Bogor (27/3) Kesadaran bahwa pendidikan begitu penting dan menjadi kewajiban bagi kita semua, tidak menjadi suatu masalah jika jarak yang ditempuh cukup jauh. Niat yang tertanam begitu kuat untuk mendapatkan pendidikan yang layak menjadikan anak-anak yang bertempat tinggal di Desa Cipayung Girang Kecamatan Megamendung selalu bersemangat untuk bersekolah. Kondisi jalan yang cukup berliku merupakan salah satu tantangan bagi anak-anak agar setiap harinya selalu bersemangat. Madrasah Ibtidaiyah At-Taufiq merupakan salah satu sekolah dasar yang ada di Kecamatan Megamendung. Anak-anak mengenyam pendidikan sama seperti didaerah lain. Kondisi Gedung Madrasah Ibtidaiyah At-Taufiq dikampung Cileteuh ini sudah baik namun masih memiliki beberapa kekurangan. Media pembelajaran seperti komputer, infokus dan fasilitas lain yang harus diganti atau diperbaiki.
Sekolah dasar saat ini menerapkan sistem Kurtilas (Kurikulum 2013) yaitu kurikulum tetap yang diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum 2006 yang telah berlaku selama kurang lebih enam tahun. Kurikulum ini memiliki empat aspek penilaian diantaranya aspek pengetahuan, aspek keterampilan, aspek sikap dan perilaku. Kurikulum 2013 , terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada pada materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKN dan lainnya, sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi Matematika.
Madrasah Ibtidaiyah At-Taufik ini belum menerapkan sistem Kurikulum 2013, karena kurangnya media pembelajaran. Namun ini semua tidak menjadi hambatan untuk Herawati selaku guru mata pelajaran kelas empat MI At-Taufiq. Herawati mengatakan program Kurikulum 2013 yang tidak dipakai disekolah ini bukan sesuatu yang harus diratapi melainkan dapat dijadikan suatu program baru, dimana Herawati menerapkan bagi semua muridnya untuk menjadi anak-anak yang kreatif melalui menulis. Keterbatasan fasilitas seperti tidak adanya buku lks (lembar kerja siswa), komputer, dan infokus bukanlah suatu halangan. Memang anak-anak murid menjadi lebih lelah karena harus banyak menulis, namun jika dipikirkan lebih dalam lagi ada sisi positif dari peristiwa ini yaitu menjadikan anak lebih kreatif dan inovatif untuk menuangkan ide-ide yang ada diotaknya.
Membahas masalah buku, lks (lembar kerja siswa) yang harusnya dimiliki oleh setiap murid untuk berlatih tidak tersedia, lalu bagaimanakah cara murid Madrasah Ibtidaiyah At-Taufiq mengerjakan tugas dirumah? Herawati menjelaskan ada solusi untuk menangani hal ini, yaitu latihan dengan buku paket yang tersedia dari sekolah dan dipinjamkan untuk belajar dirumah. Tugas yang diberikan oleh guru di sekolah dikerjakan dengan meminjam buku paket tersebut melalui buku tulis yang diberi paraf oleh orang tua sebagai tanda peminjaman dan pengembalian buku.Â
Salah satu murid kelas empat Madrasah Ibtidaiyah At-Taufiq diberikan pekerjaan rumah yang ada disalah satu halaman dibuku paket, maka dari itu siswa tersebut harus mempersiapkan satu buku tulis untuk tanda peminjaman yang ada nama serta paraf dari orang tua. Setelah selesai dipinjamkan buku tulis tersebut dibawa lalu diberikan kepada guru kelas. Tidak adanya media lain yang mendukung pembelajaran menyebabkan harus ada paraf dari orang tua. Sehingga anak lebih banyak menulis.
Untuk antusias anak-anak Alhamdulillah mereka sampai hari ini senang, walaupun sekolah ini jaraknya cukup jauh dari rumah mereka. Sekolah ini diapit oleh dua sekolah dasar negeri yang pastinya terlihat perbedaan yang agak mencolok dari segi gedung dan fasilitas. Tetapi Herawati tetap bersyukur, masih ada yang mau mendaftar sekolah di MI At-Taufiq. Jumlah siswa di sekolah ini seratus murid. Sistem belajar dibagi menjadi pagi dan siang, kelas 1, 2, 5, dan 6 masuk pagi, sedangkan kelas 3 dan 4 masuk siang. Kalau  seragam sama seperti sekolah lainnya, namun di hari jum’at mengenakan pakaian muslim bebas agar tidak memberatkan keuangan orang tua.
Tenaga kerja yang ada di sekolah ini berjumlah sepuluh orang, yang terdiri dari kepala sekolah, dewan guru, dan operator. Tenaga kerja yang sudah menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) hanya satu orang, tiga sudah bersertifikasi dan sisanya tenaga honorer. Herawati berharap sekolah At-Taufiq ini lebih mendapat perhatian baik dari segi media pembelajaran maupun fasilitas sekolah.
Menuntut ilmu sampai setinggi-tingginya itu penting. Orang yang berilmu dan dapat bermanfaat bagi orang banyak akan memiliki derajat tersendiri. Ketika berilmu kita dapat membantu sesama sekaligus mendapatkan pahala. Pepatah yang mengatakan Tuntutlah ilmu walau ke negeri Cina dapat kita jadikan acuan agar kita selalu rajin dan bersemangat walaupun banyak rintangan yang dialami. Marilah kita bersemangat dalam meraih cita-cita!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H