"brisik banget tu suara gamelan, gak aturan malem-malem ganggu" ketusku sambil menutup telinga dengan kedua tangan.
Kakekku yang awalnya duduk anteng disampingku tiba-tiba melayangkan tangannya ke mulutku saat aku masih mengomel.
"ora ngormati budoyo" ucap kakekku dengan nada tinggi. Aku pun bingung dengan respon kakek yang terlihat kesal itu.
Dimana salahku coba ? Akupun memberanikan diri bertanya pada kakekku yang masih mengecutkan wajahnya itu.
"kenopo simbah napuk kulo?" ucapku dengan raut wajah yang sedikit kesal. "mboh" terkejut saat mendegar respon kakekku. Naik darah aku, rasa ingin membalas ucapan kakekku terus bergejolak.
Namun tak semsetinya aku membalas dengan beradu argument dengan orang sepuh, tak sopan juga.
Nenekku yang sedari tadi menguping pembicaraan kita berdua akhirnya turun tangan. Dan memberikan nasihat kepadaku.
Lah kenapa malah diriku yang diberi wejangan itu. Aku merasa tak melakukan kesalahan. Namun diriku tetap menerima nasihat dari nenekku.
Setelah mendengar banyak nasihat dari sang nenek. Langsung ku berlari menghampiri kakekku yang ngambek karna ulahku.
"maaf mbah kalo tadi aku berucap seenaknya" sambil memegang tangan kakek. Melihat wajah melasku, kakek mengusap kepalaku dengan lembut.
"suk maneh nek omong dijogo" ucap lirih kakek yang masih mengusap kepalaku.