[caption id="attachment_129854" align="aligncenter" width="650" caption="Ilustrasi,, Sumber: leavcom.com"][/caption] Kemajuan internet, khususnya social media seperti Facebook telah banyak menimbulkan masalah-masalah privasi. Social media all in one seperti Facebook tumbuh dan berkembang karena kontribusi online para penggunanya yang seringkali menggunakan identitas asli. Identitas asli ini pada satu sisi, yaitu Facebook tentu saja merupakan hal yang sangat penting karena terkait dengan iklan, sedangkan bagi pengguna seringkali tidak menyadari bahwa identitas dan informasi yang mereka bagi di Facebook dapat menimbulkan masalah bagi mereka pada suatu hari kelak. Data menunjukkan bahwa dalam rentang waktu 20 menit lebih dari 20 juta foto diupload ke Facebook, 7 miliar konten dibagikan dan 3.500 foto diupload ke Flickr. Tentu kita membayangkan betapa banyaknya hal-hal bersifat pribadi diupload atau disebarkan ke publik. Pertanyaannya, tidakkah mereka khawatir apa yang mereka bagikan di social media tersebut disalahgunakan? Tidak pedulikah mereka dengan privasi online mereka sendiri? Facebook Sebagai media social terbesar saat ini, perhatian terhadap Facebook sangat besar. Facebook sepertinya dijadikan sebuah contoh bagaimana media social bekerja dan menjaga privasi para penggunanya. Menurut thenextweb.com, Facebook menjadi bukti yang sangat penting betapa pengguna internet sebenarnya tidak peduli dengan privasi online mereka asalkan mereka memperoleh apa yang mereka harapkan. Bila Facebook membuat aturan privasi lebih ketat, banyak pengguna Facebook yang keberatan. Mereka menegaskan ingin pengaturan privasi Facebook seperti semula dan tidak menghiraukan bahaya yang mungkin saja melanda mereka di suatu saat. Ini artinya, Facebook sering dipaksa oleh penggunanya untuk melonggarkan aturan privasi dan sebagian besar pengguna Facebook memang tidak peduli privasi sampai mereka menjadi korban kejahatan seperti akun yang dibajak atau korban penipuan. Tahun lalu, Facebook membuat perubahan besar dalam kebijakan privasinya. Namun hanya 35% pengguna Facebook yang mengupdate pengaturan privasi mereka terkait dengan perubahan tersebut. Selain itu, kebijakan privasi Facebook memang tidak sederhana dan terkesan berbelit-belit sehingga pengguna malas untuk mencermatinya. Ini membuktikan sebuah survei bahwa pengguna internet umumnya kenal dengan risiko berinternet namun sebagain besar tidak mengindahkan risiko tersebut. Browser Extension Bila menggunakan browser, seringkali kita menginstall extension. Saya misalnya karena sering menggunakan Chrome dan Google Plus, sering menginstal berbagai extension yang tujuannya memudahkan dalam menggunakan internet secara keseluruhan. Padalah kalau kita pikir, semua extension tersebut, sebelum kita menginstalnya sering meminta persetujuan atas tindakan yang mereka lakukan terhadap komputer dan data kita yang ada di komputer tersebut. Contohlah Chrome atau Firefox, extension yang kita instal di kedau browser tersebut akan meminta izin terlebih dahulu sebelum kita setuju untuk menginstal extension tersebut. Ini artinya, jika kita setuju, maka extension tersebut akan memiliki akses untuk mengakses semua data pada komputer dan situs web yang  dikunjungi, tab dan aktivitas browsing yang dilakukan pada browser. Apa yang kebanyakan orang mungkin tidak menyadari adalah bahwa pemberian izin untuk mengakses semua data di komputer berarti mereka/pengembang extension misalnya dapat mengakses dan membaca file pribadi. Kebanyakan dari kita tidak berpikir dua kali ketika kita menginstal extension pada browser. Dengan memberikan izin untuk mengakses data di semua situs web, berarti  pengembang ekstensi tersebut  berpotensi untuk mengetahui setiap situs web yang pernah dikunjungi. Nah jika anda peduli dengan privasi online anda, ada baiknya menginstal extension sesedikit mungkin atau yang perlu-perlu saja. Luangkan waktu untuk membaca apa saja yang bisa diakses oleh suatu extension tertentu, cari tahu siapa pengembang extension dan baca review orang-orang yang sebelumnya telah menginstal dan buatlah keputusan berdasar informasi yang tepat. Hal ini juga berlaku bila anda beraktiftas di Facebook. Semakin banyak anda menginstal extension, data pribadi anda akan makin tersebar ke mana-mana. Terms of Service (TOS) Setiap kali kita menggunakan suatu layanan online, sering kita harus mengatakan setuju terhadap Terms of Service layanan tersebut. Misalnya, saat pertama kali mendaftar di kompasiana ada persyaratan dan ketentuan yang harus kita setujui. Sering pengguna internet tidak memeriksa terlebih dahulu dengan cermat Terms of Service layanan online. Mereka tanpa pikir panjang langsung mencentang di kotak yang ditentukan sebagai tanda setuju. Sebenarnya perilaku tidak mencermati Terms of Service ini merupakan salah satu tanda bahwa pengguna internet sering abai dengan privasi online mereka. Password Dari sebuah survei, pengguna internet sering menggunakan password yang sama untuk berbagai layanan online. Alasan mereka adalah agar mudah diingat dan sederhana jadi tidak perlu menghapal banyak password. Selain itu, pengguna internet sering menggunakan password yang sangat mudah untuk di-hack seperti angka 123456, tanggal dan tahun lahir, tanggal dan tahun lahir anak, nomor telepon dan lainnya yang mudah diingat. Padahal perilaku seperti ini menandakan ketidakpedulian terhadap privasi online. Dengan menggunakan password yang itu-itu saja untuk berbagai layanan internet, akan membuka peluang pengguna internet di-hack oleh penjahat atau yang sekadar bertujuan iseng. Bagaimana caranya agar lebih peduli dengan privasi online? Jawabannya mudah, gunakan password yang berbeda untuk setiap layanan online yang berbeda, gunakankan password yang merupakan kombinasi huruf, angka dan simbol. Jangan sekali-kali menggunakan tanggal, bulan dan tahun lahir sebagai password anda. Mengapa Tidak Peduli Privasi Online? Seperti telah dijelaskan di atas sebagian besar pengguna internet tahu risiko melakukan kegiatan online, namun sering tidak peduli. Tentu timbul pertanyaan mengapa tidak peduli? Kemajuan internet khususnya social media telah banyak merubah cara orang berinteraksi di internet. Kini sifat-sifat narsis manusia lebih mengemuka daripa memikirkan keamanan atau akibat suatu tindakan di dunia online. Banyak orang dengan senang hati membagi foto-foto mereka tanpa khawatir foto-foto tersebut disalahgunakan. Banyak orang memperhatikan tag yang dibuat teman-temannya dan sedih jika ia tidak ikut di-tag. Banyak orang narsis membagi apa saja yang mereka makan dan di mana tempat makan tersebut. Tidak tahu apakah orang lain peduli atau malah merasa dihina, kebanyakan dari pengguna social media berlomba-lomba menunjukkan kenarsisan mereka. Hal-hal tersebut merupakan alasan mengapa tidak banyak orang yang peduli dengan privasi online. Bagaimana dengan anda? Sumber: TheNextWeb Twitter: inside_erick
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H