[caption id="attachment_165202" align="aligncenter" width="600" caption="Sumber: http://en.indonesiafinancetoday.com"][/caption] Bila anda cukup familiar dengan berita teknologi terkait dengan RIM BlackBerry, mungkin anda ingat beberapa waktu yang lalu RIM melaksanakan kampanye Be Bold. Kampanye Be Bold ini menggunakan empat tokoh kartun yang mencitrakan produk RIM BlackBerry. Empat tokoh kartun tersebut terdiri dari dua perempuan dan dua laki-laki. Dua perempuan dinamakan GoGo Girls dengan definisi saves the day with a brilliant strategy dan Trudy Foreal yang didefiniskan isn't afraid to call it as she sees it. Sementara dua pria diwakili oleh Justin Steele yang didefinisikan always ready to stick up for his friends dan Max Stone yang didefiniskan able to jump out of a plane. Endgadget di bulan Februari 2012 yang lalu, memberikan definisi yang berbeda sebagai bentuk sindiran terhadap empat tokoh kartun yang dimunculkan RIM BlackBerry tersebut. Untuk GoGo Girls engadget mendefiniskannya we don't have a strategy, untuk Trudy Foreal didefiniskan sebagai our shareholders are complaining, untuk Justin Steele didefinisikan we don't have friends dan untuk Max Stone didefinisikan we're going to crash. Semua definisi dari endgadget tersebut tentunya berdasarkan kondisi nyata yang ada di RIM BlackBerry. [caption id="attachment_165197" align="aligncenter" width="600" caption="Superhero RIM BlackBerry via Endgadget.com"]
Research in Motion (RIM) akan memfokuskan penjualan BlackBerry di Asia Tenggara, salah satunya adalah di Indonesia. Pasalnya, Indonesia dianggap sebagai pasar kunci bagi penjualan perangkat BlackBerry, khususnya di Asia Tenggara. Head of RIM Asia Gregory Wade di ajang Mobile World Congress di Barcelona menjelaskan untuk mendukung hal tersebut, RIM berencana akan membuka sekitar 4.000 outlet termasuk toko besar, toko gabungan (dengan operator atau mall) dan kios-kios di seluruh Indonesia di tahun depan.
Indonesia sudah setahun lebih menjadi pasar gemuk RIM. RIM mengaku memiliki pangsa pasar smartphone di Indonesia sekitar 50%. Bila kita lihat mungkin saja klaim itu ada benarnya, karena hampir setiap kejadian atau peristiwa penting di Indonesia selalu terselip iklan gratis BlackBerry. Selain itu, di mana-mana ada banyak orang yang menggunakan BlackBerry, baik itu di mall, kantor, angkutan umum dan lainnya. Keberhasilan RIM di Indonesia diklaim karena fitur Rumpi atau gosip yang mereka miliki, yaitu BBM. Kebanyakan orang Indonesia sangat menyukai BBM ini karena di-bundel dengan layanan murah oleh operator. Dengan hanya berlangganan Rp2.000,00 sehari dapat ber-chatting ria sepuasnya. Tentu saja hal ini sangat menarik, apalagi kebanyakan pengguna smartphone di Indonesia tidak butuh high end smartphone seperti iPhone yang harganya cukup tinggi. Strategi RIM untuk fokus di Indonesia ini tentulah tidak salah. Menurut mereka Asia Tenggara merupakan salah satu pasar terkuat bagi pasar RIM di seluruh dunia. Wilayah Asia Tenggara mengontribusikan pertumbuhan penjualan di kuartal IV-2012 sebesar 31 persen menjadi 3,17 miliar dollar AS, dibanding wilayah di AS, Inggris dan Kanada. Bandingkan dengan penjualan BlackBerry sendiri di AS sendiri anjlok hingga 45 persen menjadi hanya 1,03 miliar dollar AS. Sayangnya meskipun merupakan pasar gemuk bagi RIM BlackBerry, operator di Indonesia hanyalah saluran bagi layanan RIM. RIM BlackBerry pun tidak memiliki komitmen untuk membangun server di Indonesia karena menurut mereka tak ada untungnya. Malah RIM beberapa waktu yang lalu mendirikan server di India serta pabrik di Malaysia. Hal ini menandakan bahwa konsumen dan pemerintah Indonesia tidak cukup punya daya tawar bagi RIM. Konsumen karena habit yang sudah dalam tidak punya pilihan untuk beralih ke handset lain karena tidak memiliki fitur yang sama persis dengan BBM serta didukung penuh oleh operator. Sementara pemerintah sendiri tidak bisa memaksa RIM karena kalau di black list jutaan konsumen akan mengamuk. Namun saya percaya sekali, meskipun akan fokus di Asia Tenggara terutama Indonesia, trend menurun RIM BlackBerry akan terus terjadi. Konsumen Indonesia jelas berbeda dengan konsumen Amerika Utara dan Eropa yang sering berlangganan secara premium, sedangkan di Indonesia tren kartu pra bayar memberikan keleluasaan bagi konsumen untuk menggunakan BlackBerry hanya untul menelpon dan SMS atau paling tidak mengambil paket layanan minimum yang nilainya jika dibandingkan dengan pasar lain akan sangat jauh berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H