Sampai tengah malam tanggal 5 Januari 2012 memperhatikan tweet yang melintas di akun saya di Twitter. Benar saja sebuah Retweet dari akun @gurubimbel menunjukkan tweet asli dari orang nomor satu di Kementerian Konminfo, yaitu dengan akun @Tifsembiring. Sebuah tweet yang menggelitik dan membuat saya bertanya langsung kepadanya apa pendapatnya terhadap kompasiana dengan pertanyaan:
Pak @Tifsembiring apa pendapat anda terhadap Kompasiana?
Akun  @Tifsembiring menjawab dengan cepat, silahkan cek Tweet-nya. Saya akhirnya buru-buru men-follow akun @Tifsembiring tersebut dan saya cek sehingga menemukan sebuah tweet seperti berikut ini. [caption id="attachment_153609" align="aligncenter" width="577" caption="sumber: http://tmi.me/kf7jI"][/caption] Tentunya saya mencari apa sebab @Tifsembiring mengatakan : "Sumbernya Tidak Jelas Bagaimana (mau) Dijadikan Informasi". Ternyata sebuah akun di Twitter yang beralamat di @tutihand mempertanyakan adanya isu tentang korupsi di proyek Tender NIX Kemkominfo yang ia (mungkin) dapatkan informasinya setelah membaca kompasiana. Nah karena sudah menyangkut nama kompasiana, mau tak mau saya mencari artikel yang tentang adanya dugaan korupsi dalam tender tersebut. Saya cari di mesin pencari kompasiana, ternyata dua buah artikel tentang hal ini telah dihapus karena menyalahi terms of condition. Saya pindah ke Google dan saya ketikkan kata tertentu, dan keluarlah artikel yang telah dihapus tersebut dengan mengambil temboloknya. Perhatikan dua buah judul artikel ini: [caption id="attachment_153614" align="aligncenter" width="684" caption="sumber: Google "]
Adapun awal dari seluruh praktek Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme ini diawali dari keputusan mengenai tender yang diatur oleh oknum Dewan Syuro PKS (realisasinya hanya beberapa gelintir orang yang terlibat, lebih disebabkan karena banyak yang tidak mengerti tentang proyek ini. Tapi bagi yang benar-benar mengerti, telah menggila seperti kesetanan, agar dapat dana dari proyek ini). Mereka taunya beres, karena telah melimpahkan wewenang ini kepada(...) (julukan ...) untuk diamankan. Tapi karena (...) merasa sering dikadalin oleh Panitia (beberapa titipan jagoan nya sering gagal di pelaksanaan tender), untuk akhir tahun 2011 ini, oknum PKS tersebut jadi gila-gilaan mengontrol pelaksanaan tender ini. Bahkan tidak sungkan-sungkan tim pelaksana beliau melakukan negosiasi langsung dengan peserta yang akan dimenangkan.
Terlihat jelas tudingan yang diarahkan kepada pihak terutama partainya @Tifsembiring. Menarik tentu saja karena artikel ini sangat rinci (saya menduga penulisnya paling tidak mengikuti tender ini). Saya juga memperkirakan, terlepas dari nama-nama yang demikian banyak dan jelas disebut dalam kedua artikel ini, paling tidak ada kebenaran dalam artikel tersebut, minimalnya dari sisi pembuat artikel. Dari sisi bukti perkara, kedua artikel ini sangat penting untuk dijadikan bukti awal guna penyelidikan lebih lanjut tentang dugaan korupsi atau nepotisme dalam kasus tender NIX tersebut. Sayangnya, penulis artikel tersebut baru saja bergabung dengan kompasiana tanggal 22 Desember 2011, tidak ada foto asli dan kini tidak lagi memiliki artikel karena kedua artikelnya sudah dihapus. Saya memperkirakan, Surat Kaleng sebagaimana dibuatkan klarifikasinya oleh @Tifsembiring di Facebook dan kemudian diberitakan oleh kompas.com merujuk kepada minimalnya salah satu dari dua artikel di atas atau bahkan keduanya. Tidak heran @Tifsembiring menganggap hal tersebut sebagai surat kaleng karena tidak ada yang bisa dimintakan kebenarannya karena sumber yang tidak disebut dalam artikel. Selain itu, penulis artikel memang baru bergabung dengan kompasiana. Saya rasa kesimpulan ini: "Sumbernya Tidak Jelas Bagaimana (mau) Dijadikan Informasi" berasal dari hal ini. Namun tentunya sebagai seorang menteri, mungkin ada cara yang lebih baik dan tidak langsung menghakimi seolah-olah semua  penulis di kompasiana sama dengan sumber yang menulis artikel tersebut. Saya rasa ada poin penting yang menunjukkan pandangan @Tifsembiring terhadap kompasiana saat ini. Ia mengakui bahwa kompasiana itu Citizen Journalism. Walaupun demikian, ia tidak sepenuhnya percaya bahwa JC Kompasiana bisa menjadi alternatif informasi yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Mungkin karena ia melihat kasus yang menimpa kementerian yang dipimpinnya dan orang-orang yang separtai dengannya. Menarik tentunya, seorang menteri yang memimpin kementerian yang terkait dengan arus informasi bisa menyimpulkan sebegitu cepat. Bagi saya sendiri, kesimpulan itu terlalu prematur, terlepas dari siapa yang mempublikasikan artikel tersebut, apakah ia baru mendaftar di kompasiana atau sudah lama dan menjadi anggota terverifikasi. Kita sebagaimana pengguna internet lainnya sangat paham dengan Anonimitas. Anonimitas ini dipilih agar bisa mengeluarkan pendapat secara bebas, tetapi bukan tidak bertanggung jawab. Informasi yang dikemukakan tersebut tentunya akan sangat berguna untuk ditelusuri kebenarannya, bukan malah mengatakan hal tersebut sebagai Surat Kaleng. Setelah ditelusuri oleh pihak independen dan ditemukan bukti tidak adanya kasus seperti yang diduga, barulah kita bisa menyimpulkan artikel tersebut sebagai surat kaleng. Dari kejadian ini tentunya bagi kompasiana sendiri, baik pengelolanya maupun anggota yang terlibat sehari-hari dalam mempublikasikan artikel ada pelajaran penting. Kompasiana mestilah memperbaiki kualitasnya, baik artikel maupun penulisnya. Kompasiana harus bisa meningkatkan level permainannya agar tidak dianggap CJ dengan sumber tak jelas sehingga artikelnya dikategorikan sebagai surat kaleng. Kedua tentunya bagi @Tifsembiring untuk melihat lebih jauh dan berpikir lebih komprehensif dalam melihat perkembangan arus informasi yang kini tidak lagi dikuasai oleh mainstream media. Jangan karena karakter Twitter yang 140, terlalu mudah muntuk menyimpulkan agar sesuai dengan jumlah karakter tersebut. Saya juga menyayangkan mengapa dua artikel tersebut dihapus. Sebaiknya untuk menghilangkan kecurigaan bahwa artikel tersebut Surat Kaleng, mungkin perlu dipertahankan dan bisa ditelusuri orang yang menulisnya dan memberikan cek dan ricek sehingga kasus dugaan korupsi dalam tender NIX Menkominfo bisa ditelusuri dari artikel ini. Dengan demikian, CJ Kompasiana benar-benar bisa memberikan perubahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H