Mohon tunggu...
Sosbud

BERMAIN KASTI

1 November 2010   06:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:56 1229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tahukah kamu tentang permainan kasti? Pernahkah kamu memainkannya bersama teman-teman? Sudah lama saya tidak pernah melihat ada anak-anak main kasti terutama di kampung, saya rindu! Dulu waktu saya kecil belum ada PS (play station), yang ada nitendo, game watch, atau dingdong. Tapi permainan tradisional masih jadi favorit.

Tinggal di perkampungan yang cukup padat tidak menghalangi kesenangan saya dan teman-teman untuk bermain setiap pulang sekolah waktu SD atau di hari Minggu, walaupun seringkali ada tetangga yang berteriak atau marah karena kami dianggap mengganggu jam istirahat mereka. Salah satu permainan favorit saya adalah kasti. Jangan bayangkan kami memainkan kasti di lapangan olah raga dengan alat pemukul dan bola kasti. Kami biasa main di gang kampung dengan menggunakan bola dari plastik-plastik sampah yang diisi batu kecil supaya keras lalu diikat karet gelang sampai berbentuk bulat tidak sempurna tapi cukup bisa menggantikan bola sesungguhnya, tanpa pemukul kami menggunakan tangan, base atau "pal"nya kami menggunakan tanda di tembok atau tiang listrik.

Kasti dimainkan anak laki-laki dan perempuan, bisa campur dalam satu tim dan tidak ada pembedaan. Bola sampah dilempar dan harus mengenai anggota badan lawan dengan begitu dianggap menang. Karena bola sampah yang keras kadang sampai membekas di badan, kadang ada juga anak yang sampai menangis karena sakit, tapi itu cuma sebentar karena setelahnya akan langsung bergabung main lagi, tidak ada dendam, walaupun kadang ada juga yang sampai bertengkar tapi tidak berlangsung lama bahkan bisa bertukar dan menjadi satu tim.

Permainan kasti ini mengajarkan anak-anak untuk bekerjasama berusaha untuk satu tujuan yang sama, mengajarkan bagaimana menerima dan mengakui kekalahan, mengajarkan bagaimana menyikapi kemenangan, mengajarkan untuk bisa saling memaafkan, mengajarkan tentang kesetaraan anak laki-laki dan perempuan, yang bersekolah dan yang tidak, mengajarkan bagaimana untuk "survive", mengajarkan saya dan teman-teman tentang arti kebersamaan yang akan selalu kaki kenang sampai kami tua.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun