[caption id="attachment_170361" align="aligncenter" width="600" caption="Gerai BlackBerry di Indonesia, sumber: http://rumpitekno.com"][/caption] RIM BlackBerry tengah dirundung masalah. Data terakhir dari IDC menunjukkan penguasaan pasar mereka terus tergerus dan kini tinggal hanya 8,2% di AS. Masalah bertambah ketika dua orang penting di RIM mengundurkan diri. Mereka adalah senior vice president of the BlackBerry platform Alan Brenner dan Alistair Mitchell,  vice president for the BlackBerry instant-messaging service. Selain itu, RIM BlackBerry digugat oleh sebuah perusahaan Belanda. Tentu akan sangat menarik, langkah apa yang akan diambil oleh Thorsten Heins yang menjabat CEO mulai bulan Januari 2012 yang lalu. Sebenarnya garis besar langkah recovery RIM BlackBerry sudah diberikan pada saat earning call beberapa waktu yang lalu seiring dengan pengumuman kerugian sebesar 1,1 triliun rupiah. Dalam earning call tersebut dinyatakan bahwa RIM mungkin akan melihat opsi untuk menjual perusahaan. Opsi kedua adalah melisensikan teknologi Blackberry dan infrastruktur yang mereka miliki kepada vendor yang berminat. Opsi ketiga adalah kembali kepada kekuatan mereka, yaitu di bidang enterprise. Langkah ketiga ini bukan berarti meninggalkan sama sekali segi consumer, namun berupaya kembali merebut pasar mereka yang sudah banyak diambil oleh iOS dan Android. Selain itu RIM baru saja merilis mobile fusion. Mobile Fusion merupakan aplikasi yang mampu me-manage perangkat mobile bersistem operasi selain BlackBerry seperti iOS Apple dan Android Google. Namun tentu hal ini tidaklah cukup. Bagi konsumen seperti di Amerika Serikat dan negara Eropa lainnya ketiadaan smartphone yang mampu bersaing head to head secara teknologi dengan iPhone dan Android merupakan penyebab mereka tidak lagi menggunakan BlackBerry. 1. Jual Ketika Sedang Hot Opsi menjual RIM di saat masih belum begitu buruk kondisinya merupakan opsi rasional. RIM tentu saja bukan hanya perangkat BlackBerry. RIM memiliki teknologi keamanan yang saat ini masih yang paling baik di bidang mobile. Mereka juga memiliki paten yang banyak. Selain itu tentu saja jumlah pengguna di seluruh dunia yang mencapai 77 juta orang. ReadWriteWeb mencatat nilai pasar RIM saat ini kurang lebih 7 miliar dollar AS. Padahal tiga tahun yang lalu, nilai pasarnya hampir 35 miliar dollar AS. Harga yang hanya 7 miliar dollar AS tersebut tersebut termasuk murah untuk perusahaan sekelas RIM. Hal ini dapat kita bandingkan ketika Google mengakuisisi Motorola Mobility sebesar 12,5 miliar dollar AS padahal secara teknologi keamanan Motorola tidak memilikinya. Masalahnya adalah siapa yang mau membeli RIM BlackBerry? Mungkin Microsoft, Google, Samsung atau bahkan Apple Inc? Kesempatan terbesar sebenarnya terbuka bagi Microsoft. Microsoft memiliki uang tunai yang banyak dan meskipun sedang berbulan madu dengan Nokia, mereka tentu senang memiliki BlackBerry dan tambahan konsumen sebesar 77 juta orang. Bisa saja Microsoft karena ingin memajukan Windows Phone membeli BlackBerry kemudian menghentikan layanannya agar Windows Phone menjadi sistem operasi ketiga terbesar menggantikan BlackBerry. Hitung-hitung sebagai biaya untuk memajukan Windows Phone. Amazon juga sangat terbuka untuk membeli RIM. Saat ini di antara perusahaan besar yang tidak memiliki sistem operasi sendiri hanya Amazon. Tentu sebuah keuntungan tersendiri bagi mereka membeli RIM dengan harga hanya 7 miliar dollar AS. Google dan Apple Inc. sepertinya tidak berminat, sementara Samsung mungkin lebih memilih untuk membeli lisensi sistem operasi dari RIM. 2. Lisensi Melisensikan sistem operasi BB10 dan infrastruktur RIM yang terkenal bagus tingkat keamanannya merupakan opsi yang patut juga dilirik. Dengan melisensikan tentu saja RIM tidak sampai menjual perusahaan. Namun, pendapatan yang diperoleh dari lisensi belum tentu besar sehingga mungkin akan makin menekan keuangan RIM. Dan lagi dengan banyaknya vendor yang terlibat di Android dan Windows Phone akankah mereka juga mau memakai BB10 dari RIM untuk smartphone mereka? Saya kira vendor seperti Samsung mungkin tertarik. Demikian juga LG. Namun tentu ketertarikan mereka ada jika BB10 yang akan mereka pakai mendapat sambutan meriah konsumen di pasar. Jika tidak, mereka tentu tidak mau ikut-ikutan gagal karena RIM. 3. Control-ALT- DELETE Bagi Anda pengguna BlackBerry tentu paham dengan jalan pintas Control-ALT-Delete ini. Ini merupakan by pass untuk me-reboot smartphone BlackBerry. Ini artinya RIM BlackBerry melakukan reboot terhadap bisnis mereka atau back to nature. Kekuatan mereka sebenarnya ada pada enterprise. RIM harus mengupayakan dan memperkuat posisi di bidang ini dengan membuat perangkat bagi agen pemerintahan dan perusahaan di mana tanpa BlackBerry mereka tidak bisa bekerja. Usaha ini tentu butuh waktu yang cukup lama, namun jika sabar bukan tak mungkin ini jalan terbaik bagi RIM untuk tetap eksis di dalam persaingan smartphone. Selain itu, RIM tetap tidak meninggalkan pasar konsumen dengan tidak selau mengacu kepada konsumen di negara-negara maju. Saya melihat ini pilihan yang paling rasional bagi RIM dan tampaknya sudah mulai dijalankan beberapa bulan yang lalu. RIM kini bergerilya mencari sumber-sumber pasar baru untuk device mereka. TheNextWeb mencatat, RIM BackBerry baru saja mendirikan kantor pengembangan di Mesir untuk wilayah Afrika. Langkah ini merupakan pertama kalinya dilakukan oleh RIM. Selain itu, daerah Timur Tengah, terutama Arab Saudi merupakan pasar empuk RIM. Mereka memiliki penetrasi lebih dari 100% di sana. Pasar Asia Tenggara juga semakin serius digarap oleh RIM. Thailand dan Indonesia merupakan negara-negara dengan pengguna BlackBerry sangat besar di kawasan ini. RIM berencana membuka sebanyak mungkin toko di Indonesia pada tahun 2012 ini. Dengan taktir keluar dari pasar yang sangat kompetitif ke pasar yang kurang kompetitif, RIM bisa menanamkan pengaruhnya dan dalam jangka panjang bisa memetik keuntungan. Sayangnya sebagaimana pernah saya tuliskan sebelumnya, pasar negara berkembang seperti Indonesia, Mesir, dan Thailand akan memberikan margin keuntungan yang mungkin lebih kecil dibandingkan pasar negara maju. Di AS kita mengenal pembelian smartphone dengan sistem kontrak minimal dua tahun. Ini artinya selama dua tahun RIM terjamin pendapatannya. Berbeda dengan pasar Indonesia misalnya, di mana sistem pra bayar lebih mendominasi sehingga ada kemungkinan pelanggan tidak memakai layanan data. Padahal layanan data merupakan bagian penting dari pendapatan RIM. Tiga opsi tersebut mungkin bisa dipilih oleh RIM untuk menyelamatkan kapal mereka yang hampir karam. Kondisi RIM saat ini sepertinya sama dengan kondisi Nokia setahun yang lalu. Saat itu Nokia memiliki sistem operasi Symbian yang sudah tua. Demikian juga RIM dengan BlackBerry 7 yang kurang diterima oleh pasar maju. Untungnya Nokia cepat berpindah haluan ke Windows Phone, meskipun efektiftas perpindahan tersebut masih bisa diperdebatkan. Saya percaya RIM tidak akan menjual perusahaan dalam waktu dekat ini. Saya melihat opsi yang dipilih oleh RIM adalah melakukan reboot. Mereka akan segera fokus untuk kembali ke bidang enterprise dan menjual device lama mereka ke pasar-pasar negara berkembang yang belum begitu melek teknologi terkini di bidang smartphone. Pilihan ini dipandang paling rasional melihat bahwa sebenarnya RIM memiliki DNA kesuksesan di enterprise. Buktinya sampai saat ini sebagian besar pegawai pemerintahan di Washington, AS masih mengandalkan BlackBerry. Sumber: Bloomberg, TheNextWeb, ReadWriteWeb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H