Sumber Berita

5 Mei 2011   05:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:04 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

[caption id="attachment_105943" align="aligncenter" width="660" caption="Ilustrasi, sumber:http://cristinariesen.files.wordpress.com"][/caption] Apa yang berbeda dari hingar-bingar pemberitaan media terutama yang banyak menjadi perhatian publik saat ini dibandingkan beberapa tahun yang lalu? Jawabannya tentu banyak sekali. Jika saat Irak menginvasi Kuwait di tahun 1990-an yang lalu media televisi menjadi sumber utama dan koran-koran menjadi penyebar berita yang efektif hingga jauh ke pelosok desa, kini mainstream media tersebut mulai bergeser perannya digantikan oleh sebuah trend baru, yaitu media sosial. Dulu bahkan ada sejenis wartawan perang yang menggali berita langsung dari lapangan peperangan lalu melaporkannya, umumnya melalui stasiun televisi tempat ia bekerja. Kini walaupun wartawan masih merupakan elemen yang sangat penting dalam menghasilkan berita, namun terdapat cara yang jauh berbeda dalam  mereka menyebarkan berita tersebut. Terima kasih banyak kepada kemajuan internet dan kemudian sosial media seperti Twitter dan Facebook yang memiliki andil yang sangat besar untuk men-spread berita sebelum kemudian dipertegas oleh mainstream media   seperti televisi dan koran. Tentu timbul pertanyaan, apakah media sosial seperti Twitter telah menggantikan mainstream media sebagai sumber terbaik terhadap suatu peristiwa tertentu, misalnya kematian Osama bin Laden? Jawabannya bisa Ya dan bisa juga Tidak. Ya, jika kita melihat bahwa publik pertama kali memperoleh berita kematian Osama bin Laden melalui Twitter bahkan jauh sebelum televisi dan koran mengabarkan hal tersebut. Ya, bila kita melihat Royal Wedding disiarkan secara langsung melalui beberapa live streaming media sosial seperti YouTube. Siaran langsung pandangan mata ini menggantikan peran televisi yang selama ini hampir tidak tergoyahkan. Ya, bila kita lihat dan baca sedemikian banyak berita di media sosial termasuk kompasiana memberitakan Royal Wedding tersebut dalam perspektif yang jauh berbeda dibandingkan mainstream media. Tidak, terutama dalam kasus berita kematian Osama,  memang pertama kali diketahui melalui media sosial, namun sebenarnya kabar tersebut masih perlu dipertanyakan (ada semacam keraguan kebenaran kabar tersebut) sehingga kemudian menjadi pasti setelah televisi dan kemudian koran mengkonfirmasi kejadian tersebut. Di sini kita melihat ada unsur validasi berita yang dilakukan oleh mainstream media terhadap berita yang dikabarkan melalui sosial media, yang tampaknya peran ini sangat penting untuk lebih menyebarkan lagi berita suatu peristiwa yang memiliki tingkat ketertarikan publik dan kemungkinan kesalahan tinggi seperti kematian Osama. [caption id="attachment_105942" align="aligncenter" width="638" caption="Validasi mainstream media tentang kematian Osama bin Laden, sumber:http://techcrunch.com/"][/caption] Hal ini terbukti dalam kasus kematian Osama, di mana setelah sangat ramai di-tweet di Twitter,  beberapa waktu kemudian Presiden Barack Obama mengumumkan secara resmi yang diliput oleh stasiun televisi, esoknya hampir semua koran dan mainstream media lainnya menyebarkan berita tersebut sehingga unsur validasi menjadi sangat penting. Jadi sebenarnya, boleh saja media sosial sebagai sumber berita, namun media sosial belum memiliki alat validasi yang baik apalagi di internet banyak sekali kabar hoax sehingga membutuhkan suatu validasi dari mainstream media agar suatu berita dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Bahkan Keith Urbahn, orang yang pertama kali melakukan tweet di Twitter tentang berita terbunuhnya Osama bin Laden mengakui bahwa ia memperoleh berita tersebut kemudian men-tweet-nya dari seorang produser televisi berita yang jelas sekali  merupakan mainstream media. Dengan demikian mainstream media sebenarnya masih merupakan sumber berita terbaik, namun cara perluasan berita kini dipermudah dengan adanya kemajuan social media seperti Twitter dan Facebook. Artinya mainstream media bisa bahu-membahu dengan media sosial untuk menghasilkan berita yang labih baik dan lebih luas penyebarannya. Coba kita perhatikan sebuah polling yang dilakukan oleh mashable.com berikut ini. [caption id="attachment_105938" align="aligncenter" width="633" caption="Sumber: http://mashable.com/"][/caption] Dari 20.000 pembaca setia mashable.com, 51% menemukan berita kematian Osama bin Laden melalui media sosial, yang terdiri dari 31% Twitter dan 20% Facebook. Namun walaupun mereka menemukan di sosial media mereka tidak puas sehingga selanjutnya akan menonton televisi untuk memastikan berita tersebut benar. Kemudian, walaupun televisi telah memastikan berita tersebut benar, esoknya mereka masih perlu untuk membeli koran untuk melihat dan membaca mungkin lebih rinci dan mengetahui kronologi peristiwa tersebut. Buktinya, di Amerika Serikat di hari Senin sehari setelah berita kematian Osama bin Laden tersebar di sosial media, surat kabar banyak mengalami peningkatan oplah. Hal ini menunjukkan bahwa mainstream media dengan kemajuan media sosial dalam penyebaran berita belum tergantikan. Jadi akan sangat sulit untuk media sosial yang di dalamnya bergerak  jurnalisme warga menggantikan peran mainstream media sebagai sumber berita, terutama berita yang memerlukan validasi dan tingkat coverage-nya sangat luas. Yang ada adalah kedua media ini saling melengkapi untuk menghasilkan berita yang lebih baik dan lebih bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun