Mohon tunggu...
Kiko Kawari
Kiko Kawari Mohon Tunggu... Lainnya - Kikokawari

Bla bla bla

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dilema di Tengah Harapan dan Kecemasan

29 Desember 2018   20:57 Diperbarui: 29 Desember 2018   21:04 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terlebih Indonesia memiliki 127 gunung api atau 13 persen dari populasi gunung api di dunia. Dengan demikian, di masa mendatang hal ini menjadi tantangan bagi PVMBG, BMKG, Kementrian atau Lembaga dan perguruan tinggi untuk membangun sistem peringatan dini tersebut, tungkas Sutopo.

Peneliti LIPI, Bambang Widyatmoko mengatakan bahwa Indonesia telah memiliki alat pendeteksi tekanan air yang akan memantau apakah ada anomali pada tekanan air itu, termasuk tsunami, yakni buoy.

Senada dengan Widyadmoko, Hamzah Ltief, peneliti tsunami ITB juga menyatakan hal yang sama bahwa alat buoy bisa mendeteksi dini tsunami akibat berbagai faktor.

Kendala yang ditemukan ialah vandalism dan anggaran untuk perawatan buoy yang kurang maksimal sehingga menganggu kinerja buoy, tegas Sutopo.

Gambar: cnbc
Gambar: cnbc
Oleh karena itu, pemerintah kedepannya harus lebih fokus terhadap perawatan alat buoy yang sudah tidak beroprasi lagi sejak 2012, menurut BMKG.

Perawatan adalah sifat yang berkaitan dengan menjaga kepercayaan. Kepercayaan harusnya diberikan kepada seseorang yang dapat mengayomi, memberikan kenyamanan, dan dapat menyejahterakan sesama. Ketiga konsep kepemimpinan itu tercermin pada Bambang Soepijanto, calon DPD RI Dapil DIY Nomor urut 24 yang memiliki konsep kepemimpinan Ngayomi, Ngayemi, dan Ngayani. Silahkan kunjungi websitenya agar lebih mengerti dan mengenal lebih dalam sosok Bambang Soepijanto beserta visi dan misinya di www.bambangsoepijanto.com atau bisa melirik Instagram di @bambangsoepijanto_dpd24 yuk yuk mari biar paham dna yakin dengan calon pemimpin kalian di Yogyakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun