Mohon tunggu...
Kimi Raikko
Kimi Raikko Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Just Another Days In Paradise \r\n\r\n \r\n\r\n\r\n \r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Ironi Perceraian Kim Kardashian

1 November 2011   05:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:12 1430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_139375" align="aligncenter" width="600" caption="Kim Kardashian, Sumber: http://kimkardashian.hotactresses.in"][/caption] Pesohor Kim Kardashian akhirnya bercerai setelah hanya menikah selama 72 hari. Kim Kardashian yang merupakan anggota keluarga The Kardashian menikah dengan Kris Humpries 72 hari yang lalu dengan biaya lebih dari 10 juta dollar AS. Ada tanggapan yang sangat menarik dari berita bercerainya Kim dengan Kris Humpries, yaitu berasal dari Nicholas Kristof, wartawan pemenang banyak penghargaan dan selalu menuliskan kolomnya di New York Times. Ia mengatakan dalam update statusnya di Google Plus sebagai berikut.

So Kim Kardashian is getting a divorce, 72 days after a wedding that is reported to have cost $10 million or more. Just to put that in perspective, that sum could have built 200 schools in poor countries around the world for kids who desperately want an education. Then Kardashian could have helped transform the world, not just entertain it. And the schools would have lasted incomparably longer than her marriage.

Sebuah pemikiran dan sekaligus ironi bagi banyak mereka yang tidak bisa sekolah hanya karena mereka miskin dan tidak ada sekolah. Secara langsung Nicholas Kristof mengatakan dengan biaya perkawinan 10 juta dollar AS sudah lebih dari cukup untuk membangun 200 sekolah di negara-negara miskin yang bisa membuat banyak anak-anak yang ingin bersekolah bisa bersekolah. Sebuah ironi uang sebesar 10 juta dollar AS dihamburkan untuk hanya 72 hari, sementara banyak orang lain di kawasan lain mencari receh demi receh untuk bisa bersekolah, bahkan hanya untuk makan satu kali sehari. Mungkin tidak semua kita setuju dengan apa yang dikemukakan oleh Nicholas Kristof. Banyak dari kita akan berkata, itu hak orang yang punya uang, mau dibakar, mau dihamburkan terserah mereka. Benar sekali. Saya tidak dalam berargumen dan mempertahankan pendapat Nicholas Kristof. Hal yang saya lihat betapa sudah jomplang-nya dunia ini. Di satu sisi ada manusia yang sangat beruntung dan bisa menghabiskan 10 juta dollar AS hanya beberapa kejap saja, di sisi lain, banyak orang yang untuk makan saja tidak punya, apalagi untuk bersekolah. Kim Kardashian yang berprofesi sebagai pesohor pastilah sangat mudah untuk memperoleh uang. Ia pernah menjual video seks-nya ke Vivid Entertainment sebesar 5 juta dollar. Baginya uang 10 juta dollar itu kecil. Profesi pesohor memungkinkannya memperoleh liputan yang luas dan uang akan mengalir dengan sendirinya. Profesi artis memang memungkinkan bagi dirinya untuk memperoleh pendapatan yang besar. Tidak mengherankan juga sedemikian banyak orang ingin menjadi artis, melihat betapa mudah  pesohor memperoleh 10 juta dollar dan kemudian menghabiskannya dalam beberapa saat saja. Coba kita andaikan uang 10 juta dollar AS itu ia sumbangkan untuk membangun 200 sekolah di negara-negara seperti Somalia, Kenya, Sudan, Zaire, bahkan mungkin Indonesia. Sekolah itu akan menghasilkan orang-orang terdidik, yang nantinya satu atau beberapa dari mereka akan menjadi orang yang berhasil. Dengan 10 juta dollar AS ia bisa mentranformasikan dunia ini, membuat banyak perubahan, bukan hanya sekadar menghiburnya. Kim akan dikenang sebagai penyelamat, bukan hanya seorang artis dengan masa kawin cukup pendek, 72 hari dan biaya 10 juta dollar AS lebih. Ia akan membuat sejarah. Kim akan dikenang sebagai orang yang mampu menyelamatkan banyak anak-anak dari keterpurukan karena tidak pernah mengecap sekolah. Seandainya, yah seandainya. Sejarah tidak mengenal kata "Seandainya". Twitter: inside_erick

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun