Mohon tunggu...
Kimi Raikko
Kimi Raikko Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Just Another Days In Paradise \r\n\r\n \r\n\r\n\r\n \r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pakai Aplikasi Gratis atau Aplikasi Berbayar?

18 April 2012   11:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:28 2746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13347411351406245612

[caption id="attachment_172413" align="aligncenter" width="640" caption="Samsung Galaxy Note, dari Samsung, sumber: http://www.flickr.com/photos/samsungtomorrow"][/caption] Gadget tanpa ada aplikasi? Apa kata dunia? Aplikasi merupakan faktor yang sangat penting bagi sebuah gadget saat ini. Kata orang gadget tanpa aplikasi ibarat sayur tanpa garam, hambar. Sedemikian pentingnya aplikasi bagi gadget sehingga setiap sistem operasi smartphone atau tablet kini memiliki pasarnya sendiri. Berawal dari Apple Inc. yang mendirikan Apps Store, lalu kemudian diikuti oleh Google Play (aka Android Market), BlackBerry World dan kini Windows Phone. Untuk jumlah aplikasi Apps Store dari Apple Inc. kini menempati posisi pertama dengan 600 ribu lebih aplikasi, sedangkan Google Play di posisi kedua dengan 400 ribu lebih aplikasi. Pengaruh aplikasi ini tidak hanya bagi gadget secara sempit, di Amerika Serikat berdasarkan sebuah penelitian, aplikasi telah menciptakan sekian banyak pekerjaan dan membuat banyak jutawan baru (ingat Instagram yang dijual 1 miliar dollar AS). Nilai ekonomi dari hasil membuat aplikasi ini disebut ekonomi aplikasi yang hasilnya bisa menopang perekonomian AS selama masa resesi. Khusus bagi gadget seperti smartphone, tingkat pemakaian aplikasi bisa berbeda-beda bagi setiap pengguna. Perlu juga kita ketahui, bahwa aplikasi tersebut ada yang berbayar (premium) dan ada yang cuma-cuma atau gratis.  Di Apps Store sebagian besar aplikasi adalah aplikasi berbayar atau premium, sedangkan di Google Play (aka Android Market) sebagian besar aplikasinya saat ini merupakan aplikasi cuma-cuma atau gratis. Tentu kita bertanya, mengapa Apple Store sebagian besar aplikasinya berbayar? Ini tidak terlepas dari cara Apple Inc. memperoleh pendapatan. Apple Inc. memperoleh pendapatan dari menjual aplikasi yang ada di pasar aplikasinya. Sebagian pendapatan tersebut nantinya akan dibayarkan kepada developer atau pengembang. Namun bukan berarti tidak ada aplikasi gratis, biasanya aplikasi gratis berupa trial atau versi yang kurang lengkap sehingga pengguna mau tak mau harus membeli aplikasi yang premium. Selain itu ada juga aplikasi yang gratis karena kepopuleran aplikasi tersebut sangat tinggi seperti Instagram. Dengan demikian, dalam aplikasi berbayar tersebut Apple Inc. tidak akan pernah menumpangkan iklan sehingga pengguna sangat nyaman dalam menggunakan aplikasi. Pendekatan yang berbeda ditempuh oleh Google melalui Google Play. Kita semua tahu bahwa Google adalah perusahaan iklan terbesar di dunia. Sebagian besar pendapatan Google berasal dari iklan. Hal ini juga diterapkan pada sistem operasi Android dan aplikasi yang dijual atau disediakan di Google Play. Sebagian besar aplikasi di Google Play adalah gratis atau cuma-cuma. Bukan tidak berusaha menampilkan aplikasi berbayar, tetapi konsep dasar pasar aplikasi Google adalah menggratiskan aplikasi dengan menumpangkan beberapa iklan dalam aplikasi. Ini artinya dalam setiap aplikasi yang ada di Google Play akan selalu ditumpangkan iklan oleh Google sebagai sumber pendapatan mereka. Bahkan aplikasi yang paling laku sekalipun, seperti Angry Birds akan ada iklan yang menyertainya