Mohon tunggu...
Kiki Fatmala
Kiki Fatmala Mohon Tunggu... Penulis - Alumni Mahasiswa Ilmu Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Derita Si Miskin, Cerita Si Kaya

15 Oktober 2022   13:42 Diperbarui: 15 Oktober 2022   13:53 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Belum lama ini, Range Rover baru resmi meluncur di Indonesia. Kendaraan tersebut merupakan generasi kelima dan dibanderol mulai Rp 5,9 miliar dengan status off the road. Meski mahal dan baru diluncurkan, namun stok yang tersedia di Tanah Air sudah nyaris habis. Kendaraan tersebut rupanya berstatus limited dan hanya tersedia 50 unit di dalam negeri hingga akhir tahun. Hal itu disampaikan Direktur Pemasaran PT JLM Auto Indonesia, Irvino Edwardly saat peluncuran produk di Jakarta Selatan.

Sungguh miris, di tengah banyaknya rakyat yang makin sempit hidupnya, segelintir orang membeli mobil mewah. Padahal Indonesia masuk dalam 100 negara paling miskin di dunia jika diukur dari Gross National Income (GNI) atau pendapatan nasional bruto per kapita. Sedangkan mengutip World Population Review, Indonesia masuk dalam urutan ke-73 negara termiskin di dunia dengan pendapatan nasional bruto RI tercatat US$3.870 per kapita pada 2020. Sementara, mengutip gfmag.com, Indonesia menjadi negara paling miskin nomor 91 di dunia pada 2022.

Jika dilihat dari data diatas terlihat ketimpangan makin nyata di tengah kehidupan, bahkan Sistem kapitalis telah sukses mematikan naluri kemanusiaan orang-orang  kaya melalui gaya hidup mewah yang dipertontonkan  para YouTuber. Nyatanya, memang ada orang super kaya (crazy rich) yang gemar membelanjakan miliaran rupiah demi barang mewah. Namun, jumlah mereka hanya segelintir tidak sebnading dengan data kemiskinan yang ada di Indonesia. Meski jumlahnya hanya segelintir, kekayaan satu orang super kaya ini setara dengan kekayaan jutaan rakyat yang digabungkan menjadi satu. Jika rakyat yang miskin hanya punya ribuan rupiah, mereka punya triliunan rupiah. Sungguh miris kesehjateraan yang terlihat tidak adil dengan adanya ketimpangan ekonomi.

Faktanya orang-orang super kaya itu bisa demikian kaya karena bisnis perusahaan mereka menguasai kekayaan alam yang sejatinya milik umum seluruh rakyat. Mereka menguasai hutan, tambang emas, migas, tembaga, nikel, batu bara, dan sebagainya. Selain itu, bisnis mereka juga menguasai sektor yang dibutuhkan publik, seperti jaringan rumah sakit, obat, alat kesehatan, jalan, jalan tol, dan sebagainya. Bisnis mereka juga memonopoli komoditas pangan yang sangat dibutuhkan publik, seperti beras, gula, terigu, minyak, dan sebagainya. Sistem kapitalisme sekuler yang bercokol di negeri ini merupakan pangkal persoalan munculnya individu tidak berperasaan yang gembira menari di atas penderitaan orang lain. Kapitalisme telah membuat materi menguasai hati mereka sehingga mematikan naluri kemanusiaannya. Sekularisme telah mengikis akidah mereka sehingga tidak takut terhadap murka Allah Swt. ketika mereka berlaku zalim.

Oleh karena itu, untuk menghilangkan fenomena orang-orang kaya yang minus empati ini, tidak bisa hanya dengan dakwah yang fokus pada perbaikan individu. Yang juga penting adalah dakwah pemikiran dan politik untuk mengubah sistem kapitalisme sekuler dan menggantinya dengan sistem Islam. Karena Islam menjaga agar naluri kemanusiaan tetap terjaga melalui berbagai kewajiban syariat yang telah ditetapkan, bahkan menjadikannya sebagai amal kebaikan.  Hal ini hanya akan terwujud ketika negara menjaga umatnya terikat dengan hukum syara dan juga menerapkan syariat secara nyata dalam kehidupan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun