Pada hari libur nasional yang diperingati dengan kenaikan Isa Almasih ini, sengaja diriku bangun lebih pagi dari biasanya. Meskipun tanggal merah, tak menghalangi tekadku agar tetap produktif dalam menjalani hari.Â
Beberapa agenda hari ini telah ku persiapkan matang-matang. Dipagi nan cerah ini, diriku akan melakukan olahraga bersama teman sekantorku. Sebelum menunaikan olahraga, tentunya perut tak boleh kosong. Untuk itulah, kuajak kawanku untuk sarapan terlebih dahulu diwarung-warung kecil pinggiran jalan raya.
Seperti pada umumnya, menu yang paling banyak tersaji pada pagi hari ialah bubur. Di Kota ku Manado, bubur lebih dikenal dengan sebutan Tinutuan.
Menariknya, bubur di Kota Manado bukanlah sembarang bubur yang hanya dimasak untuk membuat perut kenyang. Melainkan, ada makna unik yang terkandung dalam masakan Tinutuan ini.
Karena Manado merupakan salah satu kawasan yang didominasi oleh umat beragama Kristen, namun tak membuat masyarakat Manado lupa akan toleransinya antar umat beragama lain. Justru, toleransi masyarakat daerah ini terlampau tinggi. Seandainya teman-teman sekalian ingin berkunjung diwilayah Manado, janganlah risau dan jangan berfikir jika kalian minoritas.
Akibat perbedaan yang begitu kentara, membuat lahirnya sebuah filosofi melalui bubur Manado. Dalam semangkok bubur, ada beragam sayur-mayur yang berbeda jenisnya. Â Namun banyaknya macam sayuran tersebut tak membuat cita rasa masakan menjadi aneh. Akan tetapi, semua menyatu hingga membentuk satu kesatuan rasa yang begitu lezat nan menyehatkan.
Begitulah kiranya flosofis dibalik bubur Manado. Usai menyantap Tinutuan, bergegaslah kedua kaki kami berlarian kecil-kecil menuju kawasan Megamas. Setibanya disana, diriku langsung disambut ribuan masyarakat yang terlihat berama-ramai mengepung area tersebut.
Sempat malas kala melihat keramaian yang terjadi. Aku dan kawanku pun hendak memalingkan tubuh dan lekas menjauh dari tempat tersebut. "torang pe presiden" (presiden kita). Kalimat yang begitu lantang terdengar masuk dikedua telinga, hal itu membuatku urung meninggalkan keramaian.
Rasa penasaran mulai menjalar keseluruh tubuh. Kupalingkan kembali tubuh ini menghadap keramaian massa yang tengah asyik berkerumun. Sangking padatnya, diriku hampir tak bisa menjangkau siapa gerangan yang disebut oleh ribuan warga Manado ini. Tapi aku tak kehabisan ide, bergegas ku jinjitkan kedua kaki hingga diriku mampu melihat sosok yang digadang-gadang tersebut.
"Kaos oblong bertuliskan Red Me, rambutnya putih." gumamku. Oh sepertinya diriku mengenal siapa orang ini, ya dia adalah Ganjar Pranowo. Sepertinya diriku ketiban untung, lantaran bisa bertemu secara langsung dengan pejabat yang memiliki aura positive vibes ini.