karena diperoleh secara gratis. Tentu saja dengan menumpangkan iklan akan ada beberapa kerugian bagi pengguna, salah satunya adalah daya tahan baterai yang tidak sebaik iPhone dalam menggunakan aplikasi. Selain itu ada kemungkinan pelanggaran privasi pengguna, misalnya ada iklan di aplikasi yang bisa mengintip data pribadi pengguna tanpa satu ijin yang sah. Mengenai daya tahan baterai ini, pernah dilakukan sebuah studi yang menghasilkan bahwa jika smartphone Android dibekali aplikasi yang tidak menitipkan iklan (dengan demikian aplikasi berbayar) power efficiency-nya bisa dua kali lebih baik. Ini artinya iklan yang dititipkan di dalam aplikasi memiliki pengaruh signifikan terhadap daya tahan baterai, meskipun masih harus diteliti lebih jauh. Dalam penelitian dilakukan sebuah tes dengan menjalankan aplikasi game Angry Birds di smartphone HTC. Data penelitian menunjukkan bahwa hanya 30% pengurangan daya tahan baterai yang disebabkan oleh game itu sendiri, sementara oleh faktor lain seperti uploading user metrics dan downloading lalu  menampilkan iklan menghabiskan baterai 70%. Adanya iklan di setiap tingkatan permainan Angry Birds juga menyebabkan pengurangan daya tahan baterai. Pertanyaannya tentu saja mengapa iklan membuat baterai cepat habis? Ini terkait dengan koneksi dan sinyal. Sering sekali koneksi dan sinyal tidak konstan sehingga sewaktu menggunakan aplikasi proses downloading iklan dan kemudian menampilkan iklan tersebut akan memakan waktu yang lebih lama dan ini membuat baterai lebih menderita. Coba  gunakan aplikasi TweetCaster di Android, di sisi bawah terdapat iklan. Iklan ini harus ditampilkan dan untuk menampilkannya bersamaan dengan tampilnya aplikasi sehingga jika koneksi tidak bagus akan membuat pengurangan daya tahan baterai yang signifikan. Rovio sebagai developer Angry Birds yang dalam hal ini merupakan game paling banyak didownload dan dimainkan pengguna Android tentu saja tidak ada kekuasaan untuk mencegah pengguna untuk mendownload versi gratis meskipun kini sudah disediakan versi berbayar dari Angry Birds Space. Namun menurut mereka bila kebijakan Google dalam pasar aplikasi tidak berubah, pengguna akan akan terus lebih memilih menggunakan aplikasi gratisan dengan konsekuensi daya tahan baterai dalam bermain Angry Birds tersebut akan lebih cepat habis. Demikian juga dengan aplikasi-aplikasi lain. Rovio tentunya berharap dengan rebranding Android Market menjadi Google Play, konten atau aplikasi berbayar akan lebih mendapat tempat. Sepertinya Google sudah mulai melakukannya dengan menanggalkan nama Android Market dan menggantinya dengan Google Play. Nama Android Market sejauh ini memang sering diasosiakan gratis, layaknya sistem operasi Google Android. Dengan mengganti nama, kesan gratisan perlahan akan terhapus seiring dengan makin banyaknya aplikasi yang berbayar di Google Play. Di sisi pengguna juga harus mulai belajar untuk lebih memprioritaskan daya tahan baterai dalam jangka panjang daripada mendownload aplikasi gratisan yang ditumpangi iklan. Dengan menggunakan aplikasi berbayar, pengguna juga akan lebih memilih-milih aplikasi yang benar-benar dibutuhkan sehingga tidak banyak mengeluarkan uang. Selain itu tentu saja aplikasi berbayar atau premium tersebut lebih aman dan pelayanan yang lebih baik. Tentunya iklan yang ditumpangkan pada aplikasi gratisan bukan satu-satunya penyebab merosotnya daya tahan baterai. Namun setidaknya dengan menyelesaikan salah satu sebab, daya tahan baterai smartphone Android bisa lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun