Mohon tunggu...
Rizki Laila Harahap
Rizki Laila Harahap Mohon Tunggu... profesional -

terlahir 28 tahun yang lalu di kota Medan, mengarungi kerasnya hidup sebagai bankir di Jakarta selama 6 tahun, memilih berhenti dan pindah ke Malaysia, dan saat ini memperjuangkan diri mengejar passion-nya sebagai Perencana Keuangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Korupsi Berbanding Lurus dengan Kondisi Negara

7 Desember 2012   16:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:02 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tidak banyak yang dapat diceritakan dari perjalanan darat yang saya dan keluarga tempuh dari Kuala Lumpur menuju Hatyai (Thailand Selatan) sewaktu libur Hari Raya Idul Fitri tahun ini.

Perjalanan darat ditempuh dari Kuala Lumpur - P. Penang sekitar 8 jam, dari yang biasanya hanya 6 jam, maklum kami berjalan santai. Hebatnya meskipun musim Libur Hari Raya yang notabene juga libur panjang di Malaysia, sama sekali tidak membuat jalanan dari dan ke suatu daerah menjadi macet. Semasa di perjalanan, saya terus mengecek twitter, mengikuti perkembangan jalur Pantura yang sudah berjam-jam tidak bergerak. Bersyukur, saya tidak sedang berada di situ, dan memang tidak pernah ikut-ikutan terjebak di arus mudik, karena mudik yang saya lakukan biasanya dari Jakarta - Medan hanya terkena macet di bandara saja.

Kembali ke perjalanan dari KL - Penang, jalanan yang saya lalui mulus..tidak ada lubang, jalan tol yang terawat, tempat istirahat yang sangat memadai. Entah kenapa saat itu saya berpikir, apakah semua sarana yang memadai ini ada hubungannya dengan tingkat korupsi. Waktu itu juga saya berpikir, mungkin..mungkin ya, karena tingkat korupsi di Malaysia cukup rendah, sehingga kemampuan untuk membangun negaranya untuk maju menjadi lebih besar. Opini yang sama sekali tidak didukung dengan data yang  jelas, absurd. Singkat cerita, saya puas dengan perjalanan itu.

Selepas solat Idul Fitri, kami sekeluarga melanjutkan perjalanan menuju Hatyai. Salah satu kota di Thailand Selatan yang berbatasan darat dengan Malaysia. Sebenarnya dulu sekali, kami sekeluarga sudah pernah berkunjung ke kota ini, sayang waktu itu saya masih sangat kecil untuk bisa mengingat apa yang kami lakukan di situ.

Begitu memasuki perbatasan, kami harus turun dari van yang sudah kami sewa, untuk memperoleh stamp imigrasi. Tidak pernah saya sangka sebelumnya, kalau kondisi imigrasinya bisa separah itu. Antrian manusia, motor dan mobil bersebelahan. Ratusan manusia, petugas imigrasi hanya 3 loket, sementara tepat disebelahnya, tanpa partisi, motor dan mobil juga mengantri, penuh dan sesak.

Begitu sampai di depan petugas imigrasi, yang tidak bisa berbahasa Inggris ataupun Melayu, hanya berbahasa Tagalog mungkin, tidak mau memberikan pass masuk kepada ayah saya. Petugas imigrasi sibuk membolak-balik passport milik ayah saya, cukup lama, hingga dia meminta supir van kami untuk datang dan menerjemahkan permintaannya, yaitu RM1.

Yak, petugas imigrasi meminta 1 Ringgit = 10 Bath, untuk setiap anggota keluarga yang lewat. Wow!! Surprise, welcome to this country!! Otak saya langsung menghitung, jika ada 300 orang saja untuk 1 loket ini, si Bapak petugas imigrasi akan memperoleh 300*10 = 3000 Bath. Luar biasa ya omsetnya menjadi petugas imigrasi. Sesuatu yang ilegal, tapi tampak begitu jelas seperti praktek legal. Seperti kami yang tidak tahu yang salah. Sayang saja di imigrasi tidak boleh mengambil foto, jadi saya tidak punya buktinya.

Begitu melewati imigrasi dan segala problemnya, kami berjalan dengan van menuju kota. Kondisi yang semrawut, tata kota yang tidak bagus, kabel listrik yang berseliweran, kotor. Kembali saya berpikir, apa benar ini ada hubungannya dengan korupsi? Apa benar Korupsi berbanding lurus dengan kondisi negara?

Ah entahlah, mungkin pembaca bisa membantu menjawab, dengan menganalogikan negara kita dan korupsinya mungkin?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun