Mohon tunggu...
Kimi Raikko
Kimi Raikko Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Just Another Days In Paradise \r\n\r\n \r\n\r\n\r\n \r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Google Diselidiki FTC atas Dugaan Praktik Antitrust

25 Juni 2011   03:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:11 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_115530" align="aligncenter" width="655" caption="Ilustrasi, Sumber:bgr.com"][/caption] Raksasa mesin pencari internet Google kini tengah dihadapkan kepada penyelidikan melakukan praktik antitrust dalam core busisness mereka, yaitu mesin pencari dan hal lain yang terkait dengan praktik iklan di internet. bgr.com melaporkan bahwa Google dalam beberapa hari ke depan dalam penyelidikan FTC (Federal Communications Commission). FTC  akan melakukan panggilan terhadap Google  sebagai bagian dari penyelidikan antitrust yang terkait dengan bisnis pencarian dan praktik  iklan di internet. online.wsj.com menambahkan regulator federal kemungkinan akan memanggil Google Inc. ke pengadilan dan mengadakan penyelidikan formal yang lebih luas untuk mencari bukti apakah raksasa internet (Google) telah menyalahgunakan dominasinya di pencarian dan iklan internet. Kasus ini sepertinya bukanlah hal baru. Beberapa waktu yang lalu Microsoft secara terang-terangan mendukung berbagai upaya untuk menyelidiki kemungkinan praktik antitrust yang dilakukan oleh Google melihat dominasi mereka di berbagai pasar mesin pencari di benua Eropa. Kali ini pun Microsoft terlibat langsung ditambah beberapa perusahaan yang tidak begitu terkenal dalam mesin pencarian seperti Kayak,  Expedia, dan Sabre Holdings. Bukti-bukti keterlibatan Google dalam praktik antitrust ini berpotensi untuk mengubah bagaimana perusahaan bersaing dalam bisnis mesin pencari di internet, walaupun belum tentu tuduhan tersebut mengarah kepada kesalahan Google. Penyidik ​​akan memeriksa jika Google telah dengan sengaja mendorong pengguna untuk menggunakan  layanan yang dibuat oleh Google sendiri sebagai lawan untuk produk yang ditawarkan oleh para pesaingnya dengan menggunakan iklan online milik sendiri dan pencarian di internet. Menurut Fairsearch.org, Google terlibat dalam perilaku antipersaingan yang merugikan konsumen dengan membatasi kemampuan perusahaan lain untuk bersaing serta menempatkan produk dan layanan terbaik bagi pengguna internet. Artinya pengguna internet dipaksa untuk hanya memilih Google padahal seharusnya pengguna internet  harus dibiarkan untuk memilih mana yang pemenang dan mana yang pecundang. Coba kita perhatikan gambar berikut ini. [caption id="attachment_116022" align="aligncenter" width="665" caption="Sumber: http://online.wsj.com"][/caption] Dari gambar di atas terlihat bahwa Google memiliki market share mesin pencari di AS hampir 60%. Dalam pasar display ads, Google hanya memiliki market share sebesar 8,6%, sedangkan dalam pasar search ads Google memiliki market share 73,6%. Para pesaing Google merasa Google melakukan praktik-praktik antitrust dengan tidak memberikan pilihan yang lebih terbuka bagi pengguna. Coba perhatikan sebuah hasil pencarian berikut ini. [caption id="attachment_116023" align="aligncenter" width="655" caption="Sumber: http://online.wsj.com"][/caption] Menurut pesaing Google, dalam hasil pencarian di atas tentang "restaurant" Google menampilkan hasil pencarian terutama yang dihasilkan oleh jasa milik mereka sendiri, yaitu Place. Selanjutnya  sebuah situs review, Yelp.com berargumen bahwa Google secara tidak adil  mendorong hasil review dari situs mereka berada lebih rendah dalam hasil pencarian. Cara-cara seperti inilah yang dipandang oleh para pesaing Google sebagai bukti bahwa Google telah melakukan beberapa praktik antitrust karena pengguna internet secara tidak sadar tidak diberikan pilihan yang lebih terbuka dalam menentukan hasil pencarian mana yang akan mereka klik. Artinya, Google dengan kekuatan yang ada padanya mengarahkan hasil pencarian kembali kepada beberapa layanan yang mereka sediakan sendiri. Terkait dengan kemungkinan diselidikinya Google dalam dugaan antitrust ini, secara resmi Google dalam blognya mengatakan bahwa Google telah menerima pemberitahuan resmi dari Komisi Perdagangan Federal AS (FTC) bahwa mereka telah mulai melakukan review dari bisnis Google. Google menghormati proses FTC dan akan bekerja dengan mereka  selama bulan-bulan mendatang untuk menjawab pertanyaan tentang Google dan layanan Google. Menurut Google, belum jelas apa sebenarnya yang menjadi perhatian dari FTC. Sebelumnya, Google telah menyangkal melakukan praktik antitrust. Google yang memiliki hampir 2/3 pangsa pasar mesin pencari di AS dan hampir 80% di berbagai negara di Eropa mengatakan bahwa pengguna dapat dengan mudah menavigasi ke pilihan lain di internet. Dalam pernyataannya , Google dibangun untuk pengguna Google, bukan untuk situs, dan tujuan Google adalah untuk memberikan pengguna jawaban. Google juga mengatakan, kebanyakan keluhan dan dugaan praktik antitrust yang dilayangkan kepada Google didukung oleh Microsoft. Hal yang wajar karena Microsoft telah menghasbiskan miliaran dollar dalam mesin pencari namun hanya memperoleh pangsa pasar yang kecil  sekitar 6% di tahun 2010 yang lalu. Intinya ini persaingan antara Google yang kini masih menjadi raja di mesin pencari dengan Microsoft yang terus bergerak maju untuk memperoleh tambahan pangsa pasar dengan melakukan berbagai cara, termasuk menuduh Google melakukan praktik antitrust. Seorang lawyer antitrust mengatakan bahwa Google bukanlah sasaran yang mudah untuk dikalahkan karena berbagai hal. Dalam undang-undang antitrust AS, tidaklah ilegal untuk memiliki monopoli, undang-undang tersebut hanya menindak pemilikan monopoli secara tidak sah dan menyalahgunakannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun