Akhir-akhir ini esport seperti mobile legend, counter strike, dota, hearthstone, dan lain-lain. berkembang menjadi games on line  dengan ribuan pemain, banyak digemari para pecinta games on line, termasuk  para pelajar di Indonesia.
Tetapi kita tetap harus melihatnya dari sisi positif dan negatif.
Esport seperti permainan olah raga lain, akan memiliki dampak positif jika dikelola secara profesional.
Pada dasarnya kegiatan olah raga dewasa ini perlu bantuan teknologi, elektronik, dan banyak media lain sebagai media yang membantu kemajuan olah raga.
Saat saya wawancarai, menurut Yakub Nuryawan, Spd, seorang Guru Pendidikan Jasmani dan pelaku olah raga di Bandung,"Kita harus kembali lagi ke pemahaman tujuan elektronik sport harus sejalan dengan tujuan olah raga di masyarakat dan di dunia pendidikan. Bukan untuk tujuan bermain games di internet walaupun gamesnya olah raga. Karena kalaupun gamesnya games olah raga, tidak akan membuat orang yang memainkannya menjadi mahir olah raga. Karena itu kan hanya permainan di Internet."
Sebaiknya esport diarahkan ke pendidikan olah raga, prestasi, dan profesionalisme. Games nya sebaiknya berisi tutorial olah raga seperti basket ball, soccer, panahan,menembak,atletik, pencak silat, bulu tangkis, volley ball, dan lain-lain, dari dasar sampai mahir.Kemudian para pemain gamesnya pun bisa melakukan olah raga tersebut di kenyataan. Dan berprestasi di esport maupun dunia nyata.
Jika tidak bisa menyerap dan menyaring esport dengan baik itu akan merusak generasi penggunanya.
Sangat disayangkan esport yang berkembang sekarang ini kebanyakan esport yang tidak ada unsur edukasinya sama sekali, terutama untuk siswa, pelajar sekolah. Di dalam gamesnya ada banyak sekali adegan perkelahian, pembunuhan, yang sangat tidak baik untuk tumbuh kembang anak-anak, khususnya pelajar, baik secara mental dan psikologis.
Apabila kita melihat games esport yang dipertandingkan di lingkup nasional atau internasional banyak materi olah raga bukan sungguhan. Dan jauh dari tujuan mulia olah raga. Sementara para pemainnya perlu daya tahan minimal satu jam di depan komputer.
Dan esport games seperti ini sudah sangat banyak sponsornya di Indonesia. Dengan target pasar anak-anak sekolah.
Bukankah pemerintah lebih baik menganggarkan dana untuk pembinaan atlet-atlet yang berprestasi di dunia olah raga yang nyata terlebih dulu?Untuk mengembangkan esport di Indonesia perlu pengkajian yang matang untuk tujuan pendidikan olah raga,dengan melibatkan juga pihak-pihak kementrian pemuda dan olah raga, komite olah raga nasional Indonesia, para pakar pendidikan olah raga, dan para guru pendidikan jasmani.