Mohon tunggu...
Kiki Daliyo
Kiki Daliyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswata

Penyuka film dan buku horor

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sudah Seharusnya Khofifah Berguru ke Ganjar

28 Desember 2022   22:36 Diperbarui: 28 Desember 2022   22:49 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kudengar rengekan adik bungsuku yang kala itu sedang mendapat omelan kecil dari sang ibu. Tatapannya meminta bantuanku agar terlepas dari cengkraman emakku yang garang itu, tak kuhiraukan.

Justru tangisan minta tolong itu membuatku semakin gemas, hingga tertawa sampai berbunyi "ngik-ngik".

Memang lucu sekali ekspresi adikku kala itu. Saat kutanya pada ibukku alasannya "muring-muring" itu, semakin menjadi-jadilah tawa ini mendengar jawabannya.

"Cah cilik wes ajar korupsi, dosa ngunu iku, ra berkah," omel ibukku. Tangis adikku yang semakin banter membuat heboh seisi rumah hingga kakak tertuaku turun tangan.

Dibopong dan ditenangkanlah adikku dalam pelukan hangat masku. Ditepuk-tepuk pundak adikku yang masih menangis sesenggukkan.

Hingga suasana yang sebelumnya ramai tiba-tiba mulai senyap. Dinasihatilah adikku dengan nada halus, agar ia bisa menerima wejangan dari kakakku dengan baik.

Karena usianya masih kecil, tak mungkin begitu mudah memahami nasihat kakakku. Tapi bocah itu bisa merespons amanat yang diberikan dengan baik.

Setelah reda semua masalah di rumahku, segeralah adik manisku itu meminta maaf. Dengan muka mbesengut-nya menuju arah ibukku.

Seketika ibuku memeluk erat si bungsu sambil menahan pilu, mungkin merasa bersalah sudah membentak buah hatinya.

Dalam hatiku bergumam, "Waduh, ngeri sekali ya anak sekecil itu sudah bisa menilep uang, walau pun uang orang tuanya."

Tapi tindakan itu sudah pasti tak benar, perlu segera diberi intervensi untuknya agar ke depan tak megulangi perbuatan tercela itu.

Anak sekecil itu memang lagi lucu-lucunya dalam bertingkah. Namun jika melihat perilaku menyimpang pada anak, perlu secepat mungkin dibereskan. Agar tak menjamur hingga dewasa nanti.

Seperti peristiwa yang sedang trending saat ini. Kasus yang memang sudah ada sejak zaman VOC, sebuah masalah yang tak asing bagi masyarakat.

Berbagai pertanyaan mencuat dalam pikiranku saat kasus korupsi menghampiri pejabat daerah yang kini beritanya membuat muak publik.

"Mengapa bisa seorang pemimpin nomor satu di sebuah wilayah bisa kecolongan tentang adanya tindakan korupsi yang dilakukan jajarannya?"

Apakah tidak ada komunikasi untuk mengkroscek dana yang seharusnya disalurkan ke masyarakat?"

Hmmm, mengupas tuntas korupsi memang menjadi pekerjaan rumah (PR) negeri ini. Tindak pidana korupsi ini seperti sudah mendarah daging di kehidupan wakil rakyat. Sama halnya seperti kasus yang akhir-akhir ini berkeluyuran di laman media sosialku.

Kasus yang melibatkan nama Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dan Wagub-nya Emil Dardak itu selalu menjadi topik terkini yang berkeliaran di handphone-ku.

Karena aku memiliki kepribadian yang kepo, langsung saja kutelusuri kronologi kasusnya dan apa saja tindakan KPK dalam membereskan masalah ini.

Kubaca dan kuhayati isi artikel paling berfaedah menurut versiku, setiap kalimat kuresapi dalam-dalam agar otakku mampu menafsirkan permasalahan itu.

"Aduh gimana toh kerjanya gubernur Jatim ini, kok bisa luput dari pengawasan," ucapku.

Sepatutnya seorang gubernur kudu cermat dalam hal apapun. Apalagi kan negara ini terkenal akan angkara murkanya terhadap uang. Jadi sudah seharusnya seorang gubernur harus kritis dengan tindak tanduk jajarannya.

Menjadi seorang pemimpin harus memiliki jiwa eksplisit. Selain itu, juga wajib mencampuri urusan jajarannya yang dirasa destruktif dengan peraturan.

Jangan malah bersikap apatis terhadap semua hal yang dilakukan kawan sejajarnya. Hal itu jelas tak mencerminkan seorang pemimpin. 

Setelah mengeluarkan unek-unek, kulanjutkan penelusuranku terkait kasus yang sangat disayangkan ini.

Perkara itu menyeret nama wakil ketua DPRD Jatim dan tiga rekannya yang telah berdusta pada rakyat. Ulah mereka ini sungguh tak terpuji, sampai kapan pun jejak digital mereka tidak akan pernah hilang, masyarakat tak akan pernah melupakan perbuatan kejinya itu.

Seperti lirik lagu Crisye, "sungguh aneh tapi nyata, tak kan terlupa". Sejumput lirik biasa, namun memiliki makna yang luar biasa.

Sampai mati pun, rakyat akan terus mengingat tindakan mereka yang merugikan rakyat. Mungkin sebagian orang yang mengenal mereka kecewa dan tak menduga jika sosok yang di depan rakyat selalu menampakkan keapikannya, namun di belakang punya niat busuk.

Mereka ini tikus berdasi yang sembunyi di balik tingginya jabatan yang dimiliki. Memang tak beradab sih manusia seperti ini, entah hukuman apa lagi yang pantas diberikan pada koruptor agar jera dan menyesali perbuatannya itu.

Penjara? menurutku kata itu tak cukup untuk membuat jera koruptor. Penjara Indonesia keren-keren, bro. Fasilitasnya enggak cuma bed, tapi semua kebutuhan hidup manusia bisa dimasukkan ke dalam penjara yang diisi kaum elite.

Seperti lirik, "andai ku Gayus Tambunan, yang bisa pergi ke Bali. Semua keinginannya pasti bisa terpenuhi." Kira-kira begitulah lirik yang menggambarkan narapidana kaya.

Ngerinya negeriku ini, hukuman saja bisa dibeli. Begitu kasihannya rakyat kecil sepertiku, jangankan membuat kisruh, mendapat surat cantik (tilang) dari polisi saja sudah ketar-ketir.

Akan bagaimana nanti negaraku ini jika masih membiarkan narapidana yang ber-uang daripada menjunjung tinggi keadilan.

Jika seperti ini pasti akan banyak rakyat yang semakin tak percaya dengan kinerja pemerintahan.

Namun, masih ada sosok pejabat yang memang kuakui benar-benar bersih. Jangankan mengambil uang rakyat, beliau diberi hadiah saat kunjungan saja tidak mau menerima cuma-cuma. Melainkan pasti membelinya. "Kalau diterima nanti jatuhnya jadi gratifikasi," ucap dia diamini sang istri.

Ganjar Pranowo pejabat yang menjadi idolaku semenjak aku pertama kali bisa nyoblos saat Pemilu 2013 silam.

Sudah lama pribadi kepo ini mengikuti perjalanan hidup beliau. Walau pun tak begitu mengerti politik, tapi sedikit-sedikit tahulah perkembangan politik saat ini. Apalagi jika menjadi trending, wah sudah pasti kuikuti sampai tuntas.

Figur ini kujadikan teladan dalam menentukan tindak tandukku selama mencari jati diri. Teringat saat pertama menjabat, dia yang selalu mengamalkan keyakinan pada dirinya sendiri untuk tak membohongi rakyat.

Antikorupsi adalah sebuah pijakan yang beliau anut sampai detik ini. Walaupun masih banyak hoax yang beredar tentang dirinya, tak membuat dia keok dalam menjalankan tugasnya sebagai gubernur.

Suhunya Jateng ini selalu andil dalam berbagai ajang untuk membantu kemakmuran rakyat. Hingga tak menemukan ada kecurangan di dalamnya.

Tinjauan demi tinjauan selalu dia lakukan di setiap program yang dicanangkan. Apalagi urusan bantuan negara untuk daerah. Sudah pasti dong gubernur berambut putih ini teliti dan detail agar bantuan yang diberikan sesuai dengan anggaran yang tersedia.

Keren banget ya pemimpin satu ini. Tak salah sih jika sampai sekarang banyak sekali masyarakat dari berbagai daerah menggaungkan namanya sebagai calon presiden penerus pemimpin negara saat ini.

Pernah terbesit dalam ingatanku kalau Ganjar Pranowo ini mendapatkan apresiasi dari KPK karena termasuk satu-satunya pejabat yang berani tegas menginstruksikan cegah korupsi. 

Wow!!! Semakin takluk hatiku mengetahui hal ini. Selain rambutnya yang putih ternyata hatinya juga bersih.

Aduh pemimpin idaman banget sih ini. Harusnya pejabat atau anggota dewan harus segera mengikuti jejak Ganjar Pranowo.

Keprigelan beliau dalam mengemban tugas sebagai pemimpin nomor satu di Jateng menghasilkan kemakmuran di wilayahnya.

Kepercayaan rakyat kepadanya membuat Ganjar semakin ulet dalam bekerja. Sehingga menghasilkan berbagai inovasi yang tertuang menjadi program dengan beragam manfaat.

NKRI pastinya akan menjadi negara yang mandraguna di berbagai bidang jika memiliki pemimpin yang selalu mengutamakan bibit, bebet serta bobot SDM-nya. Tak hanya itu, pembangunan infrastruktur juga akan berjalan secara menyeluruh dan merata di Indonesia.

Sudah sepantasnya gubernur Jatim itu mawas diri dan mencontoh tabiat Ganjar Pranowo selama menjadi gubernur dua periode.

Mereka kan sama-sama pemimpin nomor satu daerah. Jadi tak apalah jika saling sharing. Toh Ganjar Pranowo selalu punya sikap legawa, mudah diajak berbincang, apalagi terkait urusan negara. Sudah pasti suhunya Jateng ini antusias sekali.

Kiki Daliyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun