Sahabat pernah mendengar satu persepsi yang mengatakan, "Pada dasarnya setiap orang itu baik?" Namun ternyata, persepsi tersebut adalah persepsi yang salah. Mengapa bisa dibilang salah? Karena pada dasarnya setiap orang itu hidup mengikuti nalurinya yaitu bagaimana cara agar dia bisa bertahan hidup.
Sebagai contoh, ketika ada anak kecil yang tidak di didik dengan baik oleh orang tuanya, di akan merampas mainan atau makanan milik orang lain karena ia sangat menginginkannya.
Namun, yang menjadi pertanyaan adalah apakah perilaku yang dilakukan oleh anak itu jahat? Jawabannya adalah tidak, karena ia hanya mengerti konsep kepemilikan saja. Naluri dasar yang ia miliki itu adalah mengambil sesuatu yang ia inginkan dan tidak peduli apakah itu milik orang lain atau bahkan benda tersebut dapat membahayakan dirinya.
Contoh lain adalah pengamalan mimin pribadi, dimana ada seseorang yang bisa dibilang masih ada hubungan darah, dengan ia mengambil atau merampas barang yang mimin punya. Mengapa ia melakukan hal itu? Karena ia sangat menginginkan barang tersebut dan ia tidak peduli terhadap dampak yang akan ia rasakan di kemudian hari.
Makanya mimin suka ga ngerti atau sering kali berpikir kenapa ya ia selalu melakukan hal tersebut, padahal ia sudah di didik dengan baik oleh orang tua untuk tidak melakukan hal tersebut. Tapi balik lagi mimin jadi tersadar, bahwa manusia yang sudah terdidik sekalipun oleh orang tuanya, maka secara tidak sadar ia akan kembali lagi ke nalurinya yang "primitif" hanya demi untuk bertahan hidup ataupun gengsi semata.
Kasus lainnya terjadi pada kasus perundungan anak, dalam hal ini pasti tidak ada satupun yang membela korban perundungan karena nalurinya adalah mengikuti arus mayoritas agar selamat dalam pergaulan sosial. Sungguh ini sangat disayangkan sekali, padahal kan semua anak pasti ingin hidupnya itu bahagia dan tenang, serta di sila ke-2 atau ke- 5 dalam Pancasila kalau tidak salah, yang mengatakan bahwa kemanusiaan itu harus memiliki keadilan serta adab yang bagus kepada sesama manusia lainnya.
Kemudian di sila ke 5 juga mengatakan, kalau keadilan sosial itu harus bisa dirasakan oleh semua masyarakat tanpa terkecuali. Tapi sayangnya, dalam kasus ini keadilan sosial tidak bisa dirasakan oleh semua manusia dan sering kali sebagian manusia meremehkannya begitu saja.
Jadi balik lagi ke pertanyaan yang ada di judul, kenapa Manusia itu jahat? Jawabannya karena, situasi yang sangat memungkinkan untuk ia melakukan kejahatan. Kemudian karena hokum di negeri ini tidak baik, jadi ia bisa seenaknya terus menerus lolos dari konsekuensi perbuatan yang dapat merugikan orang lain demi mencapai target tujuannya, baik itu uang, kekuasaan ataupun kenikmatan lainnya.
Selain itu, ada juga yang berbuat jahat awalnya karena terdesak oleh keadaan dan tidak menemukan jalan lainnya. Misalnya, anak terlantar kemudian jadi preman yang memeras atau bahkan bisa membunuh orang lain hanya karena demi uang semata.
Berarti disini bisa dilihat, bahwa unsur "Pembiaran" yang dilakukan oleh orang lain terhadap bibit kejahatan sangatlah nyata. Entah itu pembiaran atas kemiskinan atau terlalu gampang membiarkan seseorang melakukan kejahatan yang dampaknya bisa merugikan orang lain.