Mohon tunggu...
Kimi Raikko
Kimi Raikko Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Just Another Days In Paradise \r\n\r\n \r\n\r\n\r\n \r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kopdar dan Berbagi Teknik Pemasaran Buku di TIM

28 Februari 2012   05:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:48 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_163778" align="aligncenter" width="635" caption="Kompasianer yang hadir sewaktu Kopdar di TIM"][/caption] Kopdar bersama Om Julianto Simanjuntak akhirnya bisa terlaksana dengan sukses. Kopdar kali ini mengambil lokasi di TIM. Pada walnya saya skeptis akan banyak yang datang karena di dua artikel yang saya publikasikan untuk mengundang teman-teman mendapatkan tanggapan yang biasa-biasa saja. Namun demikian, pada kenyataannya cukup banyak yang hadir dan kopdarnya pun tidak kalah meriah dibandingkan kopdar yang sudah-sudah. Dalam kopdar kali ini sangat banyak ilmu yang bisa diperoleh, terutama bagaimana menerbitkan buku karya teman-teman penulis di kompasiana. Om Julianto menjelaskan dengan sangat gamblang bagaimana sebuah bukunya sudah dicetak ulang sebanyak delapan kali. Selain itu hampir setiap saat ia bisa menerbitkan buku, yang bahannya umunya berasal dari tulisan atau artikel yang ditulis di kompasiana. Salah satu pesan penting yang diperoleh dari kopdar ini adalah perlunya menerbitkan buku meskipun itu hanya satu sebelum Sang Penguasa Roh mengambil roh itu kembali. Buku adalah semacam warisan, apalagi kalau buku tersebut karya sendiri akan lebih berarti bagi anak dan cucu kelak. Dengan menulis buku, bukan hanya mengasah bakat, tetapi juga sebagai penangkal stress, apalagi kalau sempat terjual sangat banyak merupakan pendapatan yang sangat berharga seperti yang dialami oleh Om Julianto yang ekonomi keluarganya kini ditopang dari hasil menerbitkan buku. Salah satu teknik pemasaran buku yang perlu kita terapkan adalah menerbitkan sendiri dahulu artikel yang ditulis di kompasiana atau di blog lain. Penerbitan sendiri ini sebagai upaya melihat animo pasar. Kemudian jika ternyata cukup banyak yang berminat, langkah selanjutnya adalah menawarkan kepada penerbit berdasarkan data penjualan yang telah dimiliki. Saya sendiri juga menambahkan, bagi teman-teman yang melakukan self publishing, ada baiknya data penjualan yang dimiliki dari para penerbit indie, digunakan sebaik mungkin. Artinya jangan hanya puas menerbitkan buku secara sendiri, mungkin akan sangat bagus bila buku tersebut diterbitkan oleh penerbit yang yang cukup punya nama. Artinya jangan hanya puas dengan penerbit indie, cobalah menawarkan naskah yang pernah diterbitkan penerbit indie tersebut ke penerbit besa, mana tahu mereka tertarik. Selain membahas teknik pemasaran buku, kopdar kali ini juga membahas pembentukan komunitas kompasiana. Sayangnya memang belum ada kata sepakat, bentuk apa sebenarnya komunitas yang diinginkan. Mungkin di pertemuan selanjutnya hal ini akan lebih didalami. Berikutnya, program Blogger Hibah Sejuta Buku memperoleh sumbangan sekian puluh eksemplar majalah Intisari dari Pak Dian Kelana. Sumbangan ini masih saya titipkan di rumah Om Hazmi Srondol. Saya karena keterbatasan waktu tidak sampai tuntas mengikuti Kopdar kali ini. Namun intinya memang sangat baik untuk dapat bertatap muka dengan teman-teman lainnya. [caption id="attachment_163779" align="aligncenter" width="647" caption="Kiri ke Kanan: Om Julianto S, Babeh Helmi, dan Mbak Titi"]

13304081071842436296
13304081071842436296
[/caption] [caption id="attachment_163780" align="aligncenter" width="635" caption="Kompasianer baru, Prakashita turut hadir di TIM"]
13304081631723450486
13304081631723450486
[/caption] [caption id="attachment_163781" align="aligncenter" width="635" caption="Mas Choirul Huda dan siapa yah ..haha, lupa ... "]
1330408226811533620
1330408226811533620
[/caption] [caption id="attachment_163782" align="aligncenter" width="635" caption="Om Jay Asyik pakai ponsel, sisi kiri Shita dan sis kana Zuragan"]
1330408285615405421
1330408285615405421
[/caption] [caption id="attachment_163783" align="aligncenter" width="635" caption="Nah ini Om Ndangdut, eh maaf Bang Herman Hasyim "]
1330408362344315994
1330408362344315994
[/caption] [caption id="attachment_163784" align="aligncenter" width="635" caption="Om Ndol turut bergabung, meski datang telat dan pulangpun lebih cepat"]
13304084331205438089
13304084331205438089
[/caption] [caption id="attachment_163785" align="aligncenter" width="635" caption="Foto bersama dengan hadiah buku dari Om Juli"]
13304084841063985546
13304084841063985546
[/caption] Selain hal tersebut di atas, Om Hazmi menceritakan perkembangan dunia internet yang makin banyak menginginkan konten video. Om Hazmi menyebut hal ini dengan VidioBlog. Nantinya, menurut informasi kebutuhan terhadap vidioblog ini akan semakin meningkat sehinga kompasianer harus memanfaatkannya. Note: Foto lengkap ada di Google Plus

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun