[caption id="attachment_117258" align="aligncenter" width="655" caption="Google, sumber:ibtimes.com"][/caption] Afrika, benua yang mungkin paling tertinggal dibandingkan dengan beberapa benua lainnya mendapat perhatian serius dari raksasa internet, Google. Google mengatakan bahwa mereka serius dalam menggarap Afrika sebagai daerah pertumbuhan internet berikutnya. thenextweb.com melaporkan, secara global terdapat  94 domain terdaftar per 10.000 pengguna. Namun, di Afrika, hanya ada satu domain per 10.000 pengguna. Dengan demikian, ada potensi luar biasa untuk pertumbuhan internet di benua tersebut. Selain itu wilayah Sub-Sahara Afrika merupakan wilayah dengan biaya koneksi internet termahal dengan biaya rata-rata 45 dollar sebulan untuk koneksi rumahan. Di Afrika terdapat 118 juta lebih pengguna internet, artinya hanya 11% dari keseluruhan populasi benua tersebut. Pertumbuhan pengguna internet di benua Afrika dalam satu dekade terakhir sekitar 2.527%. Google akan mengusahakan makin banyak orang Afrika yang online dengan cara memudahkan akses ke internet dan menciptakan ekosistem internet yang ramah seperti penggunaan bahasa lokal Afrika yang lebih banyak. Kunci lainnya adalah menambah konten-konten lokal dari benua Afrika. Dengan memperbanyak konten lokal benua Afrika dipercaya akan makin banyak warga benua tersebut yang online karena konten lokal merupakan hal yang sangat penting. Untuk  meningkatkan jumlah penduduk Afrika yang online, Google telah mendirikan Get African Business Online (GABO). GABO merupakan sebuah pilot project untuk menumbuhkan bisnis online di Afrika.  GABO  ditargetkan untuk perusahaan skala kecil dan menengah dan memberdayakan mereka untuk bisa online agar bisa  mempromosikan barang dan jasa yang mereka produksi. Selain usaha tersebut di atas, Google juga  bekerja sama dengan Universitas di Sub-Sahara Afrika untuk memperluas kapasitas bandwidth mereka melalui Program Universitas yang menyediakan akses Internet yang sangat dibutuhkan  siswa di seluruh benua Afrika. Misalnya, tahun lalu, Google meluncurkan inisiatif akses internet universitas di University of Nigeria. Wakil Presiden Nigeria Namadi Sambo secara resmi meluncurkan jaringan nirkabel baru kampus tersebut, jaringan serat fiber intrakampus dan koneksi trans-nasional  untuk MainOne, sebuah  sistem kabel bawah laut di Afrika Barat. Kegiatan yang mirip dengan di Nigeria dilakukan juga di universitas lain seperti di Ghana, Kenya, dan Uganda. Selain menambah kapasitas bandwidth, universitas yang berpartisipasi mendapatkan  Google Apps for Education dari Google secara gratis.  Di Baraza terdapat inisiatif Google yang lain, yaitu jasa pertanyaan dan jawaban gratis, pencarian produk dengan bahasa lokal Afrika serta SMS kesehatan dan pertanian secara gratis. Usaha Google ini sudah mulai menunjukkan hasil. Menurut  Program Manager for African Languages Google, Denis Gikunda, permintaan pencarian Google  dari sub-Sahara Afrika tumbuh lebih cepat pada halaman bahasa Afrika dibandingkan dengan bahasa Inggris, Perancis, atau Portugis. Pada umumnya memang banyak anggapan bahwa haruslah terlebih dahulu menguasai bahasa Inggris agar bisa melakukan pencarian di internet. Dengan adanya program lokal Google yang menggunakan bahasa lokal seperti Sawahili, pengguna internet Afrika bisa lebih memahami produk dan bisa melakukan pencarian dengan lebih baik. Perlu diketahui Google memberikan pilihan home page 32 bahasa Afrika pada mesin pencarinya. Tampaknya usaha Google menggarap benua Afrika sangat serius. Beberapa waktu yang lalu, sebuah update dari Marissan Mayer di Google Plus, menceritakan pengalamannya sewaktu berkunjung ke kantor Google di Nairobi. Ini membuktikan bahwa usaha serius Google di benua Afrika ini. Sumber: thenextweb.com dan bloomberg.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H