Orpa Potret Perjuangan wanita Papua untuk meraih mimpi
Seperti film horor, film ini banyak jumpscare yang membuat tegang suasana. Betapa tidak, diawal scene kita sudah diperlihatkan bagaimana hewan babi merupakan hewan Mahal yang wajib ada dipersembahan untuk acara adat seperti lamaran. Bahkan Orpa seorang gadis yang baru saja lulus dari seragam Merah Putihnya alias selesai SD sudah harus dijodohkan oleh orang tua dengan lelaki kaya sudah beristri dan menjanjikan kiriman uang tiap bulannya. Seakan-akan menikah adalah jalan keluar/ solusi dari kemiskinan. Orpa gadis pintar dan penuh mimpi ingin melanjutkan sekolahnya terhambat oleh keinginan orangtua yang memaksanya untuk segera menikah.
Penyelesaian dengan kekerasan di keluarganya pun dianggap normal sehari-hari hingga flashback tragedi meninggalnya anak lelaki "Julius" menjadi puncak betapa mengerikannya kekerasan dalam rumah. Pandangan konvensional bahwa Wanita hanya diperbolehkan untuk bekerja di dapur masak dan mengurus anak, Kemiskinan dan kekerasan dalam Rumah Tangga bagaikan rantai setan yang harus di putuskan dengan jalan pendidikan.
Disisi lain, ada karakter Ryan seorang musisi dari Jawa yang sedang mencari inspirasi musik dari suara suara alam. karena faktor kecerobohan dan teledornya ia dihadapkan dengan berbagai masalah yang harus membuatnya survive ditengah hutan Papua, dan secara tidak sengaja bertemu dengan Orpa dimasa pelariannya menuju Wamena.Â
Mereka berdua seperti menjadi tim teman seperjuangan dengan dua karakter yang berbeda namun terlihat chemistry dari dialog dialog natural yang terasa spontan namun membuat guyon atau meriah suasana. Karakter Bapaknya Orpa yang galak dan sangar pun cocok dimainkan. Perpaduan akting cast asli Papua menjadikan film ini orisinil, fresh dan menarik. Ditambah sinematografi pengambilan gambar angle yang bagus, memotret keindahan alam Papua yang indah bagaikan di hutan Amazon, suku asli yang masih memegang teguh adat menjadi nilai lebih dari film ini.
Istilah hutang nyawa dibayar harta atau nyawa seolah benar adanya diperlihatkan di film ini, miskomunikasi yang membuat tragedi kehilangan khususnya nyawa harus diselesaikan secara adat bisa berubah beberapa ekor babi sesuai dengan permintaan dari pihak korban/masyarakat.
Budaya Papua yang diperkenalkan di film ini juga sangat banyak seperti tas noken yang dibawa diatas kepala, Hipere (ubi) yang bisa dimakan mentah/matang, kalung taring babi, daun-daunan yang tumbuh liar dihutan seperti Miana dan dapat dijadikan obat-obatan (pereda nyeri/inflamasi/ anti bakteri pun diperlihatkan.
Film Orpa direkomendasikan untuk ditonton, sebagai pengetahuan, motivasi dan sosok inspiratif seorang wanita yang bisa speak up, berjuang, memilih untuk meraih mimpinya melanjutkan sekolah. Bravo untuk semua cast, sutradara dan yang terlibat dalam film Orpa. karena hidup adalah sebuah pilihan dengan konsekuensinya. Tetap diam menerima, atau pergi mencari solusi. Kakak Silahkan tonton Orpa di Bioskop mulai tanggal 7 September 2023.
Rate 8/10
****
Writer : @kikikei1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H