[caption id="attachment_172548" align="aligncenter" width="628" caption="Penjual BlackBerry di Indonesia, sumber: Mast Irham/EPA/Corbis via Bloomberg"][/caption] Mungkinkah Indonesia dan pasar Asia bisa menyelamatkan RIM BlackBerry dari kebangkrutan? Melihat situasi yang dialami vendor asal Kanada ini dan melihat kondisi riil di pasar Indonesia saat ini, mungkin saja hal tersebut terjadi. Namun tentu perlu dilihat lebih jauh, seberapa besar sebenarnya peran pasar Indonesia dan Asia umumnya bagi pendapatan RIM. Data terakhir sebagaimana dilaporkan oleh Reuters, jumlah pengguna BlackBerry di Indonesia ada sekitar 7 juta orang. Jumlah ini menempatkan Indonesia sebagai negara keempat sebagai negara terbanyak pengguna BlackBerry. Cintanya orang Indonesia kepada BlackBerry tidak terlepas dari beberapa selling point yang dimiliki BlackBerry. Selling point tersebut adalah teknologi yang tidak terlalu high tech seperti iPhone atau Android, dedicated chat BlackBerry Messenger, harga handset yang tergolong murah, dan kebijakan harga layanan operator yang kini semakin murah saja. Indonesia bisa dikatakan tengah jatuh cinta dengan BlackBerry. Banyak kita temui orang-orang yang bukan lagi menanyakan nomor ponsel, tetapi nomor PIN BlackBerry. Kata BlackBerry sangat populer di Indonesia karena keterkaitannya dengan berbagai kasus korupsi yang secara tidak langsung merupakan iklan gratis bagi RIM. Bila kita tengok sejenak ke belakang, peluncuran BlackBerry terbaru, seri Bellagio  di bulan November 2011 yang lalu diadakan di Indonesia. Ini menunjukkan betapa seriusnya RIM menggarap pasar Indonesia. Padahal secara teknologi, apa yang ditawarkan RIM  seperti radio terintegrasi, kamera dengan piksel rendah dan jaringan 2G EDGE (untuk BlackBerry paling murah 8250) tergolong biasa saja. Tidak jarang layanan chat BBM tersebut sangat lemot. Namun di sanalah sebenarnya poin penting bagi BlackBerry. Coba kita telusuri. Bila hari ini anda membeli BlackBerry versi paling murah secara resmi seperti 8250, dengan hanya bermodalkan Rp2.000,00 anda sudah bisa untuk chat BBM sepuasnya, Facebook, dan Twitter. Ketiga aplikasi ini saya perkirakan merupakan aplikasi yang paling sering digunakan pengguna BlackBerry di Indonesia. Chat BBM sekaligus berfungsi sebagai SMS sehingga pengguna BlackBerry tidak perlu lagi mengirim SMS kepada sesama pengguna BlackBerry. Ini merupakan langkah hemat tiada duanya. Di sisi kamera, tidak seperti pengguna Android dan iPhone yang banyak sekali aplikasi yang bisa memperbaiki foto, pengguna Blackberry cukup senang dengan kamera berpiksel rendah. Kamera pun lebih sering digunakan untuk mengambil foto barang dagangan yang diperjualbelikan via BBM. RIM pun mengamini bahwa mereka memang tidak bisa berkompetisi lebih lama lagi di pasar yang sudah mature seperti Amerika Serikat atau Inggris. Pasar dengan tingkat pengetahuan teknologi yang sangat tinggi tersebut memang memerlukan handset yang lebih up to date dibandingkan BlackBerry. Pasar ini sangat cocok dengan iPhone dan Android, bahkan Nokia pun hampir tidak bisa bertanding di pasar seperti AS. Dengan demikian, pilihan RIM ada pada pasar yang tingkat teknologinya cocok dengan handset yang mereka hasilkan. Indonesia dan kemudian India merupakan pasar yang cocok dengan misi RIM. Penduduk sangat banyak dan sebagian besar dari penduduk tersebut baru akan berpindah dari feature phone ke smartphone. Tentunya jika perpindahan tersebut terlalu jauh, mungkin akan mengalami guncangan. RIM menawarkan perpindahan dari feature phone ke smartphone dengan cara yang sangat bagus. Dengan koneksi 2G EDGE, hampir tidak ada bedanya ketika menggunakan feature phone. Namun terdapat kelebihan seperti chatting yang sangat disukai orang Indonesia dan kepopuleran Facebook serta Twitter yang sudah tersedia di handset. Di kelas pendapatan yang lebih tinggi, pengguna BlackBerry pun sangat banyak. RIM juga memiliki handset dengan harga yang cukup mahal meskipun kemampuannya hampir sama dengan smartphone mereka yang paling murah. Di kelas premium ini, mereka yang berpendapatan tinggi ditandai dengan handset BlackBerry yang lebih mahal seperti Torch. Kelas berpendapatan tinggi biasanya memiliki plan yang unlimited dengan operator. Mereka biasa menggunakan BlackBerry sebagai citra diri dan penanda kelompok tertentu seperti Asosiasi Ibu-ibu Menyusui. Dengan jumlah pengguna 7 juta tersebut tentu saja Indonesia akan menjadi negara terdepan setelah negara-negara maju pengguna BlackBerry terus menunjukkan penurunan. Saya rasa negara-negara yang selevel dengan Indonesia juga akan digarap RIM lebih serius. India beberapa waktu lalu RIM meluncurkan handset Curve 9220 terbaru yang juga akan diluncurkan di Indonesia beberapa waktu ke depan. Indonesia, India dan mungkin beberapa negara lain di kawasan Afrika merupakan ekosistem yang sangat cocok bagi handset BlackBerry. Di negara-negara seperti ini kebutuhan handset berteknologi tinggi tentu tidak setinggi negara maju karena berbagai kendala seperti pendapatan yang terbatas. Bila kita telusuri lebih jauh, sebenarnya mungkin saja RIM baru menyadari betapa besarnya peranan negara-negara selain Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris bagi pendapatan mereka. Laporan kuartal keempat RIM menunjukkan bahwa 68% dari pendapatan RIM berasala dari negara-negara seperti India, Afrikas Selatan, Nigeria, Saudi Arabia dan tentu saja Indonesia. Dengan kompetisi yang semakin sengit di pasar-pasar yang telah mature dan masuknya kembali Nokia ke pasar AS, tentu saja RIM akan semakin fokus pada opsi menggarap negara lain selain AS, Kanada, Inggris dan Eropa umumnya. Pilihan utama RIM kini adalah mengampanyekan kesuksesan mereka di Indonesia untuk diterapkan di negara-negara lain yang tingkatannya sama dengan Indonesia sambil terus mempertahankan pasar Indonesia dari ancaman pesaing seperti iPhone, Android, dan Nokia. Semoga berhasil RIM BlackBerry.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H