Mohon tunggu...
Kiki RizkyRifaldi
Kiki RizkyRifaldi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fakir Ilmu

Sometimes i'm in pretty good shape. Hey, you gotta live, you know?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Daliyo Putra Sang Pelestari Budaya

7 April 2021   11:35 Diperbarui: 7 April 2021   11:47 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesenian gamelan di era modern saat ini kurang diminati oleh masyarakat Indonesia khusunya bagi para anak muda dan para remaja. Kesenian gamelan kalah saing dengan budaya-budaya barat yang sudah masuk ke Indonesia. Oleh karena itu, Daliyo Putro sebagai produsen gamelan ingin melestarikan kesenian gamelan agar tetap lestari dan tidak punah ditelan zaman.

Daliyo Putro merupakan produsen gamelan yang berada di daerah Projotamansari Desa Baturetno, Banguntapan, Bantul. Berdiri sejak tahun 1950-an, Daliyo Putro selalu konsisten memberikan kualitas gamelan yang sangat baik sehingga dapat diterima oleh masyarakat dan pelestari kebudayaan.

Daliyo Putro sebagai produsen gamelan telah memiliki popularitas yang sangat tinggi sehingga gamelan dari Daliyo Putro sudah  terjual dari Sabang sampai Merauke. Tak hanya di Indonesia saja, Daliyo Putro juga sering melakukan export ke berbagai negara di dunia seperti, China, Malaysia, Singapura dan bahkan sampai Brazil.

Ibu Mursinah (49) sebagai pemilik dari usaha ini merupakan generasi ketiga yang mengurusi semua kegiatan di Daliyo Putro. Beliau mengenal gamelan dari keluarganya. "Dulu waktu saya masih kecil, saya sudah mulai penasaran terhadap gamelan dan saya juga dulu sering melihat keluarga saya buat gamelan," paparnya. Dari keluarganya itu lah ibu Mursinah dapat mengenali serta mewarisi bakat dan pengetahuan dalam membuat gamelan.

Daliyo Putro sebagai produsen gamelan biasanya dapat memproduksi satu perangkat gamelan lengkap. Mulai dari saron, kenong, demung, kempul, bonang, peking, slentem, gender, gambang, dan gong.

Dalam pembuatan satu perangkat gamelan, ibu dua anak ini tidak memproduksinya secara sendirian, namun dibantu oleh enam orang karyawan. Tentunya masing masing karyawan tersebut memiliki tugas dan kewajiban yang berbeda.

Ibu Mursinah tidak terlibat banyak dalam proses pembuatan gamelan tersebut karena sudah mempercayai para karyawannya. Tugas dari generasi ketiga Daliyo Putro ini sendiri adalah mengawasi bagaimana proses pembuatan gamelan itu dapat berjalan dengan baik dan lancar. Namun tak hanya itu saja, ia juga harus melakukan tugas terakhirnya yaitu, penyelarasan. 

Dimana proses ini adalah proses yang sangat menentukan, apakah gamelan tersebut sesuai dengan standar sehingga dapat dijual atau gamelan tersebut tidak sesuai standar dan perlu dilakukan perbaikan. "Dalam proses penyelarasan ini perlu ketelitian yang cukup tinggi mas, karena suara yang dihasilkan akan menentukan apakah alat ini sesuai atau tidak, karena apabila terdapat suara yang tidak sesuai maka alat itu harus diperbaiki." katanya.

Dalam proses pembuatan gamelan itu sendiri, terbagi menjadi beberapa tahapan seperti, membesot, menyingi, menempa, membabar dan melaras. Semua tahapan tersebut dilakukan oleh profesional sehingga alat yang dihasilkan kemungkinan besar akan sesuai dengan standar walaupun terkadang memang ada bebrapa alat yang tidak sesuai standar.

Proses pembuatan satu perangkat gamelan pun memiliki waktu yang tidak sebentar. Ibu Mursinah mengatakan bisa memakan waktu hingga berminggu-minggu bahkan sampai berbulan-bulan karena proses pemotongan dan pembentukan alat membutuhkan tingkat ketelitian yang sangat tinggi dan juga tergantung pada seberapa banyak pesanan yang ia terima.

Daliyo Putro biasanya menerima pesanan dari pihak sekolah, instansi dan pemilik kesenian. Harganya sendiri bervariasi, mulai dari ratusan ribu rupiah bahkan hingga puluhan juta rupiah untuk harga satuan maupun harga satu set gamelan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun