Mohon tunggu...
Kiki Handriyani
Kiki Handriyani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis, Pegiat Literasi Digital, ibu dua anak.

Penulis freelance, Founder Blogger Mungil (Blogger Mungil), Kontributor di media online. Sudah menerbitkan beberapa buku. Buku solo terbit 2010 yaitu sebuah novel "Jadikan Aku Yang Pertama", kemudian buku antologi bisnis berturut-turut.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Revolusi Mental Kepemimpinan Digital

7 Maret 2024   11:43 Diperbarui: 7 Maret 2024   15:30 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatihan Kepemimpinan Nasional II di BPSDM Kemendagri - Foto Agus S

Pustakawan profesional harus mempunyai jiwa kepemimpinan, karena kepemimpinan itu sendiri adalah fitrah yang diberikan Tuhan kepada kita. Pemimpin bagi dirinya sendiri, pemimpin bagi keluarganya, bangsa dan negaranya. Tanggungjawab adalah bagian dari kepemimpinan itu sendiri. Berbicara mengenai kepemimpinan dan kepribadian, erat kaitannya dengan kesuksesan seseorang. Seperti halnya dalam dunia kepustakawanan ini, masalah kepemimpinan dan kepribadian adalah figur tokoh yang akan terpilih ke depan. Karena kepemimpinan dan keberhasilan sangat erat kaitannya. Seorang pemimpin tidak selamanya berhasil dan sukses. Adakalanya seorang pemimpin yang tidak memiliki dasar kepemimpinan yang baik dan kepribadian yang matang, seringkali tidak berhasil memegang amanah yang diberikannya.

Menurut H. Koontz & C. O'Donnel (1989) mendefinikan leadership atau kepemimpinan sebagai suatu seni yang membentuk individu yang kuat dan tangguh untuk memotivasi sekelompok orang agar mau bertindak dan bekerja bersama demi meraih tujuan bersama. Kepemimpinan merupakan  proses yang harus ada dan perlu diadakan dalam kehidupan manusia selaku makhluk sosial. Pemimpin yang berkualitas tidak lahir dengan sendirinya,  tetapi melalui suatu proses persiapan, pelatihan, bimbingan, dan pemberian kesempatan serta pengkaderan yang dilaksanakan sejak dini secara terencana dan berkelanjutan. Mahasiswa merupakan wahana persemaian kepemimpinan bangsa dan negara di masa depan yang  sangat potensial.  Kehidupan berorganisasi di dalam kampus  memberikan dasar tentang tata cara berorganisasi dimana di dalam rangka  melahirkan kader-kader mahasiswa yang berdedikasi memiliki jiwa kepemimpinan. Potensi tersebut dapat berubah menjadi bencana apabila tidak dikelola, difasilitasi, dibina, dan diarahkan dengan baik dan benar.

Untuk menjadi pemimpin sebenarnya tidak mudah. Pemimpin identik dengan jabatan dan kekuasaan. Jabatan adalah amanah. Apabila amanah disia-siakan, tunggulah dan nantikanlah kehancurannya. Nabi Muhammad SAW pernah ditanya mengenai amanah ini. Bagaimana orang yang menyi-nyiakan amanah itu? Jawab Rasulullah, "apabila wewenang pengelolaan diserahkan kepada orang yang tidak mampu". Dalam salah satu sabdanya, beliau menyebut tiga dari sekian sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin, yaitu ketaqwaan untuk menangkal pelanggaran, kelapangan dada yang melahirkan simpati, dan kemampuan memimpin sehingga mampu menjadi "bapak bagi anak-anaknya". Sedangkan dalam koridor zaman seperti sekarang ini, makna filosofis tersebut masih relevan untuk diterapkan, bahkan sampai kapanpun. Menjadi pemimpin berarti siap menceburkan diri dalam memikul tanggung jawab dan kepercayaan. Di sini, moralitas dan mentalitas seseorang diuji.

Foto @Kiki
Foto @Kiki

Kepemimpinan digital yang baik bermental perubahan, adanya keterbukaan, dan selalu bersikap positif. Membangun keterbukaan (honesty) di dalam Tim itu sangat penting. Perlunya keterbukaan dalam tim. Saling kontrol dari individu di dalam organisasi. Sikap saling terbuka, setiap anggota Tim harus terbuka menerima peringatan, saran maupun kritik dari rekan kerjanya bila melakukan kesalahan. Selain itu seorang leader, harus bersikap positif (Positive Attitudes), yang didalamnya terdapat Gratitude  (aktif terus menghargai hal-hal baik yang anda raih dalam hidup). Kemudian  seorang pimpinan itu harus Openness (Keterbukaan, kesediaan untuk mengungkapkan, pikiran, perasaan dan menerima masukan dari orang lain). Integrity (sifat untuk menjadi terhormat, tidak mementingkan diri sendiri, ketulusan atau kejujuran). Optimism (melihat sisi positif/peluang dari keadaan yang terjadi). Acceptance (menerima segala sesuatu tidak selalu berjalan sukses, dan belajar dari kesalahan). Dan terakhir seorang pemimpin itu harus mempunyai Resilience (mampu bangkit dari keterpurukan, kekecewaan, dan kegagalan).

Untuk keberhasilan sebuah teamworks yang sukses, seorang pemimpin memang harus mempunyai Sikap Positif, karena akan mampu meningkatkan produktivitas diri dan tim, menumbuhkan disiplin diri dan Kerjasama tim, mampu mengatasi masalah dengan lebih mudah, menumbuhkan kepercayaan diri dan antar anggota tim, menjadi pribadi yang lebih positif, menyenangkan dan disukai, serta mampu membawa kita Menuju Kesuksesan.

Jika hati dan jiwa sudah penuh dengan sikap positif, pikiran (thought) dan perasaaan (feeling) kita akan selalu mengarah pada tindakan (action) yang positif pula. Orang dengan attitude Negatif selalu berpikir  saya tidak bisa, mungkin tidak ada jalan keluar, pasrah dengan keadaan, melihat keterbatasan-keterbatasan, dan terakhir orang dengan attitude negatif selalu merespon kritikan sebagai ancaman. Maka pemimpin ber-attitude positif selalu berpikir saya pasti bisa, hal ini mungkin sulit tapi pasti ada jalan keluarnya, mengambil tindakan, melihat kemungkinan-kemungkinan, dan orang dengan attitude positif pasti merespon kritikan sebagai proses menjadi lebih baik.

Jika telur pecah oleh kekuatan dari luar, hidupnya berakhir. Jika telur pecah oleh kekuatan dari dalam, hidupnya dimulai. Perubahan besar selalu dimulai dari dalam diri  kita sendiri. Oleh karena itu, mereka yang literate (senang membaca) sejatinya sedang membangun puing-puing peradaban. Mereka yang menulis sebetulnya sedang mengabadikan sejarah. Dan mereka yang mengajarkan kebaikan dan perdamaian, hakikatnya sedang menciptakan peradaban dunia. Seperti kata Bung Hatta, Kepemimpinan merupakan amanah dan kepercayaan, dan tidak ada kepemimpinan tanpa kepercayaan. ***

*Agus Sutoyo, Kepala Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara (Pujasintara) Perpusnas. Peserta Pelatihan Kepemimpinan Nasional II di BPSDM Kemendagri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun