[caption id="attachment_341850" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber: CrackBerry"][/caption]
Situs The Verge mengatakan BlackBerry Classic yang baru saja dirilis oleh BlackBerry sebagai Smartphone For Yesterday. Ungkapan The Verge tersebut tidaklah salah karena di zaman sekarang ini layar sentuh hampir melingkupi semua smartphone yang dijual di pasar. iPhone, Android dan Windows Phone semuanya fokus pada layar sentuh. Namun BlackBerry ingin berbeda, mereka tetap merilis smartphone dengan fokus kepada keyboard fisik yang mumpuni dan layar sentuh kecil sebagai "hiasan" dan jawaban bahwa mereka sama sekali tidak meninggalkan layar sentuh.
BlackBerry Classic yang dirilis BlackBerry menganut konsep sebagai alat untuk produktifitas para pekerja profesional. Sudah bukan rahasia bahwa keyboard fisik selalu lebih unggul dalam hal pekerjaan seperti mengetik email. Jumlah kesalahan yang terjadi, jauh lebih sedikit dibandingkan dengan keyboard yang dilayar sentuh karena pengguna benar-benar menekan apa yang ingin mereka tampilkan. Ini menjadi kekuatan BlackBerry sejak lama, selain keamanan. Namun di pasar yang dipenuhi oleh touchscreen seberapa kuat BlackBerry bersaing dengan keyboard fisik?
Bila kita lihat dan telusuri, sejak John Chen menjadi CEO BlackBerry, BlackBerry makin terlihat untuk memenangkan pelanggan profesional mereka yang berpindah haluan ke iPhone dan Android. Mereka tidak begitu peduli bahwa smartphone yang mereka rilis mendapat cibiran karena desain kotak yang aneh seperti BlackBerry Passport. Demikian juga dengan BlackBerry Classic.
Secara spesifikasi, hampir tidak ada yang menonjol yang bisa diberikan oleh BlackBerry di Classic. Dengan prosesor Snapdragon yang bisa dikatakan uzur yaitu 1,5 GHz dual core (2012), layar kotak sebesar 3,5 inchi beresolusi 720 x 720, kamera 8 dan 2 megapiksel, RAM 2GB dan ROM 16GB plus sd card up to 128GB.
BlackBerry fokus kepada keyboard fisik yang nyaman digunakan untuk mereka yang ingin produktifitas lebih baik. Ini adalah tujuan utama BlackBerry Classic, yaitu untuk produktifitas. Jadi jangan harapkan kamera depan yang ber-megapiksel besar untuk mengikuti trend selfie atau layar sentuh lebar kualitas full HD untuk menikmati film atu YouTube.
BlackBerry seolah memberikan garis tegas antara mereka dengan iPhone dan Android. Mereka sengaja tidak ikut trend layar sentuh lebar seperti dulu pernah mereka lakukan dan ternyata kemudian gagal total karena pelanggan setia mereka merasa hampir tidak ada lagi perbedaan antara BlackBerry dengan iPhone dan Android karena sama-sama memiliki layar sentuh yang lebar dan hilangnya keyboard fisik yang mereka sukai.
John Chen tampaknya memahami hal ini. Ia sepertinya tidak takut untuk dicap So Yesterday dengan merilis smartphone berlayar minimalis dan keyboard fisik elegan. Ia fokus untuk memenangkan pelanggan BlackBerry yang sangat mencintai keyboard fisik karena mereka adalah pekerja profesional yang ingin memiliki smartphone yang membantu meningkatkan produktifitas dalam bekerja, bukan smartphone untuk selfie atau menonton YouTube dan film.
Saya rasa John Chen berada di jalur yang benar dalam membawa BlackBerry untuk bisa kembali bersaing di pasar smartphone. Pengguna die hard BlackBerry masihlah sangat banyak dan mereka meskipun mungkin telah menggunakan iPhone atau Android tetap membutuhkan BlackBerry untuk bekerja dan keamanan. Di sini serasa BlackBerry Classic menjadi masuk akal meskipun review menunjukkan bahwa kinerjanya juga tidak istimewa.
Satu hal yang perlu pula dikritisi adalah soal harga yang juga tidak tergolong murah. Dengan spek kelas menengah yang dimiliki oleh BlackBerry Classic, harga 449 USD Unlocked terasa cukup mahal. Namun, mungkin memang bukan di sana fokus BlackBerry. Mungkin BlackBerry memperkirakan bagi profesional harga 449 USD bukanlah harga yang mahal karena memang ditujukan untuk mereka. Bukan untuk mereka yang suka selfie atau menonton YouTube.
Satu lagi, meskipun ditujukan untuk para profesional yang ingin terus produktif berkat keyboard fisik, belum tentu juga pekerja profesional akan beralih ke BlackBerry Classic. Android dan iPhone sudah menunjukkan bahwa mereka juga cukup baik untuk dibawa bekerja meskipun berbasis layar sentuh. Ini tantangan yang cukup berat bagi BlackBerry plus apakah operator tetap mau bekerja sama dengan BlackBerry, misalnya operator di AS.