Kebanyakan dari generasi z menghabiskan waktu luangnya berselancar di media sosial. Aktivitas ini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka, dengan berbagai platform seperti Instagram, TikTok, Twitter, dan sosial media lainnya yang menjadi tempat untuk berbagi momen, mencari hiburan, atau bahkan mengikuti perkembangan tren dan berita terkini. Media sosial juga memungkinkan mereka untuk berinteraksi dengan teman-teman, mengikuti influencer, serta menemukan komunitas yang memiliki minat serupa. Namun, meskipun menawarkan kemudahan dalam berkomunikasi, kecanduan pada media sosial dapat berdampak negatif pada kesejahteraan mental jika tidak diimbangi dengan kegiatan lain yang lebih produktif.
Namun, sosial media bisa membawa individunya ke arah yang semakin baik atau malah semakin buruk. Hal ini terjadi jika audiens tidak menyaring tontonannya dalam sosial media. Sosial media yang luas tidak selalu memberikan informasi yang baik dan benar. Beberapa konten kreator seringkali memasukkan informasi yang buruk dan salah secara eksplisit maupun implisit dalam kontennya. Seringkali konten yang buruk mengajak audiens nya untuk mengungkap ujaran kebencian, memberikan informasi hoax, dan juga melakukan tindakan yang tidak patut ditonton dan dicontoh. Maka dari itu kita harus bijak dalam penggunaannya.
Salah satu penggunaan sosial media yang tepat adalah sebagai sarana pembelajaran. Sebanyak 60,4% dari 10 juta situs di internet menggunakan bahasa Inggris per Januari 2021, menjadi yang terbanyak di antara bahasa-bahasa lainnya (Andrea Lidwina, 2021). Dari informasi tersebut, kita dapat menggunakan sosial media sebagai sarana pembelajaran bahasa Inggris yang tepat. Bahasa Inggris sendiri merupakan bahasa internasional yang dapat menunjang karir, pergaulan sosial, dan juga memperluas wawasan global.
Konten di sosial media dengan penggunaan bahasa Inggris tentunya memberikan dampak yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari dari generasi z sendiri. Penggunaan bahasa Inggris yang dominan dalam berbagai platform digital membuat generasi ini lebih fasih dalam memahami dan menggunakan bahasa tersebut, bahkan dalam percakapan sehari-hari. Hal ini juga memengaruhi cara mereka berkomunikasi, dengan banyaknya ungkapan atau kosakata bahasa Inggris yang diserap ke dalam bahasa Indonesia yang mereka gunakan. Selain itu, kecenderungan ini turut memperluas wawasan mereka, karena akses terhadap konten internasional membuka peluang untuk mempelajari budaya, tren global, dan perspektif yang lebih luas. Namun, di sisi lain, pengaruh bahasa Inggris yang kuat juga dapat menyebabkan penurunan penggunaan bahasa ibu dalam beberapa konteks sosial.
Salah satu dampak di bidang sosial terkait gen z yang suka menonton konten bahasa Inggris ini adalah perbedaan pergaulan generasi z dengan generasi lainnya. Fenomena tersebut tak dipungkiri karena generasi ini lebih suka terjun di sosial media daripada generasi di atasnya. Perbedaan tersebut terdapat pada cara berfikir, cara berkomunikasi, topik pembicaraan, dan juga gaya hidup yang lebih terbuka terhadap budaya luar daripada generasi lainnya. Sehingga tak jarang generasi baby boomer, x, bahkan milenial yang kontra terhadap pemikiran dan pergaulan generasi z.
Tak hanya di bidang sosial, di bidang pendidikan pun sangat berdampak dari fenomena ini. Generasi z yang sering terpapar tontonan konten bahasa Inggris, secara tidak langsung mereka menyerap kosakata dan struktur bahasa Inggris dalam hari-harinya. Termasuk saya sebagai mahasiswa prodi Bahasa Inggris. Saya terbantu dalam memahami dan menggunakan kosakata Bahasa Inggris di perkuliahan karena saya suka menonton konten yang menggunakan bahasa Inggris. Pembelajaran yang fun dan interaktif mempermudah saya dalam mengingat dan memahami kosakata dan struktur bahasa Inggris di luar jam pembelajaran.
Berikut beberapa keuntungan terhadap generasi z yang lebih senang menonton konten dengan bahasa Inggris. Generasi z yang suka menonton konten dengan bahasa Inggris lebih mudah untuk menambah, memahami, dan menggunakan kosakata bahasa Inggris. Kemudian memperluas jaringan sosialnya dengan komunitas global. Serta memiliki pemikiran open minded yang menumbuhkan rasa toleransi terhadap perbedaan.
Konten dengan bahasa Inggris juga dapat menjadi ancaman bagi penggemarnya. Terlalu sering menonton konten barat dapat mengurangi cinta kita terhadap budaya Indonesia. Tak sedikit juga generasi z yang mulai melupakan budaya Indonesia dan lebih tahu tentang budaya barat. Hal tersebut terjadi karena konten berbahasa Inggris biasanya ditontonkan tidak untuk audiens yang tidak berbahasa ibu bahasa Inggris, sehingga kita harus pintar dalam menyaring konten dan informasi yang kita dapat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H